Israel Perintahkan Pasukan Bersiap Menyerbu Lebanon, Perang Total dengan Hizbullah di Depan Mata
TEL AVIV, KOMPAS.TV – Kepala Staf Militer Israel hari Rabu 25 September 2024 mengumumkan bahwa pasukan Israel sedang mempersiapkan kemungkinan operasi darat di Lebanon, saat Hizbullah meluncurkan puluhan roket dan rudal ke Israel, termasuk sebuah rudal ke Tel Aviv, yang menjadi serangan terjauh dari kelompok tersebut sejauh ini.
Berbicara kepada pasukan di perbatasan utara, Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, mengatakan serangan udara terbaru Israel dirancang untuk “mempersiapkan medan bagi kemungkinan masuknya pasukan dan terus melemahkan Hizbullah.”
Dalam pernyataan yang tampaknya merujuk pada rudal yang diluncurkan ke Tel Aviv, Halevi mengatakan, “Hari ini, Hizbullah memperluas jangkauan serangan mereka, dan nanti hari ini, mereka akan menerima balasan yang sangat kuat. Siapkan diri kalian.”
Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel menyatakan tidak punya rencana langsung untuk invasi darat. Namun, pernyataan Halevi ini adalah indikasi terkuat sejauh ini bahwa pasukan Israel bisa bergerak masuk.
Dengan meningkatnya ketegangan, militer Israel hari Rabu mengumumkan akan memanggil beberapa pasukan cadangan. Pengumuman ini termasuk memanggil dua brigade cadangan untuk misi di wilayah utara, yang menunjukkan bahwa Israel merencanakan aksi yang lebih keras.
Ketegangan antara Israel dan kelompok militan Hizbullah dari Lebanon terus meningkat selama 11 bulan terakhir. Hizbullah telah menembakkan roket, misil, dan drone ke Israel utara sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina di Gaza dan kelompok Hamas, yang juga didukung oleh Iran. Israel merespons dengan serangan udara yang semakin berat dan pembunuhan terhadap komandan Hizbullah, sambil mengancam akan melancarkan operasi yang lebih luas.
Hampir satu tahun pertempuran telah membuat puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan mengungsi sebelum eskalasi baru-baru ini.
Israel bersumpah akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan warganya di utara bisa kembali ke rumah mereka, sementara Hizbullah menyatakan akan terus meluncurkan serangan roket sampai ada gencatan senjata di Gaza, sesuatu yang tampaknya semakin jauh.
Baca Juga: Serangan Israel ke Lebanon Bunuh Hampir 600 Orang Termasuk 50 Anak, 90 Ribu Penduduk Mengungsi
Untuk memungkinkan warga Israel yang mengungsi kembali ke rumah mereka, “kami sedang mempersiapkan proses manuver,” kata Halevi.
Di tengah meningkatnya ketegangan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Israel dan Hizbullah untuk menahan diri, mengatakan bahwa perang besar-besaran akan menjadi bencana bagi kawasan dan rakyatnya.
Di New York, saat menghadiri Sidang Umum Tahunan PBB, Blinken mengatakan bahwa AS sedang merancang rencana untuk meredakan ketegangan dan memungkinkan warga Israel serta Lebanon untuk kembali ke rumah mereka di wilayah perbatasan.
“Cara terbaik untuk mencapainya bukanlah melalui perang atau eskalasi, tetapi melalui kesepakatan diplomatik,” katanya dalam wawancara dengan CBS News.
Pejabat AS mengatakan mereka tengah mengajukan berbagai gagasan, meski belum spesifik. Beberapa ide ini mungkin akan dibahas dalam pertemuan khusus Dewan Keamanan PBB yang diadakan Prancis pada Rabu sore.
Menteri Kesehatan Lebanon mengatakan lebih dari 50 orang tewas hari Rabu akibat serangan Israel, meningkatkan jumlah korban tewas dalam tiga hari terakhir menjadi 615, dengan lebih dari 2.000 orang terluka.
Pekan ini menjadi yang paling mematikan di Lebanon sejak perang satu bulan yang menghancurkan antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.
Pejabat militer Israel mengatakan mereka berhasil mencegat rudal darat-ke-darat Hizbullah, yang memicu sirene serangan udara di Tel Aviv dan seluruh wilayah Israel tengah. Tidak ada laporan korban atau kerusakan. Militer Israel menyatakan mereka telah menghantam lokasi peluncuran di Lebanon selatan.
Baca Juga: Digempur Serangan Brutal Israel, Hizbullah Disebut Mampu Bertahan, Ini Kuncinya
Militer Israel menyebut ini sebagai pertama kalinya rudal yang ditembakkan dari Lebanon mencapai wilayah Israel tengah. Hizbullah mengklaim menargetkan pangkalan intelijen dekat Tel Aviv bulan lalu dalam serangan udara, namun klaim tersebut tidak dikonfirmasi. Hamas secara berulang menargetkan Tel Aviv dalam bulan-bulan awal perang di Gaza.
Peluncuran misil tersebut meningkatkan ketegangan di wilayah yang tampaknya semakin mendekati perang besar-besaran, meskipun Israel terus bertempur dengan Hamas di Jalur Gaza.
Israel hari Rabu mengatakan angkatan udaranya menyerang sekitar 280 target Hizbullah di seluruh Lebanon hingga siang hari, termasuk peluncur yang digunakan untuk menembakkan roket ke kota Safed dan Nahariya di Israel utara.
Ratusan keluarga melarikan diri ke Beirut dan kota pantai Sidon, tidur di sekolah-sekolah yang dijadikan tempat pengungsian, serta di mobil, taman, dan sepanjang pantai. Beberapa mencoba meninggalkan negara itu, menyebabkan kemacetan di perbatasan dengan Suriah.
PBB menyatakan lebih dari 90.000 orang mengungsi akibat serangan Israel selama lima hari terakhir. Secara keseluruhan, 200.000 orang telah mengungsi di Lebanon sejak Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel utara hampir setahun lalu, yang memicu balasan dari Israel, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Hizbullah mengatakan mereka menembakkan rudal balistik Qader 1 yang menargetkan markas besar agen intelijen Israel, Mossad, yang mereka salahkan atas serangkaian pembunuhan terhadap komandan top Hizbullah serta serangan pekan lalu yang menggunakan pager dan walkie-talkie yang disembunyikan dengan bahan peledak, yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya, termasuk banyak anggota Hizbullah.
Serangan terbaru Hizbullah termasuk puluhan roket yang diluncurkan pada Rabu ke Israel utara, kata militer Israel.
Serangan roket selama sepekan terakhir telah mengganggu kehidupan lebih dari 1 juta orang di Israel utara, dengan sekolah-sekolah ditutup dan pertemuan umum dibatasi.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia Kutuk Keras Serangan Israel ke Lebanon, Rencana Pemulangan WNI dalam Proses
Banyak restoran dan bisnis lainnya tutup di kota pantai Haifa, dan semakin sedikit orang di jalanan. Beberapa warga yang melarikan diri ke selatan dari wilayah dekat perbatasan kini juga terkena serangan roket lagi.
Israel telah memindahkan ribuan pasukan yang sebelumnya bertugas di Gaza ke perbatasan utara. Israel mengklaim bahwa Hizbullah memiliki sekitar 150.000 roket dan misil, termasuk beberapa yang mampu menyerang seluruh wilayah Israel, serta telah menembakkan sekitar 9.000 roket dan drone sejak Oktober tahun lalu.
Letnan Kolonel Nadav Shoshani, juru bicara militer Israel, mengatakan bahwa rudal yang diluncurkan hari Rabu punya “hulu ledak berat,” namun menolak menjelaskan lebih lanjut atau mengonfirmasi jenis misil yang disebut oleh Hizbullah. Ia menyebut klaim Hizbullah tentang penargetan markas Mossad, yang terletak di utara Tel Aviv, sebagai “perang psikologis.”
Qader, buatan Iran, adalah misil balistik darat-ke-darat jarak menengah dengan berbagai tipe dan muatan. Misil ini dapat membawa hulu ledak eksplosif hingga 800 kilogram, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington. Pejabat Iran telah menggambarkan misil berbahan bakar cair ini memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer.
Tembakan lintas perbatasan mulai meningkat pada hari Minggu setelah ledakan pager dan walkie-talkie yang menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 orang, sebagian besar warga sipil. Lebanon menyalahkan Israel, tetapi Israel tidak mengonfirmasi maupun menyangkal tanggung jawab.
Sehari setelahnya, Israel menyatakan bahwa jet tempurnya menghantam 1.600 target Hizbullah, menghancurkan misil jelajah, roket jarak jauh dan pendek, serta drone serangan, termasuk senjata yang disembunyikan di rumah-rumah warga. Serangan ini mencatat jumlah korban tewas tertinggi dalam sehari di Lebanon sejak Israel dan Hizbullah bertempur pada perang sebulan pada tahun 2006.
Serangan udara Israel hari Selasa di Beirut menewaskan Ibrahim Kobeisi, yang oleh Israel digambarkan sebagai komandan unit roket dan misil Hizbullah. Pejabat militer mengatakan bahwa Kobeisi bertanggung jawab atas peluncuran roket ke Israel dan merencanakan serangan pada tahun 2000 yang menewaskan tiga tentara Israel setelah penculikan. Hizbullah kemudian mengonfirmasi kematiannya.
Ini adalah serangan terbaru dalam serangkaian pembunuhan dan kemunduran bagi Hizbullah, yang merupakan kekuatan politik dan militer terkuat di Lebanon serta dianggap sebagai kekuatan paramiliter terkuat di dunia Arab.