Sosok Umar Kei yang Bantah Jadi Biang Kerok Konflik Anindya Bakrie Vs Arsjad Rasjid di Menara Kadin
SURYA.co.id – Sosok Umar Kei jadi sorotan karena disebut-sebut jadi biang kerok konflik Anindya Bakrie Vs Arsjad Rasjid di Menara Kadin Indonesia.
Namun, tudingan tersebut langsung dibantah Umar Kei, ia pun menjelaskan kronologi sebenarnya.
Umar Kei membantah bahwa pihaknya menjadi biang kerok kericuhan di Menara Kadin Indonesia, Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (16/9/2024) malam.
Umar Kei mengeklaim, dirinya bersama anak buahnya hadir di lokasi untuk urusan yang lain, atau sama sekali tidak ada kaitannya dengan polemik di internal Kadin.
“Saya tidak ada urusan dengan Kadin,” tegas Umar Kei saat ditemui di kediamannya, Kelurahan Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi, Kamis (19/9/2024), melansir dari Kompas.com.
Baca juga: Sumber Kekayaan Anindya Bakrie, Ketua Kadin Baru Versi Munaslub yang Klaim Gantikan Arsjad Rasjid
Lantas, siapa sebenarnya Umar Kei?
Umar Key Ohoiten atau yang lebih dikenal sebagai Umar Kei adalah tokoh Maluku yang cukup dikenal di Ibu Kota, Jakarta.
Melansir dari tribun medan, Umar Kei lahir di Desa Ngursoen, Maluku Tenggara pada 17 Agustus 1978.
Ia meyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Assafiyah.
Umar tercatat pernah menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Front Pemuda Muslim Maluku (FPMM), yang menaungi anak-anak Maluku, terkhusus di perantauan.
Ia juga mendirikan sebuah perusahaan PT Dimida Mitra Mandiri di Jakarta.
Dan Umar juga mendirikan kantor hukum Umar Umar Key & Partners.
Baca juga: Sumber Uang Arsjad Rasjid Ketum Kadin yang Berseteru dengan Anindya Bakrie, Punya Banyak Perusahaan
Bahkan, Umar juga membangun sebuah yayasan yang dinamai Husain Almunawarrah.
Dari yayasannya itu, Umar kerap melakukan kegiatan sosial, hingga memberikan bantuan pendidikan kepada para pemuda/i Maluku yang tengah menempuh pendidikan kuliah.
Umar Kei merintis karirnya di bidang jasa keamanan.
Ia bersama beberapa pemuda Maluku memulai karir sebagai penjaga keamanan, pengawal, hingga penagih utang.
Pada tahun 2007, Umar pun kemudian mendirikan perusahaannya sendiri yang dinamai PT Dimida Mitra Mandiri, di kawasan Cibubur.
Setelah perusahaannya itu berdiri, Umar pun mulai menyuplai tenaga kerja di beberapa perusahaan.
Ada yang ditugaskan sebagai sekuriti kantor, petugas parkir, hingga pekerja di beberapa proyek ringan milik pemerintahan.
Dikutip dari Tempo, nama Umar makin kesohor ketika dirinya kala itu membela Umar bin Ramin nyang bersengketa dengan PT Astra Honda Motor.
Umar bin Ramin terlibat perselisihan atas lahan seluas 11.370 meter, yang dijadikan gudang suku cadang oleh PT Astra Honda Motor.
Baca juga: Perbandingan Harta Kekayaan Anindya Bakrie dan Arsjad Rasyid, Saling Klaim Pimpin Kadin Indonesia
Dalam perkara ini, Umar bin Ramin merasa dirinya tidak pernah menjual tanah itu, hingga kemudian terjadi perselisihan yang cukup panjang.
Umar Kei, yang kala itu membela Umar bin Ramin kemudian mengerahkan 400 anak buahnya untuk menduduki lahan yang bersengketa itu.
Buntutnya, Umar Kei kemudian ditangkap dan diadili atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan.
Namun, Umar Kei akhirnya divonis bebas.
Sejalan dengan itu, pada September 2009, gudang milik PT Astra Motor kemudian dirobohkan atas perintah pengadilan.
Sejak saat itu, nama Umar Kei ikut melambung.
Ia pun tercatat punya kedekatan dengan sejumlah tokoh politik.
Pada tahun 2014, Umar Kei pernah mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Kemudian, di tahun 2019, Umar kembali mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Meski Umar Kei merupakan kader Partai Golkar dan tercatat pernah jadi caleg partai berlambang beringin itu, tapi dia diketahui punya kedekatan dengan Partai Gerindra.
Beber Kronologi Konflik di Menara Kadin
Terbaru, Umar Kei menjelaskan, peristiwa kericuhan di Menara Kadin berawal ketika dirinya dihubungi oleh adik ipar Ketua Umum Kadin versi Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Anindya Bakrie, Taufan Eko Nugroho Rotorasiko, pukul 22.00 WIB.
Kala itu, Taufan meminta bantuan Umar Kei agar menemuinya karena sejumlah pemuda yang diduga berasal dari Maluku mendatangi Menara Kadin.
Umar Kei pun menyanggupi permintaan Taufan. Ia kemudian berangkat dari kediamannya dengan didampingi istri, anak, dan sejumlah anak buahnya.
Setibanya di lokasi, Umar Kei langsung menemui pemuda Maluku yang dimaksud di Lantai 3 Menara Kadin.
Belakangan diketahui pemuda tersebut merupakan para pekerja sekuriti outsourcing di lingkungan Menara Kadin.
Para pemuda tersebut langsung menyampaikan keluh kesah bahwa kontrak mereka di Menara Kadin akan habis tahun ini.
“Saya tanya, ‘Kalian maunya apa? Ada apa kalian ingin di sini?’. Mereka bilang, ‘Oh kami kerja outsourcing. Karena kepengurusan baru, kami mau dikeluarkan’,” ungkap Umar Kei menirukan percakapan salah satu pemuda Maluku.
Selanjutnya, Umar Kei naik ke Lantai 29 Menara Kadin untuk menemui Taufan guna membahas aspirasi pemuda tersebut.
Umar Kei dan Taufan akhirnya berdiskusi dengan hasil kontrak pekerja keamanan tersebut diperpanjang hingga 2026.
“Taufan bilang, ‘Oke kalau begitu’. Kurang baik apa Taufan,” ujar Umar Kei.
Kemudian, Umar Kei turun dari Lantai 29 ke Lantai 3 Menara Kadin untuk menyampaikan hasil keputusan tersebut.
Tak lama, Taufan ikut turun untuk menemui para pekerja outsourcing.
Sebelum angkat kaki dari Menara Kadin, Umar Kei sempat berbincang dengan Taufan, termasuk Staf Khusus Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2021-2026 Arsjad Rasjid, Arif Rahman.
Saat perbincangan berlangsung, Umar Kei mengatakan bahwa Arif tiba-tiba meminta agar pihak yang tidak berkepentingan segera keluar dari ruangan.
Pernyataan tersebut ternyata membuat Umar Kei tersinggung dan langsung melempar kaleng minuman kosong ke arah Arif.
Tindakan Umar Kei lantas direspons Arif dengan lemparan botol yang berisi air ke arah Umar Kei. Lemparan tersebut mengenai badan Umar Kei.
“Akhirnya adik-adik saya yang berada di samping dia, marah. Mereka gebukin dia, tapi bagi saya, mereka gebukin juga salah. Akhirnya salah paham,” ungkap dia.
Setelah mendapat tindakan kekerasan, Umar Kei melanjutkan, Arif mengintruksikan ke sejumlah pemuda yang diduga sudah disiagakan untuk masuk ke ruangan.
Bentrokan pun pecah.
“Dia teriak, masukkin golok, masukkin golok. Mereka serang kita di dalam,” katanya. Umar Kei mengatakan, kericuhan berlangsung sekitar 30 menit. Akibat kericuhan ini, dua anak buahnya, Hermawan Ngabalin (33) dan Saiful Hukubul (30) mengalami luka.
Adapun Hermawan mengalami luka bagian rusuk, tulang belakang, kepala, dan jari yang terkena parang. Sementara Saiful luka di kepala dan sempat pingsan usai dikeroyok.
Keduanya telah melakukan visum di RS Polri, Kramajat Jati, Jakarta Timur, Rabu (18/9/2024).
Umar Kei menambahkan, kericuhan ini berakhir setelah sejumlah petugas dari Polres Metro Jakarta Selatan mendatangi lokasi sekitar pukul 23.30 WIB.
“Maka saya atas nama pribadi, juga atas nama keluarga besar, mengucapkan terima kasih kepada polisi yang begitu cepat datang menyelamatkan saya dan membuarkan semua masa yang ada di situ,” imbuh dia.
Dalam kericuhan di Menara Kadin, Arif melaporkan Umar dan Taufan ke Polda Metro Jaya pada Selasa (17/9/2024) terkait kasus dugaan pengeroyokan.
Laporan Arif teregistrasi dengan nomor STTLP/B/5591/IX/2024/SPKT/POLDA METRO JAYA.
Umar juga melaporkan balik Arif ke Polda Metro Jaya atas kasus dugaan penganiayaan. Laporan itu teregistrasi dengan nomor STTLP/B/5626/IX/2024/SPKT/POLDA METRO JAYA.
>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id