Informasi Terpercaya Masa Kini

Budaya Organisasi, Jiwa yang Menggerakkan Perusahaan!

0 1

Pembaca mungkin pernah mendengar atau membaca istilah “budaya organisasi” (organizational culture). Apakah budaya organisasi itu sesungguhnya? Siapa pencetusnya dalam suatu organisasi? Apa pula peran budaya organisasi dalam perusahaan?

Inilah tiga hal utama yang akan dibahas di dalam tulisan sederhana ini. Mari kita mulai.

Budaya organisasi secara umum dapat dikatakan sebagai serangkaian nilai-nilai fundamental yang dianut di dalam organisasi. Nilai-nilai fundamental itu dijadikan pedoman dalam organisasi.

Nilai itu pula yang membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi atau perusahaan. Selain itu, budaya organisasi akan memberi identitas tersendiri pada suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain.

Beberapa Definisi

Ada beberapa definisi tentang budaya organisasi. Robbins (2002) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lain.

Selanjutnya, Lathans (1998) berpendapat,  budaya organisasi adalah norma-norma dan nilai-nilai yang mengarah pada perilaku anggota organisasi. Semua anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah serangkaian nilai fundamental yang dijadikan landasan bagi seluruh anggota organisasi dalam bersikap dan berperilaku sekaligus sebagai identitas yang membedakannya dengan organisasi lain.

Kelahiran Budaya Organisasi

Siapa menjadi pencetus budaya organisasi? Budaya organisasi pada umumnya dicetuskan oleh pemilik (owner) organisasi tersebut. Bisa juga dibantu disusun oleh pemimpin perusahaan. Mereka mencetuskan dan menyusun budaya organisasi sebagai pedoman bagi seluruh karyawan.

Pemilik dan/atau pemimpin perusahaan kemudian mensosialisasikan budaya organisasi ini ke seluruh  karyawan. Maksudnya, agar semua orang di dalam organisasi memahami dan menginternalisasi nilai-nilai fundamental yang menjadi budaya organisasi. Semua diharapkan bertindak atau berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

Visi, misi, tujuan, rencana strategis dan program kegiatan perusahaan hendaknya sejalan dengan dan dijiwai oleh nilai-nilai yang dianut. Tidak ada satupun yang lepas dari budaya organisasi yang sudah ditetapkan.

Budaya Organisasi, Mengapa Penting?

Ada beberapa alasan mengapa budaya organisasi — yang sering juga disebut dengan budaya perusahaan, harus ada. Keberadaan budaya organisasi demikian urgennya sehingga hampir setiap perusahaan memilikinya. Apa saja urgensinya?

Pertama, sebagai identitas diri.

Budaya organisasi berfungsi sebagai pemberi identitas pada seluruh karyawan perusahaan. Identitas diri ini akan membedakan perusahaan tempatnya bekerja dengan perusahaan lain. Bukan hanya menyangkut identitas perusahaan, para karyawan pun memiliki identitas sebagai keluarga besar dari perusahaan.

Dengan identitas ini, mereka akan merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan. Secara psikologis, para karyawan akan berusaha menjaga nama baik perusahaan tempatnya bekerja.

Kedua, menjadi alat kontrol.

Nilai-nilai fundamental yang dijadikan sebagai pedoman dalam organisasi itu bisa berupa aturan tertulis dengan segala bentuknya, bisa pula tak tertulis — semacam kesepakatan bersama (konvensi).

Budaya organisasi tersebut dijadikan panduan atau pedoman dalam bekerja oleh seluruh karyawan. Di dalamnya ada aturan dan kesepakatan yang mesti dipedomani, semacam kisis-kisi.

Kalau ada yang bertindak menyimpang dari nilai budaya perusahaan, maka ia akan diingatkan atau ditegur oleh atasan atau pimpinannya. Bahkan, mungkin dikeluarkan dari perusahaan.

Dengan demikian, budaya organisasi bisa digunakan sebagai alat kontrol terhadap sikap dan perilaku seluruh anggota organisasi. Budaya organisasi memberikan kisi-kisi yang lebih menyangkut nilai moral dan etika sehingga diharapkan bisa tercipta keharmonisan, ketenangan, dan kenyamanan dalam bekerja.

Ketiga, mendorong kinerja anggota.

Sebagaimana diketahui, nilai-nilai budaya organisasi tersebut meliputi beberapa nilai dasar yang mesti dipedomani.

Misalnya saja, nilai tersebut adalah nilai integritas, kedisiplinan, dan profesionalisme. Ketiga nilai ini adalah nilai yang positif dan memompakan semangat berkinerja yang baik bagi seluruh karyawan. Seluruh karyawan mempedomani nilai-nilai tersebut.

Dengan mempedomani nilai-nilai penting dan positif itu dengan penuh kesadaran, niscaya kinerja anggota akan terjaga dengan baik.

Penulis yakin semua organisasi atau perusahaan membutuhkan karyawan yang berintegritas. Dan, semua organisasi yang membutuhkan kedisiplinan dan profesionalisme, bukan?  Organisasi atau perusahaan membutuhkan nilai-nilai budaya tersebut, tertulis atau tidak.

Nah dengan dianut dan dilaksanakan budaya organisasi, maka dapat dipastikan ini akan mendorong kinerja karyawan menjadi baik.

Keempat, alat untuk menggerakkan.

Budaya organisasi bisa menjadi sumber inspirasi yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan organisasi mencapai tujuannya.

Pertama-tama, nilai-nilai yang tercantum sebagai budaya organisasi biasanya disosialisasikan kepada seluruh karyawan, tanpa kecuali.

Tidak cukup sekali-dua kali disosialisasikan, melainkan pada setiap ada kesempatan. Misalnya pada saat apel pagi di hari Senin, saat rapat, atau pada saat peringatan ulang tahun perusahaan atau hari-hari penting lainnya.

Maksudnya tiada lain adalah agar nilai-nilai itu selalu diingat dan diresapi secara mendalam oleh seluruh karyawan, mulai dari unsur pimpinan tertinggi hingga staf terbawah.

Seharusnya tidak boleh ada karyawan di dalam organisasi yang tidak tahu dan tak mengerti budaya organisasi tempatnya bekerja. Semestinya semua paham dan bersikap serta bertindak sesuai dengan budaya organisasi dan bergerak maju mencapai tujuan bersama.

Budaya yang Kuat atau Lemah?

Terdapat perbedaan yang berkaitan dengan kuat-lemahnya budaya organisasi di dalam perusahaan. Ada perusahaan yang memiliki budaya organisasi yang kuat, ada pula yang lemah. Hal ini sangat tergantung pada pemimpinnya dan kebiasaan yang sudah terbentuk dari waktu ke waktu.

Dalam perusahaan dengan budaya organisasi yang kuat, maka para karyawan pada umumnya akan merasa terpedomani, merasa nyaman dan tenang dalam bekerja, tertib, dan semua berorientasi pada tujuan organisasi.

Sebaliknya, dalam perusahaan yang budaya organisasinya lemah, maka karyawan cenderung merasa gamang dalam bekerja. Mereka bekerja hanya untuk mendapatkan gaji.

Mereka bekerja tanpa memiliki nilai-nilai budaya perusahaan yang bisa dijadikan pedoman dalam bekerja. Jiwanya hampa. Alhasil, mereka tidak menemukan alasan mengapa mereka bekerja kecuali untuk mendapatkan gaji. Tidak ada loyalitas dan dedikasi kepada organisasi dalam budaya yang lemah.

Para karyawan mau bekerja karena ada perintah dari pimpinan atau atasan mereka. Mereka takut kepada atasan atau pimpinannya: takut diberi sanksi, bahkan takut dipecat. Banyak karyawan yang merasa tidak nyaman dan tidak puas dalam bekerja. Akibatnya, sering terjadi keluar-masuk karyawan (turn-over) yang merugikan perusahaan.

Oleh katena itu, seyogianya budaya organisasi hendaknya diperkuat sehingga bisa dipedomani seluruh karyawan: ada pedoman yang jelas bagaimana mereka diharapkan bersikap dan berperilaku. Hasil akhirnya adalah, kinerja karyawan menjadi baik dan semakin baik.

(I Ketut Suweca, 20 Septermber 2024).

Leave a comment