Informasi Terpercaya Masa Kini

Kisah Penerbangan Adam Air 782 “Tersesat” ke Tambolaka, Semua Selamat tapi Pelanggaran Berat

0 10

KOMPAS.com – Penerbangan Adam Air 782 tersesat di Tambolaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2006 silam kembali menuai perbincangan di media sosial.

Delapan belas tahun berlalu, insiden ini kembali diingat setelah warganet membahas jalan raya imajiner di udara yang mengharuskan setiap pesawat tetap berada pada jalurnya.

Salah seorang warganet mengatakan, kendaraan udara yang melenceng sedikit dari jalurnya akan mengundang pertanyaan, sehingga tak boleh ada satu pun kesalahan saat melaksanakan penerbangan.

Ingat Adam Air nyasar ke Tambolaka? Nyelonong melenceng jauh gak bilang2,” tulis akun @Sad***, Senin (9/9/2024).

Lantas, bagaimana kejadian saat itu?

Baca juga: Kata Pertamina soal Harga Avtur di Indonesia Termahal di ASEAN dan Bikin Harga Tiket Pesawat Tinggi

Kronologi Adam Air 782 tersesat

Pada 11 Februari 2006 pukul 06.20 WIB, pesawat dari maskapai Adam Air dengan registrasi PK-KKE jenis B737-329, lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta dengan tujuan Bandara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Penerbangan dengan nomor penerbangan DHI 782 itu membawa 146 penumpang dan sembilan awak pesawat.

Namun, diberitakan Antara, pesawat dengan rute Jakarta-Makassar itu tiba-tiba kehilangan arah (lost orientation) sekitar 20 menit tinggal landas.

Saat itu, berdasarkan laporan sementara, pesawat memang telah lepas kontak dengan ATC atau Air Traffic Control diduga karena sistem navigasi bermasalah.

Pesawat kemudian mendarat darurat di Bandara Tambolaka, Nusa Tenggara Timur, pada pukul 09.45 Wita.

Baca juga: Mengenang Munir dan Misteri Kematiannya akibat Diracun di Pesawat 20 Tahun Lalu

Menurut Wakil Direktur Komunikasi Adam Air saat itu, Dave Laksono, pendaratan darurat di Tambolaka lantaran buruknya cuaca di Bandara Hasanuddin serta bandara alternatif lain, seperti Balikpapan, Kalimantan Timur.

Sementara, pada saat kejadian, kondisi Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bali yang menjadi salah satu alternatif pun disebut terlalu padat.

“Memang setelah tim teknis menyelidiki kondisi pesawat ada dugaan sistem navigasi pesawat terganggu tetapi saat berangkat dari Jakarta kondisinya baik,” kata Dave.

Dilaporkan dalam Final Report NTSC, seperti dikutip Indonesia ICAO, kapten pilot (PIC) sempat menemukan kerusakan pada alat navigasi Inertial Reference System (IRS) saat pemeriksaan sebelum penerbangan.

Kendati demikian, kerusakan tersebut segera diperbaiki sampai dapat berfungsi kembali dengan normal.

Ternyata, berdasarkan catatan laporan, kerusakan IRS pesawat ini bukan hanya kali itu saja, melainkan sudah beberapa kali terjadi dan diperbaiki.

Baca juga: Apakah Pesawat Terbang Bisa Selamat dari Gempa dan Tsunami?

Ketika berada di fase terbang jelajah, sistem navigasi IRS pesawat mulai mengalami kegagalan fungsi dan mendapat data yang salah.

Data yang salah itu kemudian diterima Flight Management Computer (FMC), yang menyebabkan manuver penerbangan Adam Air 782 mulai menyimpang dari jalur yang seharusnya dalam waktu 20 menit usai lepas landas.

Di sisi lain, kesibukan PIC yang mengerjakan tugas selain tugas pilot berimbas pada tidak terkoreksinya penyimpangan jalur saat itu.

Penerbangan DHI-782 pun terus menyimpang ke jalur yang tidak seharusnya, yaitu ke arah tenggara hingga masuk ke kawasan blank spot atau tidak terliput jangkauan navigasi.

Insiden “tersesat” ini terus berlangsung selama beberapa jam tanpa mampu diatasi oleh kedua pilot yang bertugas.

Pesawat pun terus menjauhi Bandara Hasanuddin yang menjadi tujuan hingga sejauh 481 kilometer ke arah tenggara.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Mandala Airlines Jatuh di Medan, 149 Tewas

Pilot tidak tahu terbang di mana

Awalnya, kesulitan komunikasi masih dapat diatasi dengan merelai (relay) dari beberapa pesawat yang berada di jarak jangkauan VHF, seperti pesawat dari Republic Express 811 (REP-811) dan Hercules TNI Air Force (A-1326).

Namun, dengan bertambah jauhnya kedua pesawat, komunikasi radio menjadi tidak efektif.

Pada saat bersamaan, pilot yang bertugas masih belum mengetahui di mana posisinya sama sekali.

Menilik transkripsi percakapan pilot DHI 782 dengan pilot REP-811 dan Hercules A-1326, diyakini bahwa kapten pilot beserta seluruh awak panik karena tak tahu arah di saat sisa bahan bakar sudah kritis.

Saat itu, kapten pilot DHI 782 sudah mempersiapkan pendaratan di permukaan air laut yang mengelilingi sepanjang jalur penerbangannya.

Baca juga: Pesawat Alaska Airlines Mati Mesin Usai Lepas Landas, Penumpang Kirim Pesan ke Keluarga

Untungnya, di tengah situasi yang sangat kritis, awak pesawat melihat keberadaan landasan yang tidak diketahui namanya.

Diiringi dengan kepanikan para penumpang yang mulai sadar, pesawat mulai mengelilingi landasan, menurunkan ketinggian, dan mencoba mendarat di bandar udara yang belum diketahui namanya.

Bandar udara baru diketahui bernama Tambolaka, setelah pesawat dipaksakan mendarat pada landasan dengan panjang dan lebar masing-masing hanya 1.920 meter x 150 meter.

Meski pesawat berhasil mendarat tanpa mengalami kerusakan dan seluruh penumpang maupun awak pesawat selamat, keputusan pilot tetap merupakan pelanggaran berat dalam penerbangan sipil.

Baca juga: Apa yang Akan Terjadi jika Tidak Mengaktifkan Airplane Mode di Pesawat?

Adam Air dinilai lakukan pelanggaran berat

Keesokan harinya, pada 12 Februari 2006, tanpa menunggu kedatangan tim penyelidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pesawat dengan registrasi PK-KKE itu tiba-tiba diterbangkan dari Tambolaka ke Bandara Hasanuddin.

Dikutip dari Antara, perjalanan tersebut diawaki oleh pilot Kapten Ade Salmiar yang juga Direktur Operasi Adam Air.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan saat itu, M Iksan Tatang mengatakan, hal tersebut tak sepatutnya dilakukan oleh Adam Air lantaran pesawat “barang bukti” harus diteliti dan dikaji ulang oleh pejabat berwenang.

“Untuk itu, manajemen Adam Air harus diperiksa, termasuk sang pilot yang menerbanginya. Khusus pada pilotnya, jika ternyata nantinya dia sebenarnya berkompeten dan tahu tindakan itu salah, dapat dihukum dua kali,” kata dia.

Baca juga: 7 Kasus Pesawat Hilang Paling Misterius di Dunia, Termasuk Malaysia Airlines MH370

Artinya, terhadap sang pilot tersebut, izin terbang dapat dicabut, sedangkan terhadap manajemen Adam Air akan berpengaruh terhadap izin usahanya.

“Dengan kata lain, Adam Air sebagai perusahaan penerbangan diragukan kelaikan usahanya sehingga bisa saja izin usahanya dicabut,” tutur Iksan.

Harian Kompas pada 24 Maret 2006 memberitakan, pilot Adam Air Tri Nusiyogo dan kopilot Ahmad Deny Saefuddin ditahan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri sebagai tersangka terkait kasus pesawat “tersesat”.

Mereka dijerat hukum atas dugaan kelalaian yang mengancam keselamatan penumpang dan awak, padahal alat navigasi dinilai tidak rusak.

“Pilot benar-benar tidak cakap,” ujar Komisaris Besar Banu Saputra, ketua tim penyidik kasus tersebut.

Dua tahun kemudian, pada Maret 2008, izin terbang maskapai penerbangan Adam Air dinyatakan dicabut oleh Departemen Perhubungan karena ditemukan banyak penyimpangan, salah satunya insiden DHI 782.

Baca juga: Ilmuwan Klaim Temukan Pesawat MH370: Jatuh di Broken Ridge, Bukan Kecelakaan tapi Kesengajaan

Pernyataan resmi pencabutan izin penerbangan dari maskapai ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan, Budhi Mulyawan Suyitno di Gedung Departemen Perhubungan, Jakarta, Selasa (18/3/2008).

Operation specification PT Adam Sky Conection Airlines dengan ini dinyatakan dicabut dan dilarang melakukan kegiatan pengoperasian pesawat udara sejak tanggal 19 Maret 2008 pukul 00.00 WIB,” kata Budhi, dikutip dari Kompas.com, 18 Maret 2008.

Budhi mengatakan, Adam Air telah lalai dan tidak menjalankan operasional penerbangan sesuai company operation manual dalam beberapa penerbangan.

Selain itu, pelatihan terhadap sumber daya manusia terhadap maskapai ini juga tidak dilaksanakan sesuai dengan company training program.

Di sisi lain, sejak November 2007, pesawat PK-KKE yang terlibat dalam penerbangan DHI 782 telah dikembalikan kepada pihak lessor.

Kini, pesawat tersebut telah berubah corak setelah dioperasikan oleh maskapai Aerolineas Estelar dari Venezuela dengan registrasi YV2918.

Leave a comment