Informasi Terpercaya Masa Kini

Kesederhanaan Paus Fransiskus Jadi Sorotan, Simak Rekam Jejaknya

0 8

Bisnis.com, JAKARTA — Kesederhanaan yang tercermin dalam kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi sorotan publik.

Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu tiba di Bandara Soekarno Hatta pada pukul 11.25 WIB dengan menggunakan pesawat komersial bernomor ITA A330neo milik maskapai nasional Italia, ITA Airways.

Kepala Negara Vatikan itu juga memilih untuk menggunakan Toyota Kijang Innova Zenix dalam kunjungannya ke Indonesia hingga 6 September 2024. Berdasarkan pantauan Bisnis, mobil Kijang Innova Zenix berplat SCV 1 itu telah mengantarkan Paus Fransiskus menuju Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.

Baca Juga : Indonesia Resmi Jadi Negara ke-66 yang Dikunjungi Paus Fransiskus

Kediaman itu pulalah yang akan menjadi tempat biarawan Jesuit bernama asli Jose Mario Bergoglio itu menginap selama di Tanah Air.

Kendati begitu, kesahajaan Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik ini tidak hanya tercermin dalam kunjungannya ke Indonesia. Paus pertama dari Benua Amerika ini memang dikenal sebagai pribadi yang sederhana atau bersahaja.

Baca Juga : : Paus Fransiskus Tiba di Kedutaan Besar Vatikan RI

Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, menjelaskan ada sejumlah sikap atau pilihan hidup Paus Fransiskus yang menggambarkan transformasi diri yang dapat diteladani semua umat beriman.

“Saya sengaja tidak memakai kata agama, tapi beriman. Agama itu bisa dimanipulasi, dipakai untuk alat politik, tetapi iman tidak. Iman yang otentik tandanya adalah transformasi,” jelasnya dalam konferensi pers jelang kedatangan Paus Fransiskus, pekan lalu

Baca Juga : : Sepatu Hitam Paus Fransiskus dan Transformasi Gereja Katolik

Salah satunya adalah Paus Fransiskus memilih untuk mengenakan sepatu hitam, alih-alih menggunakan sepatu merah khas kepausan yang menjadi tradisi berabad-abad dalam Gereja Katolik.

Kardinal mengatakan dalam sejarah kepausan, pemimpin tertinggi Gereja Katolik memakai sepatu berwarna merah. Namun, Paus Fransiskus menggunakan warna berbeda dan juga sepatu lama.

“Beliau selalu memakai sepatu berwarna hitam dan ada garis-garisnya. Itu artinya sudah dipakai lama. Entah nanti kalau ke Indonesia diberi sepatu dari Cibaduyut,” jelasnya.

Tak hanya soal sepatu, saat pertama kali keluar dari Vatikan setelah menjadi Paus, dia mengunjungi Pulau Lampedusa, di selatan Italia.

Pulau itu menjadi pintu masuk bagi imigran dari Afrika untuk mencari hidup baru di Eropa. Di situ, Paus memimpin misa atau perayaan ekaristi dengan altar perahu rusak. 

“Bukan dihias bunga, [altarnya menggunakan] perahu rusak yang dipakai imigran untuk menuju tanah harapan baru. Sangat simbolik,” jelas Kardinal Suharyo.

Baca Juga : Historia: Pesan Paus dan Kisahnya Saat Perjamuan dengan Presiden Soeharto

Kardinal Suharyo memberikan contoh lain yakni saat ini Paus Fransiskus tidak tinggal di Istana Kepausan, tetapi tinggal bersama dengan para fungsionaris Vatikan.

“Ini juga sangat simbolik. Para wartawan membacanya sebagai simbol pergeseran dari pola kepemimpinan monarkis raja menuju kepemimpinan yang servant leadership, kepemimpinan yang melayani,” jelasnya.

Kesederhanaan dalam Hidupnya di Argentina

Tak hanya saat menjadi paus, kesahajaan Paus Fransiskus tampak dalam laku hidup saat masih tinggal di negara asalnya, Argentina.

“Umat saya miskin, dan saya salah satu di antaranya,” demikian penjelasan Bergoglio, seperti dilansi vatican.va.

Saat itu, ia ditanya wartawan terkait alasan dirinya tinggal di sebuah flat dan menyiapkan makan malamnya sendiri.

Padahal, kala itu Bergoglio menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, sebuah posisi strategis dalam Gereja Katolik. Namun, sejak ditahbiskan sebagai Uskup Agung pada 28 Februari 1998, dia tetap menjalani hidup sederhana seperti sebelumnya.

Dalam pelayanan sehari-hari, Bergoglio sering kali bepergian jauh tanpa kendaraan pribadi. Dia lebih memilih transportasi umum baik metro atau kereta maupun bus.

Sikapnya tidak berubah setelah dia diangkat oleh Paus Johanes Paulus II menjadi Kardinal, tiga tahun kemudian atau pada 21 Februari 2001. Paus yang kini telah dikukuhkan sebagai santo atau orang kudus dalam tradisi Gereja Katolik itu mengangkat Bergoglio menjadi Kardinal dengan gelar San Roberto Bellarmino. 

Saat itu, dia berangkat ke Roma tanpa membawa atau membeli jubah baru. Bergoglio memilih untuk menggunakan jubah pendahulunya, Antonio Quarracino, yang meninggal pada tahun 1998.

Selain itu, Bergoglio dengan tegas meminta umat Katolik di Argentina tidak datang ke Roma untuk merayakan pengangkatannya sebagai Kardinal. Sebaliknya, dia meminta umat untuk menyumbangkan dana perjalanan dan akomodasi perjalanan itu bagi orang miskin.

Tak mengherankan, selama menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Jorge Mario Bergoglio menjadi tokoh terkemuka di Amerika Latin.

Leave a comment