Informasi Terpercaya Masa Kini

2 Rumah Bersejarah Keluarga Cendana,Saksi Kejayaan Soeharto,Kondisinya Usai Lama Tak Ditinggali

0 6

TRIBUNTRENDS.COM – Kehidupan keluarga Presiden RI ke-2 Soeharto alias Keluarga Cendana memang selalu menarik untuk dikulik.

Termasuk kisah di balik rumah yang mereka tinggali semasa Soeharto dan istrinya, Ibu Tien masih hidup.

Ada dua rumah Keluarga Cendana yang menjadi saksi bisu kejayaan Soeharto.

Dua rumah tersebut adalah rumah yang terletak di Jalan Cendana No.8, Menteng, Jakarta Pusat dan Ndalem Kalitan di Solo, Jawa Tengah.

Baca juga: Cerita Mahasiswa Bertamu ke Rumah Cendana Setelah Soeharto Lengser, Disambut Senyum, Ada yang Beda

Saat Soeharto masih menjabat sebagai presiden, keluarganya lebih memilih tinggal di rumah Cendana dibanding menempati Istana.

Selain rumah Cendana, Ndalem Kalitan di Solo juga tak kalah bersejarah.

Lantas, seperti apa kondisi terkini dua rumah tersebut?

Rumah Cendana

Puluhan tahun berlalu, rumah bersejarah itu ternyata tidak banyak berubah.

Masih seperti dulu, rumah Cendana memiliki aura militer yang kuat.

Selain warna cat, desain arsitektur tempat tinggal Cendana juga menampilkan sentuhan militer yang kuat.

Satu-satunya perbedaan terletak pada bagian pagar depan yang memiliki panjang lebih dari 20 meter.

Pagar depan rumah sang jenderal hanya berupa teralis besi setinggi 1,5 meter yang dicat dengan warna kuning.

Sebelumnya, pagar rumah milik Presiden Republik Indonesia ke-2 itu dicat dengan warna putih.

Berjalan sekitar 10 meter dari pintu masuk utama, terdapat sebuah pos penjagaan yang berdiri tegak dan didominasi oleh warna cat hijau militer.

Pos tersebut memiliki bentuk yang mirip dengan pos penjagaan di markas-markas militer.

Empat tiang setinggi sekitar 2,5 meter berdiri tegak untuk menopang keempat sisi atap pos penjagaan itu.

Di dalam pos, terdapat sebuah meja panjang setinggi sekitar 1 meter yang digunakan oleh petugas penjaga.

Di halaman aspal depan rumah, terparkir enam mobil.

Termasuk di antaranya adalah sedan swift, dua unit Kijang 1800 cc, Innova, minibus SUV Escudo, dan All New Xenia dengan plat nomor B 805 EVE yang terparkir membentuk formasi seperti siku.

Dua pohon Beringin yang lebat daunnya, menjadi saksi bisu dari perjalanan hidup sang pemilik rumah, masih berdiri tegak di taman kecil di depan rumah.

Sementara itu, atap rumah terbuat dari genteng.

Baca juga: Punya Banyak Aset, Terkuak Pabrik Uang Titiek Soeharto, dari Bisnis Kuliner hingga Transportasi

Namun, warna oranye pada bagian atap rumah sang jenderal terlihat pudar dan ditumbuhi lumut.

Tidak banyak detail yang terlihat dari depan rumah.

Hanya terdapat kandang burung yang dicat putih, dengan lebar sekitar 1 meter, berdiri di sudut kanan depan rumah.

Cat putih pada rangka kandang terlihat sudah pudar.

Mengintip ke bagian atap rumah bagian belakang, tampak sebuah bangunan dengan dua lantai, memiliki arsitektur yang serupa dengan rumah utama dan warna dinding yang sama.

Jalur kendaraan selebar 3 meter membentang dari pos jaga hingga ke depan lobi utama rumah.

Dua pintu utama berbahan kayu cokelat muda terbuka di depan lobi, seolah menanti kedatangan para tamu.

Namun, pada sore itu, tidak ada seorang pun tamu yang datang ke rumah tersebut.

Kesunyian dan kegelapan.

Itulah yang dirasakan saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman rumah tersebut.

Saat ini, rumah Cendana yang dulunya menjadi pusat pengambilan keputusan pada masa pemerintahan Soeharto, sudah ditinggalkan pasca wafatnya Soeharto pada 27 Januari 2008.

Tidak ada satu pun dari enam anak Soeharto yang tinggal di rumah bersejarah itu.

Update Kondisi Rumah Cendana Sekarang

Menilik dari akun TikTok @matthewjedidiah, seorang warganet memperlihatkan rumah Soeharto di Jalan Cendana yang tak berpenghuni itu.

Sang pemilik akun sempat meminta izin terlebih dahulu kepada penjaga keamanan untuk mengambil gambar rumah Keluarga Cendana.

Namun sayang, pemilik akun tak mengizinkan untuk mengambil gambar bagian dalam rumah.

Dia hanya diizinkan mengambil gambar hanya bagian luar rumah saja.

Kondisi rumah Cendana kini tak berpenghuni, dulu jadi saksi kejayaan Soeharto.

“Ini rumahnya panjang banget,” ucapnya dikutip TribunTrends dari TikTok @matthewjedidiah, Selasa, (11/6/2024).

Rumah yang memiliki cat berwarna hijau khas militer itu sudah tampak tua.

Selain warna cat, desain arsitektur tempat tinggal Cendana juga menampilkan sentuhan militer yang kuat.

Kalau dulu pagar bercat kuning, kini Istana Cendana memiliki pagar berwarna putih.

Dari luar pagar, ada banyak patung di bagian halaman rumah serta ada pos kecil di bagian depan rumah.

Rumah yang menjadi kebanggaan mendiang Soeharto itu tampak tak terawat seperti rumah kosong.

Baca juga: Kisah Soeharto Sekeluarga Jadi Pelanggan Setia Warung Soto di Solo, Makanan Dikirim Pakai Pesawat

Ndalem Kalitan Solo

Selama ini publik hanya tahu keluarga Presiden RI ke-2 Soeharto bertempat tinggal di  Jalan Cendana No.8, Menteng, Jakarta Pusat.

Padahal keluarga Soeharto juga memiliki rumah di Solo, Jawa Tengah.

Dulu Soeharto sekeluarga tak jarang mengunjungi rumah yang dinamai Ndalem Kalitan tersebut.

Rumah itu terletak di jalan Kalitan, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.

TribunSolo.com, melihat kegiatan di rumah tersebut pada hari 14 tahun meninggalnya Presiden Soeharto. 

Suasana di kawasan kediaman Presiden Kedua itu nampak sepi, tidak ada aktivitas yang mencolok.  

Terlihat hanya ada beberapa orang yang berjaga di rumah tersebut. 

Namun, seperti biasanya, suasana di luar rumah tepatnya di kawasan Masjid Kalitan ada beberapa motor masyarakat yang parkir untuk melaksanakan ibadah.

Terlihat beberapa pedagang kaki lima yang tengah berjualan di sana.

Yuli (47) penjaga Ndalem Kalitan mengatakan, rumah tersebut sudah sepi sejak 2013.

“Hanya ada di tahun 2013  peringatan meninggalnya Soeharto, setelah itu rumah ini kosong,” kata Yuli kepada TribunSolo.com, Kamis (27/1/2022).

Yuli mengatakan, rumah ini sudah lama tak ditinggali keluarga Soeharto.

Dia menjelaskan, rumah tersebut hanya digunakan keluarga untuk tempat singgah sementara ketika berkunjung di Kota Solo maupun berziarah ke Giribangun, Karanganyar.

“Hanya digunakan untuk singgah sementara, jarang ditinggali dari pihak keluarga,” singkatnya. (*)

TribunTrends/Grid.ID/Tribun Solo

Leave a comment