BPS & OJK Luncurkan SNLIK 2024, Indeks Literasi Keuangan RI Turun ke 65,4 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2024. Indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 65,43 persen, turun jika dibandingkan tahun lalu 69,7 persen.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan survei ini dilakukan di 34 provinsi mencakup 120 kabupaten/kota, termasuk 8 wilayah kantor regional atau kantor OJK di wilayah tersebut.
Total responden atau jumlah sampel survei tersebut sebanyak 10.800 responden dengan karakteristik umur berkisar 15-79 tahun. Survei lapangan dilaksanakan pada periode 9 Januari 2024 sampai 5 Februari 2024.
Amalia mengungkapkan, berdasarkan hasil survei tahun 2024 tersebut, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia adalah 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan adalah 75,02 persen.
“Jadi 65,43 persen dari populasi Indonesia memenuhi kriteria well literate dan 75,2 persen dari masyarakat Indonesia memiliki akses terhadap produk dan jasa layanan keuangan,” jelasnya saat rilis hasil SLNIK di Kantor BPS, Jumat (2/8).
Rinciannya, indeks keuangan untuk layanan jasa konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan literasi keuangan jasa layanan syariah, yakni indeks literasi dan inklusi keuangan konvensional masing-masing 65,08 persen dan 73,55 persen.
Sementara itu, lanjut Amalia, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah masing-masing 39,11 persen dan 12,88 persen.
Amalia mengatakan, SNLIK 2024 menggunakan metodologi stratified multistage cluster sampling atau secara stratifikasi. Hal ini yang membedakan dengan survei literasi keuangan OJK tahun-tahun sebelumnya yang menggunakan metode purposive sampling dan simple random sampling.
“Purposive sampling dan simple random sampling ini hasilnya sampel respondent cenderung bias ke perkotaan dan bias kepada kelompok masyarakat berpendidikan tinggi,” jelasnya.
Dengan metode stratified multistage cluster sampling, menurut Amalia, dipastikan dapat lebih mencerminkan kondisi populasi yang sesungguhnya dan lebih mewakili profil populasi masyarakat Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, merinci indeks literasi keuangan komposit perkotaan sebesar 69,71 persen dan perdesaan sekitar 59,25 persen.
“Begitu juga dengan indeks literasi keuangan syariah perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan yaitu masing-masing sebesar 45,27 persen dan 30,2 persen,” tuturnya.
Sama halnya dengan Indeks inklusi keuangan komposit di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan yaitu masing-masing 78,41 persen dan 70,13 persen. Indeks inklusi keuangan syariah perkotaan pun lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan yaitu masing-masing 14,73 persen dan 10,20 persen.
“Secara umum indeks literasi dan inklusi keuangan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa akses keuangan di wilayah perkotaan cenderung lebih baik dibandingkan perdesaan,” ungkap Friderica.
Friderica menuturkan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi tingginya akses terhadap produk keuangan yaitu tingkat pendidikan yang menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat, serta ketersediaan infrastruktur lebih banyak dan mudah diakses dengan jaringan telekomunikasi yang lebih baik.
Dia menambahkan, saat ini posisi perempuan dalam indeks literasi dan inklusi keuangan sudah lebih tinggi dari laki-laki. Hal ini berbeda dengan tahun lalu bahwa indeks literasi keuangan perempuan lebih tinggi (3:55) namun inklusinya lebih rendah.
“Di tahun 2024 ini indeks literasi komposit perempuan lebih tinggi dengan indeks literasi komposit laki-laki yaitu masing-masing sebesar 66,75 persen dan 64,14 persen,” jelas Friderica.
Seiring dengan angka tersebut, indeks literasi keuangan syariah untuk perempuan juga lebih tinggi sebesar 40,45 persen, dibandingkan dengan 37,78 persen untuk indeks literasi keuangan syariah kelompok laki-laki.
Kemudian, lanjut Friderica, indeks inklusi keuangan komposit perempuan lebih tinggi sebesar 76 persen, dibandingkan dengan indeks inklusi keuangan komposit laki-laki sebesar 73,97 persen.
“Angka ini juga sejalan perkara kan media dengan inklusi keuangan syariah perempuan sebesar 13,31 persen, yang lebih besar daripada kelompok laki-laki sebesar 12,44 persen,” pungkasnya.