Informasi Terpercaya Masa Kini

Spanyol Mengakhiri Satu Dekade Tiki-taka

0 48

Ribuan orang muda memadati jalanan di Mataro di pinggiran Barcelona kota kediaman superstar Euro 2024 Lamine Yamal, sesaat setelah Spanyol mengungguli Inggris di final Euro 2024. Euforia terjadi dimana-mana di Spanyol Senin (15.07.2024) dinihari.

Di lapangan Colon, menurut Reuters, di Madrid ibu kota negerinya La Furia Roja sang juara Eropa itu pun menjadi hingar bingar. Riuh sekali dengan pekikan, tiupan terompet, peluit, nyanyian, luapan euforia, saat nama remaja bintang Lamine Yamal (17) diumumkan sebagai ‘The Young Player of the Tournament”. Anak muda paling penting di Piala Eropa kali ini.

Jutaan mata di Spanyol diarahkan ke layar televisi atau mengerumuni layar raksasa yang menayangkan pertarungan langsung sepak bola dari Berlin, saat Lamine Yamal dan kawan-kawan memenangi Inggris dengan gol pada menit-menit terakhir sebelum berakhir, 2-1.

“Euforia. Girang luar biasa. Kami memang pantas menang…,” ujar Nico Williams, bintang lapangan yang membuka kemenangan untuk Spanyol dengan gol cantiknya dari sayap kiri, berkat umpan terobosan Lamine Yamal dari sisi kanan. Cantik sekali golnya di menit-menit awal setelah turun minum.

Namun gol penyeimbang Cole Palmer tak lama kemudian sempat membuat Spanyol gelisah, sampai kemudian Oyarzabal menjaringkan gol hanya kurang dari lima menit sebelum peluit panjang berbunyi, di menit 86 sehingga sulit mengejar Spanyol yang unggul 2-1.

“Ini hadiah ulang tahun terbaik yang bisa saya minta,” kata Lamine Yamal, yang baru dua hari merayakan hari jadinya yang ke-17, Sabtu (13.07.2024), “Sebuah mimpi jadi kenyataan…,” kata pemain sayap kanan FC Barcelona, yang tercatat sebagai pencetak gol Euro termuda sepanjang sejarah, di gawang Perancis saat masih 16 tahun 362 hari, dua sebelumnya.

Tanpa bintang besar

Spanyol tiba di Jerman tanpa pemain bintang seperti Inggris, dan juga Jerman, Perancis, Belanda…. Dan tim-tim Eropa lainnya. Spanyol malah membawa pemain termudanya, Lamine Yamal yang masih 16 tahun lebih 360 hari, dan sama sekali belum dikenal kecuali di kandangnya di Camp Nou, Barcelona.

Rupanya, dalam perjalanan turnamen, percikan muda dari Lamine Yamal dan juga Nico Williams si kuncir itu berpadu sempurna dengan veteran mereka yang lebih dikenal di Eropa, Rodri dan pemain andalan Spanyol lainnya yang kesemuanya belum pernah merasakan mengangkat trofi besar Euro, meski sudah tiga kali Spanyol juara.

Spanyol memenangi seluruh tujuh pertandingan, tidak ada satupun yang berakhir dengan adu penalti, serta mencatat rekor 15 gol di Kejuaraan Eropa kali ini. Itupun terjadi dengan melewati “kekuatan-kekuatan tradisional” Eropa seperti Kroasia, Italia di fase grup, sebelum akhirnya menyingkirkan sang juara-juara dunia Jerman dan Perancis untuk mencapai final.

“Kami membuat sejarah,” kata Rodri, yang terpilih sebagai pemain terbaik setelah memenangi pertarungan final dengan Inggris, “Kami mengalahkan empat juara dunia berturut-turut. Ini adalah turnamen tersulit yang pernah dihadapi tim kami. Dan toh kami menggulingkan mereka semua,” ujar Rodri yang nama lengkapnya Rodrigo Hernandez Cascante (28), gelandang bertahan Manchester United ini pula.

“Kami kini mengincar gelar Piala Dunia..,” ujar Nico Williams (22) si kuncir yang membuka gol untuk Spanyol di gawang Inggris di final…

Tinggalkan Tiki Taka

Tetapi ini yang paling penting. Spanyol sudah meninggalkan permainan Tiki Taka yang menguasai Eropa selama satu dekade ini. Permainan dari kaki-ke-kaki yang sering mendapat suit-suitan penonton yang tak sabaran, itu sudah mereka tinggalkan. Spanyol tampil penuh greget. Dengan hanya sedikit Tiki Taka.

Upaya Inggris, yang meninggalkan gaya khas Inggris ‘kick and rush football’ dengan ikut menenggelamkan diri dalam permainan Tiki Taka Eropa, tidak membuahkan hasil. Inggris yang kekeringan gelar juara sejak Piala Dunia 1966, tak juga beranjak juara dengan Tiki Taka-nya…

Spanyol pun memasuki periode yang kurang berprestasi sejak kesuksesan mereka di Euro 2012. Dan kali ini, upaya mereka mempertahankan gaya permainan Tiki Taka pun runtuh. Tanpa bintang mereka, Iniesta dan rekan-rekan, Spanyol mengalami kelesuan prestasi. Ibarat membuat lebih dari seribu umpan, hanya beberapa yang berhasil dijaringkan dengan gaya kutak-katik ini.

Di Jerman kali ini, pengamat sepak bola pun mencermati, Spanyol rupanya mengerahkan senjata-senjata baru mereka yang membuat pertahanan lawan kesulitan menutupi serangan menusuk dari segala penjuru.

Meski di antara tim Spanyol masih ada yang mempertahankan sedikit possession football dan bertiki-taka seperti Rodri dan sesama gelandang, Fabian Ruiz. Namun kekuatan Spanyol kini mulai bergeser ke sayap.

Pemain termuda mereka, Lamine Yamal menampilkan di setiap pertandingan, bagaimana bermanuver dari sayap kanan, lalu menusuk ke tengah dengan umpan-umpan terobosannya atau tendangan langsung dari jarak jauh dari depan gawang.

Penyerang sayap Barcelona, Lamine Yamal, sempat langsung membuat gol klasiknya untuk membantu timnya mengalahkan Perancis 2-1 di semifinal, dan ia pun memberikan assist keempatnya di turnamen tersebut untuk menjadi aktor di balik gol Nico Williams yang indah itu, di gawang Inggris Pickford.

Ibarat seperti kilatan halilintar dari sayap kiri, Nico Williams ini tidak jarang terlihat bermain-main di sisi kanan. Bekerjasama dengan Marc Cucurella untuk membuat duo yang sulit dihadang pemain-pemain pertahanan lawan. Cucurella yang bertubuh terpendek di timnya itu pula yang memberikan umpan kepada Mikel Oyarzabal di pembuat gol kemenangan atas Inggris.

Pemain-pemain gaya baru Spanyol yang mungkin akan menarik minat klub-klub Eropa untuk mengakhiri Tiki Taka, selain Williams, adalah juga Dani Olmo penyerang Atletico Bilbao yang bermain untuk Leipzig. Olmo ini diperkirakan juga akan menarik minat klub-klub yang tak ingin terus berkutat di permainan tiki taka.

“Banyak yang tidak mempercayai saya, dari awal pertandingan (Euro 2024) saya katakan, saya saat ini memiliki 26 pemain terbaik dunia..,” kata pelatih Luis de la Fuente. Selain mungkin karena ia masih terbilang pelatih baru, juga Spanyol saat ini dalam situasi dirundung awan kelabu, dengan skandal korupsi di tubuh Federasi Sepak Bola Spanyol, yang melibatkan mantan bek Barcelona Gerard Pique.

“Para veteran menasehati kami agar para pemain muda dipastikan tetap tenang di saat-saat sulit. Mereka kami buat dinamis, gembira, dan kami membentuk tim yang dinamis pula…,” kata De la Fuente.

Di saat-saat Spanyol sulit di dalam negeri, ternyata De la Fuente mampu membimbing terutama pemain-pemain mudanya untuk bangkit bergairah di lapangan. Dengan meninggalkan permainan penuh suit-suit, tiki taka, dengan permainan yang lebih enerjik.

Leave a comment