Mengenal JD Vance, Cawapres Trump: Eks Tentara AS dan Bukunya Jadi Film Netflix
Donald Trump memilih JD Vance sebagai cawapres pada konvensi Partai Republik hari pertama, Senin (15/7). Pengkritik kemudian menjadi pembisik utama Trump adalah citra yang melekat pada pria 39 tahun itu.
Selain itu, Vance turut pula dikenal sebagai penulis buku populer Hillbilly Elegy. Kini, Vance menduduki kursi senator di AS.
Siapa Vance?
Vance lahir di Middletown, Ohio, pada 2 Agustus 1984. Masa kecilnya banyak dihabiskan di Kentucky.
Saat berusia 19 tahun pada 2003, Vance memutuskan bergabung dengan militer AS tepatnya di korps marinir. Dinas kemiliteran dijalaninya sampai 2007.
Usai menyelesaikan tugas militer Vance memutuskan kuliah di Ohio State University dan dilanjutkan ke Yale Law School. Lulus kuliah, Vance bekerja sebagai pemodal vetura sebelum akhirnya masuk politik.
Istri Vance, Usha, adalah teman kuliah di Yale. Ia merupakan anak imigran India yang besar di pinggiran San Diego. Pasangan ini memiliki tiga orang anak: Ewan, Vivek, dan Mirabel.
Hillbilly Elegy
Pada 2016, Vance merilis buku berjudul Hillbilly Elegy. Buku itu menceritakan masa kecilnya di wilayah miskin di Rust Belt sebelah timur Ohio.
Buku itu kemudian menjadi salah satu best seller di negeri Paman Sam. Lewat Hillbilly Elegy ia menceritakan perjuangan keluarganya yang hidup sebagai kelompok pekerja kulit putih.
Saking suksesnya, buku ini dijadikan film oleh Netflix pada 2020 lalu. Film tersebut dibintangi Amy Adams dan Glenn Close.
Kritikus lalu pendukung utama
Dari penelusuran CNN, kritik-kritik Vance terhadap Trump dilontarkan lewat rangkaian twit pada 2016 dan 2017.
Vance bahkan pernah menyinggung dugaan pelecehan seksual oleh Trump. Kebijakan-kebijakan Trump juga disasar Vance.
Bahkan Vance sempat disebut-sebut sebagai pendukung lawan Trump pada pemilu 2016 lalu, Hillary Clinton. Akhirnya suara Vance diberikan untuk calon independen Evan McMullin.
Dia bahkan pernah menyebut Trump sebagai orang AS paling dibenci.
Rangkaian twit kritik kepada Trump dihapus Vance saat dia mencalonkan diri untuk kursi senat di Ohio.
Keinginan Vance mendapat kursi senat ternyata didukung Trump. Sejak saat itu pula sikap Vance berubah dari kritikus menjadi pembisik utama Trump.
Vance secara terbuka meminta maaf kepada Trump lantaran pernah menyebutnya sebagai sosok tercela.
“Seperti kebanyakan orang. Pada 2016 lalu saya mengkritik Trump,” ucap Vance seperti dikutip dari CNN.
“Saya menyesal dan salah terhadap pria itu. Saya pikir Trump adalah presiden yang baik,” sambung dia.
Saat Trump tertembak di Butler, Pennsylvania, pada 13 Juli 2024, Vance jadi orang pertama yang menyalahkan Biden atas peristiwa tersebut.
“Hari ini bukan kejadian terisolasi. Premis utama dari kampanye Biden bahwa Donald Trump adalah fasis otoriter yang harus dihentikan segala cara,” kata Vance.
“Retorika itu menuntun pada upaya langsung pembunuhan terhadap Trump,” sambung dia.