Bom Rakitan Seliweran,Militer Israel Was-was Terjadi Lebanonisasi Milisi Perlawanan di Tepi Barat
Bom Rakitan Seliweran, Militer Israel Was-was Terjadi Lebanonisasi Milisi Perlawanan di Tepi Barat
TRIBUNNEWS.COM – Kian kerasnya pertempuran dan perlawanan dari milisi Palestina di Tepi Barat, menjadi kekhawatiran besar di kalangan tentara dan pimpinan intelijen Israel.
Media Israel melaporkan kekhawatiran, pihak keamanan Israel khawatir terjadi “Lebanonisasi” pada pola perlawanan milisi Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Baca juga: Yordania Diduga Bantu Israel: Mau Sabotase Rujuk Hamas-Fatah di China, Kirim Tentara ke Tepi Barat
Sebab, pola yang digunakan milisi Palestina di Tepi Barat saat ini, mengingatkan mereka pada pertempuran melawan Hizbullah pada tahun 1990-an selama pendudukan Israel di Lebanon selatan.
Saat itu, IDF menghadapi perlawanan HIzbullah dengan penggunaan alat peledak pada masa itu yang mirip-mirip dengan pola milisi Palestina saat ini.
Aktivitas Perlawanan Palestina di Tepi Barat telah mengalami perkembangan yang signifikan dan penting sejak operasi Banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober, dengan meningkatnya penggunaan improvised explosive device (IED) alias bom rakitan.
Baca juga: Bahan Baku dari Yordania, Tepi Barat Bisa Produksi Rudal Secanggih Produk Gaza Buat Hancurkan Israel
Saluran Israel, Kan TV, melaporkan bahwa hal ini menjadi kekhawatiran utama karena ancaman di Tepi Barat semakin parah akhir-akhir ini.
Menurut saluran tersebut, beberapa bom berisi puluhan kilogram bahan peledak yang diledakkan dari jarak jauh.
Bom-bom tersebut ditanam oleh milisi Perlawanan di bawah aspal jalan.
Pakar militer Israel menyoroti bahwa tentara pendudukan menggunakan buldoser lapis baja untuk membersihkan jalan sebelum kendaraan lain masuk, sehingga memicu alat peledak untuk meledak saat bersentuhan dengan buldoser.
Baca juga: Sengit di Tepi Barat, Jenazah Dilempar Buldoser, Al-Quds Bantu Al Qassam, IDF Panggil Bala Bantuan
Milisi Perlawanan Kembangkan Taktik Baru
Channel 12 Israel mengkonfirmasi kalau Milisi Perlawanan mengembangkan taktik baru, dan kini mengubur IED lebih dalam ke dalam tanah agar tidak terpicu oleh buldoser.
Sebelumnya, perangkat tersebut terkubur pada kedalaman sepuluh sentimeter atau lebih di bawah jalan dan trotoar.
Namun, serangan Israel baru-baru ini ke Tulkarem, Jenin, dan kota-kota Tepi Barat lainnya menunjukkan bahwa Perlawanan telah mulai menanam bahan peledak pada kedalaman satu meter atau lebih.
Baca juga: VIDEO Lapis Baja IDF Meledak di Nour Shams, Bom Ditanam Satu Setengah Meter, Milisi Tambah Pintar
Hasilnya, menurut saluran tersebut, Milisi Perlawanan telah berhasil meledakkan IED yang menargetkan tentara pendudukan meskipun pasukan teknik telah melakukan pemindaian awal terhadap jalan tersebut.
Hampir setiap serangan Israel ke kota-kota dan kamp-kamp di Tepi Barat menghadapi penggunaan alat peledak oleh Perlawanan, yang telah menjadi “beban operasional” yang signifikan.
Insiden terbaru melibatkan petempur Palestina yang menargetkan pasukan pendudukan dengan alat peledak di sekitar kamp Nour Shams di Tulkarem pada tanggal 9 Juli.
Baca juga: Pertempuran Super-Sengit di Tulkarm, Al-Quds Ledakkan Ranpur Israel, IDF Membabi Buta di Nour Shams
Pendudukan mengakui kematian seorang tentara, pengemudi kendaraan Nimr yang dihancurkan oleh pejuang perlawanan di kamp Nur Shams, di kamp tersebut. awal bulan ini.
Insiden terakhir adalah mujahidin menargetkan kendaraan militer yang membawa pasukan pendudukan dengan bahan peledak di dekat kamp Nur Shams di Tulkarem pada tanggal 9 Juli.
Awal bulan ini, pendudukan mengakui kematian seorang tentara, yang merupakan pengemudi kendaraan Nimr yang dihancurkan. oleh pejuang Perlawanan dalam serangan IED.
Selain itu, Kan TV mengungkapkan pada tanggal 1 Juli bahwa alat peledak yang digunakan oleh Perlawanan selama lima hari mengakibatkan kematian seorang perwira dan seorang tentara serta melukai 17 lainnya dalam ledakan di Jenin dan Tulkarm.
Menurut surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, tentara pendudukan telah memutuskan untuk mengurangi paparan terhadap IED dengan mengintensifkan serangan udara, meningkatkan pengawasan intelijen, dan melarang masuknya pupuk ke Tepi Barat.
(oln/khbrn/*)