Kisah Cinta Sempurna Hanya Ada di Drakor & Alternative Universe
Siapa yang sering baca cerita alternative universe (AU) di Tiktok atau nonton drama Korea (drakor)? Ceritanya seru, penuh drama, dan kadang bikin kita terhanyut. Apalagi kalau ceritanya tentang cowok tampan super kaya yang jatuh cinta dengan cewek sederhana, cantik dan berhati emas.
Tapi hati-hati, terlalu banyak tenggelam dalam dunia fiksi ini bisa bikin ekspektasi kamu dalam mencari pasangan hidup jadi melambung terlalu tinggi.
Realita vs. Fiksi: Dunia Nyata Tidak Seindah Drama
Saya tahu, AU dan drakor itu bikin hati meleleh. Kita dibawa ke dunia yang penuh dengan momen-momen manis, perhatian yang berlebihan, dan tentu saja cinta yang sempurna. Padahal kalau kita lihat ke dunia nyata, cinta itu nggak selalu semanis yang digambarkan di layar.
Di AU, mungkin kamu bisa dengan mudah menemukan cowok yang siap berkorban segalanya demi kamu. Atau di drama Korea, ada adegan di mana si cowok rela berlari di tengah hujan hanya untuk memberi jaket hangat ke ceweknya yang kedinginan.
Banguunn! Di dunia nyata pasangan kamu bisa jadi lebih sibuk mikirin cara bayar cicilan motor atau mencari diskon belanja bulanan daripada berlari-lari di tengah hujan!
Pasangan Sempurna Hanya Ada di Cerita
Ini bagian yang paling penting: pasangan hidup yang sempurna itu nggak ada. TITIK. Tidak ada manusia di dunia nyata yang punya semua sifat baik dan bisa memenuhi setiap ekspektasi kamu.
Kalau di AU dan drakor kamu sering menemukan karakter yang jago segalanya, ganteng, kaya, pintar, baik hati, plus punya tubuh atletis. Di kehidupan nyata, kamu mungkin perlu puas dengan seseorang yang kadang lupa jemput kamu atau nggak peka dengan kode-kode halus yang kamu kasih.
Tidak ada yang salah dengan mencari seseorang yang baik dan perhatian. Tapi kalau ekspektasi kamu selalu didasarkan pada cerita fiksi, bakal bikin kamu susah menerima realita.
Padahal realitanya, pasangan yang baik adalah yang bisa bertumbuh bersama, saling mengisi kekurangan, dan kadang berantem soal hal-hal kecil.
Membangun Hubungan Tidak Seindah Adegan Romantis
Di drakor, hubungan berkembang dengan cepat. Dari benci jadi cinta, dari nggak kenal jadi tidak bisa hidup tanpa satu sama lain, semua terjadi dalam waktu singkat.
Realitanya? Membangun hubungan itu butuh waktu dan kerja keras. Kadang kamu harus melewati momen-momen di mana kamu merasa ragu, kesal, atau bahkan ingin menyerah. Tapi justru di situlah hubungan yang sesungguhnya terbentuk.
Pasangan yang sehat nggak selalu berisi momen-momen romantis a’la drakor. Kadang lebih banyak waktu dihabiskan untuk diskusi soal kehidupan sehari-hari: siapa yang harus cuci piring, siapa yang harus buang sampah, atau debat soal mau makan apa malam ini. Nggak ada adegan-adegan dramatis dengan latar musik sedih di balik itu semua.
Harapan Tinggi, Kekecewaan Besar
Kalau kamu terus-menerus tenggelam dalam cerita-cerita fiksi, bisa-bisa ekspektasi kamu terhadap pasangan hidup jadi tidak realistis.
Kamu bakal mengharapkan seseorang yang selalu sempurna, nggak pernah bikin salah, dan bisa membaca pikiran kamu layaknya cenayang. Hei! Manusia biasa tidak seajaib itu.
Kekecewaan pasti datang ketika kamu sadar bahwa pasangan kamu tidak bisa memenuhi semua ekspektasi yang sudah terbentuk dari terlalu banyak nonton drakor atau baca AU. Bukan salah mereka, tapi mungkin karena kamu yang sudah terlalu terbiasa dengan dunia fantasi, bukan yang di Ancol ya.
Imajinasi Boleh di Langit, Tapi Kaki Tetap di Bumi
Saya bukannya bilang kamu tidak boleh nonton drakor atau baca cerita AU. Silakan, nikmati saja hiburan tersebut! Kita semua butuh pelarian dari dunia nyata sesekali.
Tapi jangan sampai hiburan ini merusak cara pandang kamu terhadap hubungan di dunia nyata. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, dan itu yang bikin hubungan jadi seru dan dinamis.
Santai saja dalam mencari pasangan hidup. Tidak perlu terlalu tinggi ekspektasinya. Yang penting kamu bisa menemukan seseorang yang bisa diajak tumbuh bersama, saling dukung, dan bisa menerima kamu apa adanya, bahkan ketika kamu lagi ngeselin.
Hubungan yang baik bukan soal kesempurnaan, tapi soal bagaimana kalian bisa saling melengkapi.