Informasi Terpercaya Masa Kini

Benua Es Antartika Berubah Menjadi Hamparan Lumut Hijau, Bukti Bumi Makin Panas?

0 3

KOMPAS.com – Apa yang Anda bayangkan ketika membaca kata “benua Antartika”? Kebanyakan orang akan membayangkan hamparan es yang sangat luas.

Namun, tahukah Anda, wajah Antartika sekarang berubah bukan lagi hamparan es tapi menjadi padang lumut yang luas.

Bahkan, para ilmuwan mengungkapkan, hamparan lumut hijau yang menutupi semenanjung Antartika utara semakin meluas.

Kabar buruknya, jika kondisi ini terus berlangsung akan dapat memicu perubahan ekosistem yang dramatis.

Tutupan tanaman di benua es ini meningkat lebih dari 12 kali lipat selama 35 tahun terakhir.

Analisis citra satelit menunjukkan, vegetasi di semenanjung Antartika semula hanya tumbuh kurang dari satu kilometer persegi pada tahun 1986.

Namun, sebaran lumut telah meningkat signifikan mulai 2016 hingga pada 2021 luas wilayah semenanjung yang menghijau hampir 12 kilometer persegi.

Seperti yang diketahui, Antartika adalah benua terbesar kelima yang hampir seluruh daratannya tertutupi es. Oleh sebab itu, benua ini memiliki julukan “benua abu-abu”

Lantas, mengapa benua Antartika ditumbuhi tumbuhan hingga pemandangannya berubah hijau?

Baca juga: Terisolasi dari Dunia Luar, Peneliti di Antartika Mulai Mengembangkan Aksen Baru

Benua Antartika menghijau, tanda pemanasan global makin berdampak

Fenomena vegetasi di Antartika adalah dampak dari perubahan iklim akibat pemanasan global yang telah terjadi sejak 100 tahun lalu.

Pemanasan global yang berkelanjutan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan lumut. Apabila awalnya lumut tumbuh dengan kecepatan kurang dari 3 milimeter per tahun, kini bisa tumbuh lebih dari itu.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di Nature Geoscience, antara tahun 2016 dan 2021, semenanjung Antartika mengalami peningkatan vegetasi sebesar 30 persen.

Hal ini dipengaruhi oleh suhu yang kian menghangat dan curah hujan.

Dilansir dari The Guardian, Jumat (4/10/2024), peningkatan sebaran lumut pada tahun 2016 bertepatan dengan mulai mencairnya es di sekitar Antartika.

Lautan terbuka yang hangat menyebabkan kondisi lembap dan mendukung pertumbuhan tanaman.

Tidak hanya Antartika, penghijauan serupa juga telah dilaporkan terjadi di Kutub Utara dan pada 2021 hujan turun di puncak es Greenland pertama kalinya dalam sejarah.

Hujan tersebut dikenal dengan antisiklon yang menyebabkan gelombang panas dalam waktu yang lama dan membuat es mencair.

“Pemandangan Antartika hampir seluruhnya masih didominasi oleh salju, es, dan batu dengan hanya sebagian kecil saja yang ditumbuhi tanaman. Namun, bagian ini telah meluas secara drastis, menunjukkan bahwa padang gurun yang luas dan terisolasi pun terpengaruh perubahan iklim.” ujar Thomas Roland dari University of Exeter, Inggris yang memimpin penelitian.

Baca juga: Alasan Antartika Menjadi Benua Besar Tanpa Negara dan Penduduk

Dampak Antartika yang menghijau, kabar buruk bagi Bumi?

Lumut berperan penting dalam mengubah permukaan batu menjadi tanah.

Bila terus meluas, spesies-spesies tanaman baru akan tumbuh di Antartika pada masa mendatang.

Menurut para peneliti, penghijauan ini dapat menimbulkan dampak yang kompleks bagi dunia.

“Salah satu kekhawatiran besar di sini adalah peningkatan vegetasi secara dramatis akan mengembangkan dan menciptakan tanah baru di seluruh wilayah, menyediakan media tempat spesies non-asli, dan berpotensi dapat tumbuh,” ungkap Olly Bartlett, peneliti dari Universitas Hertforshire, dikutip dari The Independent, Jumat (4/10/2024).

Perubahan itu dapat mengganggu keseimbangan ekosistem Antartika yang rentan, menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati karena spesies baru mengalahkan tanaman asli.

Seiring dengan terus berkembangnya tanaman, ini akan mengubah dinamika ekosistem yang berpotensi mempengaruhi komposisi tanah, siklus karbon, dan jaring makanan lokal.

Berdasarkan analisis citra satelit selama 35 tahun dari arsip Landsat NASA, penghijauan bahkan meluas hingga ke seluruh semenanjung Antartika barat.

Tanaman membentang dari sekitar 68,5 derajat selatan hingga ke Kepulauan Shetland Selatan bagian utara.

Melihat hal ini, Barlett menyerukan akan melakukan penelitian lebih lanjut dan memikirkan langkah-langkah untuk melindungi ekosistem Antartika.

Baca juga: Misteri Air Terjun Blood Falls Antartika yang Berwarna Merah Darah Terungkap, Ilmuwan Jelaskan Penyebabnya

Leave a comment