Informasi Terpercaya Masa Kini

Profil Colin Huang, Pendiri Markertplace Temu yang Dilarang Masuk di Indonesia

0 3

KOMPAS.com – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi telah mengumumkan rencana untuk melarang aplikasi Temu beroperasi di Indonesia.

Temu, marketplace lintas negara asal China, menggunakan model penjualan langsung dari pabrik ke konsumen (Factory to Consumer), memungkinkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan platform e-commerce lainnya seperti Tokopedia atau Shopee.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran pemerintah bahwa aplikasi tersebut dapat mengganggu ekosistem Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam negeri, karena produk impor yang dijual dengan harga lebih rendah akan sulit disaingi oleh pelaku usaha lokal.

Di balik kesuksesan aplikasi ini, berdiri sosok Colin Huang, pendiri dan penggerak utama di balik Temu. Huang, yang sebelumnya sukses dengan Pinduoduo, membangun Temu sebagai platform yang menawarkan harga kompetitif melalui pendekatan yang inovatif.

Namun, meskipun kesuksesannya di pasar global sangat signifikan, kehadiran Temu di Indonesia menghadapi tantangan regulasi yang besar. Lantas siapa Colin Huang dan profil lengkapnya? Selengkapnya berikut ini uraiannya.

Baca juga: Aplikasi Temu Dinilai Berbahaya dari Aspek Keamanan, Kenapa?

Profil Colin Huang

Colin Huang, yang juga dikenal sebagai Huang Zheng, adalah seorang pengusaha dan filantropis terkenal asal Tiongkok. Dia paling dikenal sebagai pendiri Pinduoduo, salah satu platform e-commerce terbesar di Tiongkok.

Awal kehidupan dan pendidikan

Colin Huang lahir pada 1 Januari 1980 di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, dalam keluarga kelas menengah. Orang tuanya bekerja di pabrik, dan sejak kecil Huang sudah menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang matematika.

Dilansir dari Business Insider, dalam blog pribadinya di Medium, yang kini sudah tidak tersedia, Huang pernah bercerita tentang masa kecilnya. Ia menyebut bahwa dirinya bersekolah di sekolah dasar yang biasa saja.

Namun, hidupnya berubah ketika ia memenangkan penghargaan di Olimpiade Matematika. Guru-gurunya menyadari potensinya dan menyarankan agar ia mengikuti tes masuk ke Sekolah Bahasa Asing Hangzhou (Hangzhou Foreign Language School/HFLS), sebuah sekolah yang sangat selektif.

Meski awalnya ragu karena mengira sekolah tersebut hanya berfokus pada bahasa asing, Huang akhirnya masuk ke HFLS setelah diyakinkan oleh kepala sekolah. Keputusan ini menjadi titik balik penting dalam hidupnya. “Kalau dipikir-pikir lagi, saya bersyukur memilih untuk pergi ke HFLS,” tulisnya dalam salah satu unggahannya.

Sekolah tersebut dikenal dengan pendekatan pendidikan yang lebih liberal, memperkenalkan murid-muridnya pada budaya dan pengaruh Barat jauh lebih awal dibandingkan sekolah lainnya di Tiongkok.

Pengalaman ini memberikan pengaruh besar dalam pola pikir dan karier Huang di kemudian hari. Pendekatan liberal yang diterimanya di HFLS turut membentuk wawasan global dan inovatif yang membantunya dalam mendirikan dan membesarkan Pinduoduo.

Di perguruan tinggi ia melanjutkan studi S1 Ilmu Komputer di Zhejiang University. Setelah itu, pada 2004, Huang menyelesaikan gelar Master Ilmu Komputer di University of Wisconsin-Madison.

Baca juga: Menkominfo Larang Aplikasi Marketplace Temu di Indonesia

Perjalanan karir

Colin Huang memulai karier di dunia teknologi dengan magang di Microsoft dan Google. Pada 2004, ia bekerja sebagai software engineer di Google, di mana ia membantu mengembangkan layanan Google di Tiongkok. Namun, hasratnya untuk berwirausaha membuatnya memutuskan meninggalkan Google pada 2007.

Setelah keluar dari Google, Huang memulai sejumlah bisnis. Salah satu yang pertama adalah mendirikan situs marketplace Oku, yang kemudian dijual seharga 2,2 juta dolar AS pada 2010. Setelah itu, dia meluncurkan beberapa usaha lain seperti Lequee dan Xumeng.

Pinduoduo: Kejayaan Colin Huang

Pada 2015, Colin Huang mendirikan Pinduoduo, sebuah platform yang awalnya fokus pada produk pertanian. Dengan model belanja kelompok (group buying), Pinduoduo berhasil menawarkan produk dengan harga sangat kompetitif, terutama bagi konsumen di kota-kota kecil.

Strategi inovatif ini membuat Pinduoduo tumbuh pesat dan menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di Tiongkok. Dilansir dari Times of India, di bawah kepemimpinan Huang, platform ini memiliki sekitar 750 juta pengguna aktif bulanan dan mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Pinduoduo juga sukses melantai di bursa pada Juli 2018, mengumpulkan 1,6 miliar dolar AS.

Selain kesuksesannya di bidang bisnis, Colin Huang juga dikenal sebagai seorang dermawan. Ia aktif dalam berbagai kegiatan filantropi, menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk proyek-proyek sosial dan penelitian ilmiah. Pada 2021, Huang diakui sebagai salah satu filantropis terkemuka di Tiongkok, setelah menyumbangkan dana besar untuk penelitian sains dan tanggung jawab sosial.

Kekayaan Colin Huang

Dilansir dari laman Forbes, kekayaan Colin Huang, pendiri Pinduoduo dan Temu, mencapai 53.8 miliar dollar AS pada 2 Oktober 2024 yaitu sekitar Rp 828,7 trilliun. Ini menempatkannya di posisi ke-27 dalam daftar orang terkaya di dunia.

Sebagian besar kekayaannya berasal dari kepemilikannya di Pinduoduo, platform e-commerce yang tumbuh pesat di Tiongkok, berfokus pada penjualan produk dengan harga diskon melalui model group-buying.

Meskipun Colin Huang telah mengundurkan diri dari posisi CEO Pinduoduo pada 2020, ia masih memiliki saham signifikan di perusahaan tersebut, yang terus memberikan kontribusi besar terhadap kekayaannya.

Baca juga: Menteri Teten Sebut Aplikasi Temu Lebih Bahaya dari TikTok Shop

Profil marketplace Temu

Temu diluncurkan pada Juli 2022 Ppatform ini dimiliki oleh PDD Holdings, yang juga mengoperasikan Pinduoduo.

Model bisnis Temu menghubungkan konsumen langsung dengan produsen di Tiongkok, memungkinkan barang-barang dijual dengan diskon besar. Dengan cara ini, produk bisa dikirim langsung dari Tiongkok, sehingga memangkas biaya dan membuat harga lebih terjangkau bagi konsumen.

Fitur utama

Dilansir dari laman PickFu, Temu memiliki basis pengguna yang besar, terutama di Asia, dan berkembang pesat di pasar internasional. Pada September 2023, Temu telah mencapai 80 juta pengguna aktif di Amerika Serikat, dan pada Februari 2024, jumlah ini meningkat menjadi 100 juta pengguna aktif.

Temu menawarkan berbagai macam produk, mulai dari pakaian, produk kecantikan, peralatan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk menarik lebih banyak konsumen, Temu menggunakan strategi pemasaran besar-besaran melalui iklan online di platform seperti Facebook dan Instagram.

Dalam hal biaya, Temu membebankan komisi berdasarkan kategori barang yang dijual, namun tidak ada biaya tambahan untuk memulai akun penjual.

Di Indonesia, Temu menghadapi tantangan tersendiri. Meskipun model bisnisnya yang inovatif berhasil menarik perhatian konsumen dengan harga yang sangat kompetitif, platform ini tidak lepas dari sorotan regulasi pemerintah.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengkhawatirkan dampak negatif Temu terhadap sektor UMKM lokal, yang bisa tertekan oleh produk impor dengan harga jauh lebih murah.

Selain itu, Temu juga harus mematuhi aturan terkait keamanan data dan perlindungan konsumen yang semakin diperketat di Indonesia.

Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno.

Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.

Leave a comment