Informasi Terpercaya Masa Kini

Sejarah dan Romansa Sultan Siak di Rumah Singgah Tuan Kadi di Tepian Sungai Siak Pekanbaru Riau

0 12

TRIBUNPEKANBARU.COM,PEKANBARU – Memori ingatan dibawa ke romansa kesultanan Siak ketika melihat rumah warna kuning beratap biru terpadu dalam lanskap tepian Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Posisinya berada di Jalan Perdagangan yang jaraknya sekitar 20 meter saja dari tepian sungai.

Pemandangan struktur Jembatan Siak III tersaji dari halaman rumah yang berada di daerah Wisata Kampung Bandar, Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Ada taman yang mengelilingi rumah kayu dengan pondasi batu itu.

Bangunan dengan arsitektur limas pancung ini masih berdiri tegak walau sudah berusia lebih dari satu abad. 

Rumah ini mengajak memori menjelajah masa-masa kelahiran Kota Pekanbaru yang bermula dari Senapelan.

Kawasan ini pernah menjadi ibukota Kerjasama Siak Sri Indra Pura. Jarak rumah ini dari pusat Kota Pekanbaru berkisar sembilan kilometer.

Dulunya, bangunan yang berdiri sejak tahun 1895 ini menjadi tempat persinggahan Sultan Siak, Sultan Syarif Kasim (SSK) II.

Sultan kerap singgah di rumah ketika hendak bermalam di Senapelan.

Rumah tersebut kini dikenal sebagai Rumah Singgah Sultan Siak Rumah Tuan Kadi.

Rumah ini selayaknya rumah dengan arsitektur Melayu di bagian depan rumah langsung disambut sebuah bak batu berisi air yang dulunya untuk membasuh kaki sebelum masuk ke rumah.

Rumah kayu berkonsep rumah panggung ini memiliki lima anak tangga untuk naik ke atas rumah.

Begitu memasuki rumah terdapat ruangan selasar yang biasanya menyambut tamu.

Ada juga ruang induk di samping ruang selasar yang biasanya tertutup agar tidak terlihat oleh tamu. 

Rumah kayu ini punya empat kamar yang diperuntukkan ibu dan ayah serta para anak perempuan.

Ketika melihat ke dalam ada sejumlah furnitur klasik berupa kursi dan meja.

Ada juga sejumlah foto hitam putih yang membawa kepada kenangan seputar perkembangan penyebrangan Sungai Siak yang bermula dari sebuah ponton.

Hal ini menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang. Satu di antaranya Raras, yang sengaja datang ke Rumah Singgah Sultan untuk melihat histori Kota Pekanbaru bermula.

Wanita berkerudung itu melihat satu persatu foto hitam putih yang menjadi menyajikan sejarah perkembangan tepian Sungai Siak.

Ia merasa nyaman selama berada di dalam rumah kayu tersebut.

“Suasananya cukup menarik ya, nyaman  untuk datang ke sini, karena merasakan benar-benar rumah bersejarah,” ungkapnya.

Ia menambahkan ada buku yang tersedia di dalam Rumah Singgah Sultan ini.

Ada sejumlah buku yang bisa menambah khazanah seputar sejarah Sultan Syarif Kasim II, yang juga merupakan satu pahlawan nasional dari Riau.

“Rumahnya juga rumah lama pada jaman dahulu, jaman kerajaan, kita merasakan suasana yang memorable,” akunya.

Karyawan swasta ini mengaku baru pertama kali singgah ke rumah yang punya sejarah panjang di Kota Pekanbaru. Ia berencana bakal datang lagi bersama teman-teman.

Juru Pelihara Rumah Singgah Tuan Kadi, Andre menyebut bahwa dahulunya rumah ini menjadi tempat persinggahan Sultan Siak. Maka rumah ini pun diberi nama rumah singgah Sultan Siak .

“Apabila Sultan Siak ingin melihat wilayah kekuasaannya dari Siak Sri Indrapura sampai ke hulu Sungai Siak, singgah sebentar di rumah ini,” jelasnya.

Dirinya menyebut bahwa saat ini rumah tersebut berfungsi sebagai satu objek wisata di Kota Pekanbaru.

Ia menyebut bahwa Rumah Singgah Sultan Siak sudah menjadi cagar budaya.

“Rumah ini bisa dikunjungi siapa pun dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore,” ulasnya.

Awalnya rumah ini dibangun oleh saudagar di Senapelan, Nurdin R Putih sekitar tahun 1895.

Ia memiliki seorang putri yakni Fatimah binti Nurdin Putih. Wanita itu lantas menikah dengan Zakaria bin H. Abdul Muthalib, seorang pemuda dari Labuhan Bilik Panai, Sumatera Timur.

Pada masa pemerintahan SSK II,  Zakaria mendapat amanah sebagai Ketua Kerapatan Syariah Kerajaan Siak Sri Indrapura bergelar Qadhi.

Ia banyak mengurus tentang Syariat yang berdasar hukum agama Islam.

Begitulah asal mula rumah singgah Sultan Siak ini akhirnya diberi nama Rumah Singgah Sultan Siak Rumah Tuan Kadi.

Bangunan itu mengalami pergantian pemilik hingga sempat menjadi gudang besi tua sekitar tahun 1994.

Namun secara bertahap sejak tahun 2011, upaya penyelamatan terhadap rumah kayu ini.

Aliansi Masyarakat Pelestari Warisan Pusaka Melayu Riau saat itu melaporkan hasil temuan rumah kayu yang perlu diselamatkan kepada pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat.

Mereka menindaklanjuti dengan menurunkan Tim Arkeolog BPCB untuk melakukan pendataan satu persatu di lapangan.

Akhirnya setelah tiga tahun berjalan, pada tahun 2014, rumah itu menjadikannya sebagai ikon baru Kota Pekanbaru di tepian Sungai Siak.

Sampai saat ini rumah bersejarah itu tidak pernah sepi pengunjung.

Setiap hari ada saja yang datang ke Rumah Singgah Sultan ini sambil menikmati keindahan Kota Pekanbaru dari tepian Sungai Siak. (Tribunpekanbaru.com/ Fernando Sikumbang) 

Leave a comment