Informasi Terpercaya Masa Kini

1 Nama Disebut Sebagai Jodoh Prabowo,Bakal Jadi Sosok Ibu Negara,Ternyata Bukan Titiek Soeharto

0 30

TRIBUNJATIM.COM – Sosok Ibu Negara yang bakal mendampingi Prabowo Subianto akhirnya terjawab.

Diketahui, Prabowo Subianto adalah Presiden terpilihbdalam Pemilu 2024.

Usai terpilih menjadi Presiden, sosok Ibu Negara yang bakal mendampingi Prabowo Subianto jadi sorotan.

Selama ini, Titiek Soeharto yang digadang-gadang bakal menjadi Ibu Negara pendamping Prabowo Subianto.

Namun ternyata bukan.

Ada satu nama yang dipastikan akan mendampingi Prabowo Subianto saat menjabat sebagai Presiden RI.

Nama ini disebut sebagai jodoh Prabowo Subianto.

Hal itu pernah diungkapkan oleh kakak Prabowo yakni Hasyim Djojohadikusumo beberapa tahun lalu.

Setelah meraih hasil unggul dalam perhitungan kilat (quick count) pada pemilihan presiden (pilpres) 2024, Prabowo Subianto segera menyampaikan pidato kemenangan di hadapan semua pendukungnya.

Tidak terkecuali Titiek Soeharto yang senantiasa setia mendampingi perjalanan politik Prabowo Subianto hingga saat ini.

Meskipun mereka dikabarkan berpisah lebih dari 26 tahun setelah kegemparan politik pada tahun 1998, rupanya hubungan mereka tetap harmonis, tanpa mencari pasangan baru.

Baca juga: Sosok Soemitro Djojohadikoesoemo, Ayah Prabowo Dulu Menteri, Mantan Besan Presiden Ke-2 RI Soeharto

Situasi tersebut memicu spekulasi di kalangan banyak orang, bahwa mungkin mereka akan berdamai seperti sebelumnya, sebelum dipisahkan oleh kegemparan politik pada tahun 1998.

Namun, apakah hal itu mungkin terjadi? Apakah Titiek Soeharto benar-benar akan menjadi calon ibu negara di masa mendatang?

Melansir dari TribunBengkulu.com, Sebuah postingan dari akun TikTok @sospolku yang menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen menampilkan kakak Prabowo Subianto, Hasyim Djojohadikusumo, sedang berada dalam sebuah sesi wawancara.

Dia diajukan pertanyaan mengenai calon ibu negara jika Prabowo Subianto terpilih sebagai Presiden RI ke-8. Jawabannya ternyata mengejutkan.

Baca juga: Deretan 12 Pendukung Prabowo-Gibran yang Dapat Jabatan Komisaris di BUMN

Hasyim dengan tegas menyatakan bahwa ada orang lain yang akan menjadi ibu negara bersama Prabowo Subianto.

“Nggak! Ada nama lain,” kata Hashim dengan tegas.

Hasyim mengungkapkan bahwa nama calon ibu negara yang akan mendampingi Prabowo bukanlah Titiek Soeharto.

“Namanya pertiwi,” lanjut Hashim.

“Ibu pertiwi.”

“Bukan Titiek.”

Hasyim bahkan mengulangi pernyataannya beberapa kali, menegaskan bahwa bukan Titiek yang akan menjadi ibu negara.

“Ibu pertiwi,” katanya.

“Namanya ibu pertiwi.”

“Jodohnya pak Prabowo itu ibu pertiwi.”

Baca juga: Penampilan Titiek Soeharto Goreng Telur Disorot, Mantan Istri Prabowo Dipuji Bisa Masak, Menyala

Setelah mendengar jawaban tersebut, pewawancara terlihat tersenyum dan mungkin merasa bahwa jawaban tersebut cukup menarik.

Melihat reaksi itu, Hasyim terlihat tidak senang dan segera menanggapi pewawancara yang masih terus tertawa.

“Kok ketawa?” kata Hashim.

“Saya tidak bercanda loh!”

Melansir dari Kompas.com, Prabowo dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1951, dari hubungan antara ekonom Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo dengan Dora Soemitro.

Masa pendidikan awalnya ditempuh di Malaysia, Swiss, dan Amerika Serikat.

Pada tahun 1969, Prabowo bergabung dengan Akademi Militer (Akmil) Magelang untuk menyelesaikan pendidikan militer dan lulus pada tahun 1974.

Karir militer dimulainya dengan menjadi Komandan Pleton di Grup I Kopassus dan bertugas di Timor-Timor.

Pada tahun 1983, karir militernya semakin gemilang ketika dia dipromosikan menjadi Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus.

Beberapa tahun kemudian, Prabowo naik pangkat menjadi Komandan Jenderal Kopassus.

Sebagai Danjen Kopassus, kariernya semakin cemerlang setelah berhasil memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma, di mana 10 dari 12 peneliti yang disandera oleh organisasi Papua Merdeka (OPM) berhasil diselamatkan.

Pada tahun 1998, Prabowo mencapai puncak karirnya ketika dia ditunjuk sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), dengan memimpin sekitar 11.000 prajurit.

Prabowo memainkan peran penting dalam tubuh TNI AD ketika terjadi Reformasi 1998, di mana dia dipercaya untuk mengamankan Jakarta yang sedang dilanda kerusuhan politik karena aksi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa.

Setelah periode Reformasi, Prabowo diberhentikan dari jabatannya sebagai Pangkostrad dan kemudian diangkat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.

Setelah menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira terkait beberapa kasus, Prabowo diberhentikan dari militer dengan pangkat Letnan Jenderal.

Setelah pensiun dari militer, Prabowo mulai terlibat dalam bisnis.

Dia memiliki berbagai perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri.

Pada tahun 2004, Prabowo memulai karir politiknya dengan bergabung dengan Partai Golkar.

Meskipun mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada tahun 2004, dia kalah suara dari Wiranto.

Pada tahun 2008, setelah keluar dari Golkar, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Pada Pemilu 2009, Gerindra berhasil mendapatkan 26 kursi di DPR RI.

Pada Pilpres 2009, Prabowo menjadi calon wakil presiden dari Megawati.

Pasangan ini mendapatkan 26,79 persen suara, kalah dari pasangan SBY-Boediono.

Prabowo kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2014 sebagai cawapres bersama Hatta Rajasa.

Pasangan ini didukung oleh Koalisi Merah Putih yang terdiri dari tujuh partai, termasuk Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP, dan Demokrat.

Mereka berhadapan dengan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang didukung oleh Koalisi Indonesia Hebat yang terdiri dari PDI-P, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI.

Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com

Berita tentang Prabowo Subianto lainnya

Leave a comment