Informasi Terpercaya Masa Kini

Jumlah Perusahaan AS yang Ingin Pindahkan Pabrik dari China Sentuh Rekor Tertinggi

0 3

BEIJING, KOMPAS.com – Sebagian besar perusahaan AS di China mempercepat rencana untuk memindahkan pabrik keluar dari China, menurut hasil survei yang dirilis pada Kamis (23/1/2025).

Dikutip dari CNBC, sekitar 30 persen responden mempertimbangkan atau memulai diversifikasi tersebut pada tahun 2024, melampaui rekor tertinggi sebelumnya sebesar 24 persen pada tahun 2022, menurut survei tahunan dari Kamar Dagang AS (AmCham) di China.

Jumlah tersebut juga melampaui angka 23 persen yang dilaporkan pada tahun 2017, ketika Presiden AS Donald Trump memulai masa jabatan pertamanya dan mulai menaikkan tarif untuk barang-barang dari China.

Baca juga: Pemerintah China: Tidak Akan Ada Pemenang dalam Perang Dagang

Selain ketegangan AS-China, salah satu dampak utama yang telah kita lihat dalam lima tahun terakhir adalah Covid-19 dan bagaimana China menutup diri dari dunia karena Covid-19, menurut Michael Hart, presiden AmCham China yang berbasis di Beijing

“Itu menjadi salah satu pemicu terbesar karena orang-orang menyadari bahwa mereka perlu mendiversifikasi rantai pasokan mereka. Saya tidak melihat tren itu melambat,” ujar Hart.

China membatasi perjalanan internasional dan mengunci sebagian wilayah negara tersebut selama pandemi Covid-19 dalam upaya untuk membatasi penyebaran penyakit tersebut.

Sementara India dan negara-negara Asia Tenggara tetap menjadi tujuan paling populer untuk memindahkan pabrik, survei tersebut menunjukkan 18 persen responden mempertimbangkan untuk pindah ke AS pada tahun 2024, naik dari 16 persen pada tahun sebelumnya.

Baca juga: Trump Pertimbangkan Tarif 10 Persen untuk China, Berlaku 1 Februari 2025

Mayoritas perusahaan AS tidak berencana untuk melakukan diversifikasi. Lebih dari dua pertiga, atau 67 persen responden mengatakan mereka tidak mempertimbangkan untuk merelokasi manufaktur, turun 10 poin persentase dari tahun 2023.

Survei AmCham China terbaru mencakup 368 anggota dari 21 Oktober hingga 15 November 2024. Adapun Trump terpilih kembali sebagai presiden AS pada 5 November 2024.

Trump minggu ini menegaskan rencana untuk menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China sebesar 10 persen. Trump juva mengatakan bea masuk dapat diberlakukan paling cepat pada 1 Februari 2025.

 

Ini mempertegas sikap AS yang semakin keras terhadap China. Pemerintahan Presiden Joe Biden menekankan bahwa AS tengah bersaing dengan China dan mengeluarkan pembatasan ketat terhadap kemampuan perusahaan China untuk mengakses teknologi canggih AS.

Baca juga: Wamendag Sebut Tarif Impor Trump Buka Peluang Indonesia Gantikan Peran China

Lebih dari 60 persen responden mengatakan ketegangan AS-China merupakan tantangan terbesar dalam berbisnis di China tahun depan.

Persaingan dari perusahaan milik negara setempat atau perusahaan swasta China merupakan tantangan terbesar kedua bagi bisnis AS yang beroperasi di China, menurut survei tersebut.

Pertumbuhan ekonomi China melambat

Menambah tekanan geopolitik, pertumbuhan ekonomi China melambat, ditandai dengan belanja konsumen yang lesu sejak pandemi.

Pemerintah China pada akhir September 2024 lalu mulai meningkatkan upaya untuk merangsang pertumbuhan dan menghentikan kemerosotan sektor real estat.

Baca juga: Mobil dan Truk dari China Bakal Dilarang Masuk AS

Selama tiga tahun berturut-turut, lebih dari separuh responden AmCham China mengatakan bahwa mereka tidak memperoleh laba di negara itu, seraya menambahkan bahwa kawasan itu menjadi kurang kompetitif dalam hal margin dibandingkan pasar global lainnya.

Survei AmCham juga menunjukkan, proporsi perusahaan yang tidak lagi mencantumkan China sebagai tujuan investasi pilihan meningkat menjadi 21 persen, dua kali lipat dari tingkat sebelum pandemi.

Namun, ke depannya, perusahaan teknologi, industri, dan konsumen mengatakan bahwa mereka memandang pertumbuhan konsumsi domestik sebagai peluang bisnis teratas untuk tahun 2025, kata survei tersebut.

Perusahaan jasa mengatakan peluang teratas mereka adalah perusahaan China yang ingin berekspansi ke luar negeri.

 

Baca juga: China Gulirkan Program Tukar Tambah Rice Cooker hingga Microwave, Buat Apa?

Hart mencatat bahwa banyak anggota masih optimis terhadap konsumen China sebagai pasar yang cukup besar dan penting.

Leave a comment