Sri Mulyani Tak Masuk Kabinet Prabowo, Rocky Gerung: Eranya Selesai, Mungkin Dia sudah Ditegur World Bank

Rocky Gerung turut mengomentari posisi Sri Mulyani yang tidak masuk ke dalam Kabinet Prabowo.

Sri Mulyani Tak Masuk Kabinet Prabowo, Rocky Gerung: Eranya Selesai, Mungkin Dia sudah Ditegur World Bank

Bisnis.com, JAKARTA - Rocky Gerung turut mengomentari posisi Sri Mulyani yang tidak masuk ke dalam Kabinet Prabowo.

Belakangan viral nama-nama yang digadang-gadang bakal jadi Menteri Keuangan baru di Kabinet Prabowo.

Melansir dari Bloomberg, Sabtu (2/3/2024), empat nama yang muncul sebagai calon Menkeu merupakan para bankir yang kini memiliki jabatan penting di Indonesia.

Baca Juga : Intip Isi Garasi Calon Menkeu Penerus Sri Mulyani, Siapa Paling Mewah?

Nama-nama yang muncul, yakni Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Royke Tumilaar. 

Meski demikian, sumber mengatakan bahwa susunan tim sukses Prabowo-Gibran saat ini tidak menutup kemungkinan adanya perubahan nama. 

Baca Juga : : Komentar Gibran soal Isu Sri Mulyani Tak Jadi Menkeu di Kabinet Prabowo

Ya, tak ada nama Sri Mulyani dalam bursa calon Menkeu Kabinet Prabowo-Gibran di atas. Sebelumnya, Rocky Gerung turut angkat bicara.

Menurut filsuf dan akademisi kenamaan tanah air tersebut, era Sri Mulyani mungkin sudah selesai. Ia juga mengatakan bahwa Bendahara RI itu mungkin sudah ditegur oleh World Bank agar tak ikut-ikutan menyusun rencana berbahaya bagi Indonesia.

Baca Juga : : Intip Harta Kekayaan 4 Calon Menkeu Pengganti Sri Mulyani, Siapa Paling Tajir?

"Era Sri Mulyani sudah selesai, mungkin sekali sudah ditegur oleh World Bank supaya jangan lagi ikut campur dan ikut menyusun sesuatu yang berbahaya bagi Indonesia," kata Rocky Gerung.

Bukan tanpa alasan, Rocky Gerung mengambil contoh program makan siang gratis yang diusung Prabowo-Gibran.

Menurutnya, program ini bisa menjadi ladang basah untuk munculnya korupsi secara sistematis di Indonesia.

"Karena makan siang itu dianggap sebagai salah satu hal yang rantai korupsinya akan panjang, harga satu piring di Jakarta itu mungkin bisa tinggal 1 sendol kalau sudah sampai di Papua. Dan Bank Dunia pasti menghitung itu tidak efisien," ia menambahkan.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow