Rekam Jejak Netzah Yehuda, Militer Israel yang Melakukan Kekerasan ke Warga Palestina

Batalion Netzah Yehuda Israel diduga melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dengan kekerasan fisik dan sosial terhadap warga Palestina.

Rekam Jejak Netzah Yehuda, Militer Israel yang Melakukan Kekerasan ke Warga Palestina

KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan akan menjatuhkan sanksi kepada salah satu unit militer Israel, Batalion Netzah Yehuda.

Dikutip dari Kompas.id, Senin (22/4/2024), sanksi ini di bawah Aturan Leahy untuk menghentikan segala jenis bantuan kepada unit keamanan negara asing yang terbukti melanggar hak asasi manusia (HAM).

Gelagat pemberian sanksi tersebut disinggung Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Roma, Italia, Minggu (21/4/2024) malam waktu setempat.

"Hasil penyelidikan akan keluar dalam beberapa hari. Departemen saya bekerja keras untuk menyelidikinya secara menyeluruh," kata Blinken.

Militer Israel lakukan kekerasan fisik ke warga Palestina

Pejabat AS yang dirahasiakan namanya mengatakan, sanksi kemungkinan besar dijatuhkan kepada Batalion Netzah Yehuda yang beroperasi di Tepi Barat dan di Dataran Tinggi Golan.

Batalion Netzah Yehuda dituduh melakukan kekerasan fisik dan sosial melalui impunitas terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

Jika ini terbukti, di bawah Aturan Leahy, Departemen Luar Negeri AS akan menghentikan segala jenis bantuan kepada mereka.

Lantas, bagaimana rekam jejak Batalion Netzah Yehuda?

Baca juga: Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel

Dilansir dari Reuters, Senin, Batalion Netzah Yehuda adalah unit militer Israel yang terdiri dari tentara dengan keyakinan Yudaisme Haredi atau ultra-Ortodoks.

Pertama kali dibentuk pada 1999, Netzah Yehuda awalnya dikenal sebagai Nahal Haredi dan hanya terdiri dari 30 tentara Israel.

Pemerintah membentuk batalion tersebut sebagai jalan bagi kelompok agama untuk berdinas di militer dengan tetap mengizinkan menjalankan praktik keagamaan.

Oleh karena itu, Netzah Yehuda mengecualikan orang-orang non-Yahudi dan memiliki peraturan agama yang ketat.

Mereka juga tidak mengizinkan perempuan berada di pangkalan militernya, kecuali istri dari prajurit.

Netzah Yehuda merupakan satu dari lima unit yang membentuk Brigade Kfir, kelompok yang dideskripsikan sebagai garis depan perang melawan Palestina oleh militer Israel.

Saat ini, Batalion Netzah Yehuda beroperasi di kota Ramallah dan Jenin di Tepi Barat dan tercatat memiliki sekitar 1.000 tentara.

Baca juga: Siapa Kelompok Militan Palestina Hamas yang Luncurkan Serangan Mendadak ke Israel?

Rekam jejak Netzah Yehuda

Dikutip dari Middle East Eye, Senin, Netzah Yehuda memicu kemarahan internasional setelah menahan dan menyiksa seorang warga Amerika keturunan Palestina pada Januari 2022.

Omar Muhammad Assad (80) dinyatakan meninggal karena serangan jantung menyusul penahanan yang kejam di tangan pasukan Netzah Yehuda.

Menurut saksi mata, Assad ditinggalkan dalam posisi tengkurap oleh tentara Israel yang akan berangkat.

Dia kemudian ditemukan di pinggir jalan dan dinyatakan meninggal dunia karena serangan jantung.

Kematian Assad memicu seruan penyelidikan oleh anggota kongres dari Wisconsin, Amerika Serikat, tempat Assad tinggal selama beberapa dekade.

Sebelum kejadian tersebut, unit militer ini juga tercatat memiliki sejarah panjang dalam melakukan kekerasan terhadap warga Palestina.

Salah satunya pada Oktober 2021, empat tentara dari unit tersebut ditahan atas dugaan pemukulan dan pelecehan seksual terhadap seorang tahanan Palestina.

Pada Juni 2015, seorang tentara Netzah Yehuda menembak seorang warga Palestina yang tidak bersenjata di kota Silwad, sebelah utara Ramallah.

Tentara Israel mengeklaim, warga Palestina telah melemparkan bom molotov ke arah tentara, tetapi rekaman video tidak menunjukkan ancaman seperti itu.

Baca juga: Serangan Iran ke Israel Disebut Hanya Ingin Tepati Janji Pembalasan, Jauh dari Potensi Perang Dunia Ketiga

Riwayat kasus yang melibatkan Netzah Yehuda

Pada bulan yang sama, muncul laporan bahwa setidaknya lima tentara dari unit ini melakukan penyerangan fisik dan penahanan sewenang-wenang terhadap Shadi al-Ghobaishi, seorang warga sipil Palestina dari kamp pengungsi Jalazone di Ramallah.

Ghobaishi dilaporkan mendekati tentara, meminta mereka berhenti menembakkan gas air mata dan membunyikan granat di dekat rumahnya karena membuat anak-anaknya takut.

Dua insiden terpisah pada Oktober 2015, warga Palestina yang ditahan oleh Netzah Yehuda di Jenin dan Tulkarm turut dilaporkan mengalami kekerasan fisik.

Beberapa bulan kemudian, seorang tentara pelaku kekerasan dan tiga orang lain yang terlibat dalam insiden tersebut dijatuhi hukuman antara tujuh hingga sembilan bulan penjara.

Maju ke Agustus 2016, seorang tentara Israel yang tergabung dalam unit tersebut menembak dan membunuh pria Palestina, Iyad Zakariya Hamed, di dekat Silwad.

Militer menuduh Hamed memberikan ancaman, sebelum kemudian mencabut klaim tersebut. Kendati demikian, tidak ada penuntutan sehubungan dengan kasus ini.

Pada Desember 2018, tentara Netzah Yehuda dilaporkan menembak dan membunuh warga bernama Qassem Abbasi (17) di lingkungan Silwan di Yerusalem Timur.

Tentara awalnya menuduh Abbasi berusaha menabrak mereka, tetapi kemudian mengonfirmasi bahwa remaja tersebut tidak menimbulkan ancaman.

Saat penyelidikan digencarkan atas insiden tersebut, kasus tersebut kemudian ditutup tanpa dakwaan.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow