Menhan AS Umumkan Pentagon Kehabisan Dana untuk Bantuan Senjata dan Amunisi bagi Ukraina

Menhan AS Lloyd Austin, Selasa, mengumumkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon sudah kehabisan dana untuk bantuan senjata dan amunisi bagi Ukraina.

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, Selasa (23/1/2024), mengumumkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon sudah kehabisan dana untuk bantuan senjata dan amunisi bagi Ukraina.

Ini pertama kalinya sejak Austin membentuk kelompok internasional untuk mendukung Ukraina pada April 2022, AS tidak dapat mengirimkan amunisi dan peluru kendali yang dibutuhkan Ukraina untuk menangkis serangan Rusia.

Sambil menunggu Kongres menyetujui anggaran yang berpotensi lebih besar lagi untuk Ukraina, AS mencari dukungan dari sekutu-sekutunya untuk terus menjembatani kesenjangan dana tersebut.

"Saya mendesak kelompok ini untuk memberikan dukungan yang lebih dalam bagi Ukraina dengan menyediakan sistem pertahanan udara darat dan peluru kendali yang dapat menyelamatkan nyawa," kata Austin dalam pernyataan yang disiarkan dari rumahnya karena dia masih dalam tahap pemulihan usai menjalani operasi kanker prostat, seperti dilaporkan Associated Press.

Itu penampilan publik pertama Austin (70 tahun) yang tampak sedikit kurus. Dia dirawat di rumah sakit selama dua minggu setelah komplikasi akibat operasi kanker prostat.

Pada Selasa di Brussels, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengumumkan kontrak bersama senilai USD1,2 miliar untuk membeli lebih dari 222.000 butir amunisi kaliber 155 mm.

Amunisi kaliber besar tersebut adalah amunisi paling banyak digunakan dalam pertempuran di Ukraina. Kontrak tersebut akan digunakan untuk mengisi ulang stok sekutu yang telah menggunakan cadangan mereka sendiri untuk diberikan kepada Kiev.

Baca Juga: Penasihat Biden: Ukraina Bakal Jatuh dalam Hitungan Minggu Bila AS Tidak Segera Beri Bantuan Militer

"Meskipun kami saat ini tidak dapat memberikan bantuan keamanan, mitra-mitra kami terus melakukannya," kata juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, kepada wartawan, Senin (22/1/2024).

Saat serangan Israel ke Gaza mendominasi berita sejak Oktober 2023, serangan Rusia terhadap Ukraina terus berlanjut.

Pada Selasa, Rusia meluncurkan rentetan lebih dari 40 rudal balistik, rudal jelajah, rudal anti-pesawat, dan rudal pandu presisi ke dua kota terbesar Ukraina.

Serangan tersebut merusak bangunan apartemen dan menewaskan setidaknya lima orang.

Serangan itu terjadi sehari setelah Moskow menolak setiap kesepakatan yang didukung oleh Kiev dan sekutu-sekutu Baratnya untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung hampir dua tahun itu.

Ukraina mengeklaim berhasil menembak jatuh setidaknya 21 dari rudal-rudal tersebut. Namun serangan itu melukai setidaknya 20 orang di empat distrik di Kiev, ibu kota Ukraina.

Sistem pertahanan udara tambahan dan amunisi tetap menjadi kebutuhan utama Ukraina, kata Singh.

Pentagon mengumumkan bantuan keamanan terakhir untuk Ukraina pada 27 Desember 2023, paket senilai USD250 juta yang mencakup amunisi artileri kaliber 155 mm, rudal anti-pesawat Stinger, dan barang-barang lainnya yang paling dibutuhkan dari stok AS yang sudah ada.

Baca Juga: Rusia dan AS Bertikai Sengit di DK PBB, Moskow Tuduh Washington Ingin Curi Sumber Daya Ukraina

AS tidak dapat menyediakan amunisi tambahan sejak saat itu karena dana untuk mengisi ulang stok tersebut telah habis dan Kongres belum menyetujui dana tambahan.

Lebih dari USD110 miliar bantuan untuk Ukraina dan Israel tertahan karena ketidaksepakatan antara Kongres dan Gedung Putih terkait prioritas kebijakan lainnya, termasuk keamanan tambahan untuk perbatasan AS-Meksiko.

AS telah memberikan lebih dari USD44,2 miliar bantuan keamanan kepada Ukraina sejak Rusia menyerbu pada Februari 2022.

Sebanyak USD23,6 miliar berasal dari stok militer yang sudah ada dan hampir USD19 miliar dikirim dalam bentuk kontrak militer jangka panjang, untuk barang-barang yang perlu waktu pembuatan berbulan-bulan.

Jadi, meskipun dana telah habis, beberapa senjata yang sudah dibeli sebelumnya, akan terus mengalir.

Sebanyak USD1,7 miliar disediakan oleh Departemen Luar Negeri AS dalam bentuk pendanaan militer asing.

AS dan sekitar 30 sekutunya juga terus melatih pasukan Ukraina, dan hingga saat ini diklaim telah melatih total 118.000 orang Ukraina di berbagai lokasi di seluruh dunia, kata Kolonel Marty O’Donnell, juru bicara Angkatan Darat AS di Eropa dan Afrika.

AS melatih sekitar 18.000 personil, termasuk sekitar 16.300 tentara di Jerman. Sekitar 1.500 pejuang tambahan saat ini sedang menjalani pelatihan.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow