Informasi Terpercaya Masa Kini

Fenomena Fatherless adalah Bukti Gagalnya Sistem Keluarga dan Masyarakat Kita

0 12

Apa yang akan terjadi pada anak-anak kita jika sosok ayah, yang seharusnya menjadi penuntun dan pelindung, menghilang dari kehidupan mereka? 

Fenomena fatherless ini bukan sekadar masalah individu, tetapi mencerminkan kegagalan sistem keluarga dan masyarakat dalam membentuk lingkungan yang mendukung perkembangan anak. 

– 

Bayangkan kehidupan seorang anak tanpa bayang-bayang ayah yang mendampingi. 

Ayah yang absen, baik karena tekanan pekerjaan, perpisahan, atau keengganan terlibat secara emosional, akan meninggalkan luka yang dalam. 

Mampu menciptakan kehampaan yang mengguncang jiwa seorang anak. 

Data menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa ayah lebih mungkin mengalami berbagai masalah. 

Menurut National Fatherhood Initiative, anak-anak dari rumah tanpa ayah hampir empat kali lebih mungkin hidup dalam kemiskinan. 

Anak-anak ini juga lebih mungkin terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan alkohol, serta lebih cenderung putus sekolah dan mengalami masalah kesehatan dan emosional. 

Sebuah studi dari Children’s Bureau juga menemukan bahwa anak-anak yang merasa dekat dengan ayah mereka, dua kali lebih mungkin untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan stabil setelah lulus sekolah menengah. 

Mereka juga 75% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kelahiran remaja, 80% lebih kecil kemungkinannya untuk menghabiskan waktu di penjara, dan setengah lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala depresi. 

– 

Seperti puing-puing bangunan megah yang runtuh, ketidakhadiran ayah menggoyahkan fondasi karakter dan identitas anak. 

Hal ini mencerminkan masalah yang lebih besar dalam struktur sosial kita, di mana peran ayah seringkali diremehkan atau tak diberi perhatian yang cukup. 

Penelitian dari Sarah Allen dan Kerry Daly mengungkapkan bahwa keterlibatan ayah dalam kehidupan anak-anak berhubungan positif dengan perkembangan kognitif dan emosional mereka. 

Dalam studi yang dilakukan pada tahun 2007, mereka menemukan bahwa anak-anak yang memiliki keterlibatan ayah yang tinggi menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan sosial, emosional, dan akademis. 

Misalnya, anak-anak yang terlibat dalam kegiatan bersama ayah, seperti bermain atau belajar, memiliki skor lebih tinggi dalam tes kecerdasan dan kemampuan pemecahan masalah. 

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dapat mengurangi risiko masalah perilaku; anak-anak dengan ayah yang aktif terlibat memiliki 40% lebih kecil kemungkinan untuk mengalami gangguan perilaku di sekolah. 

Temuan ini menunjukkan bahwa kehadiran dan partisipasi aktif ayah sangat penting dalam membentuk perkembangan positif anak. 

– 

Sejarah keluarga adalah sebuah narasi yang tak pernah selesai, di dalamnya terdapat kisah-kisah yang selalu bisa ditafsirkan kembali. 

Ketika ayah hilang dari cerita itu, kita kehilangan panduan penting bagi anak-anak kita. 

Psikolog Gloria Siagian menyatakan bahwa, ketidakhadiran ayah bisa mengakibatkan anak-anak kehilangan sense of purpose atau tujuan hidup. 

Ini adalah sebuah drama tragis di mana protagonisnya, sang anak, terombang-ambing tanpa arah di tengah lautan kehidupan. 

Tanpa figur ayah, anak-anak kesulitan memahami peran gender dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. 

Ini bukan hanya tentang kehilangan sosok, tetapi juga tentang kehilangan harapan dan arah. 

Sejarah kadang-kadang terasa seperti sebuah drama yang tak kunjung habis, dengan aktor-aktor yang tak pernah benar-benar meninggalkan panggung. 

Dalam konteks ini, ayah adalah aktor penting yang harus selalu hadir untuk membimbing dan mengarahkan. 

– 

Untuk mengatasi fenomena ini, kita perlu langkah-langkah proaktif yang mendalam. 

Kebijakan cuti ayah, misalnya, dapat menjadi solusi yang nyata. 

Negara-negara Skandinavia telah menerapkan kebijakan ini dengan sukses. 

Memperlihatkan bahwa cuti ayah tidak hanya memperkuat hubungan ayah-anak tetapi juga meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. 

Program dukungan keluarga dan edukasi tentang pentingnya peran ayah dalam perkembangan anak juga harus diperluas. 

Seperti halnya pohon yang tumbuh kuat dengan akar yang dalam, anak-anak membutuhkan dukungan dari kedua orang tua untuk berkembang dengan baik. 

The National Fatherhood Initiative di Amerika Serikat telah melakukan berbagai kampanye yang berhasil meningkatkan partisipasi ayah dalam pengasuhan anak . 

– 

Kita hidup di zaman di mana peran ayah sering kali dipandang sebelah mata, seolah-olah kehadiran mereka bukanlah bagian penting dari narasi kehidupan anak-anak. 

Dalam merenungi fenomena fatherless ini, kita diajak untuk melihat lebih dalam ke dalam hati nurani kita. 

Apakah kita sebagai masyarakat sudah cukup mendukung peran ayah dalam keluarga? 

Ataukah kita justru abai dan membiarkan generasi kita tumbuh tanpa bimbingan yang mereka butuhkan? 

Mari kita renungkan peran kita sebagai masyarakat dalam mendukung kehadiran ayah, karena masa depan anak-anak kita, dengan segala harapan dan impian mereka, ada di tangan kita semua 

– 

Referensi:

1. Allen, S., & Daly, K. (2007). The Effects of Father Involvement: An Updated Research Summary of the Evidence. Centre for Families, Work & Well-Being, University of Guelph. 

2. Ramadhian, N., & Tashandra, N. (2024). Apa Itu Fatherless? Belakangan Ramai Dibincangkan di Medsos. Kompas.com. 

3. Haas, L., & Hwang, C. P. (2008). The Impact of Taking Parental Leave on Fathers’ Participation in Childcare and Relationships with Children: Lessons from Sweden. Community, Work & Family, 11(1), 85-104. 

4. National Fatherhood Initiative. (2020). Partner Success Stories. 

5. Fatherhood*org . Father Absence Statistic. 

6. All4kids*org . A Fathers Impact On Child Development.

Leave a comment