Megawati Serang Presiden Jokowi di Acara Ulang Tahun Ke-51 PDIP: Hati-hati Pilih Pemimpin Berikutnya

Presiden Joko Widodo, yang sudah menjadi anggota PDIP selama dua dekade, telah menghadapi tuduhan bahwa ia meninggalkan partai yang berkuasa demi memajukan warisan politiknya. Keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk tidak mengundang Jokowi ke perayaan HUT partainya menunjukkan bahwa ikatan di antara mereka ‘saat ini sudah tidak ada lagi’, kata seorang analis JAKARTA - Perselisihan antara Presiden Joko Widodo dan...

Megawati Serang Presiden Jokowi di Acara Ulang Tahun Ke-51 PDIP: Hati-hati Pilih Pemimpin Berikutnya
  • Presiden Joko Widodo, yang sudah menjadi anggota PDIP selama dua dekade, telah menghadapi tuduhan bahwa ia meninggalkan partai yang berkuasa demi memajukan warisan politiknya.
  • Keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk tidak mengundang Jokowi ke perayaan HUT partainya menunjukkan bahwa ikatan di antara mereka ‘saat ini sudah tidak ada lagi’, kata seorang analis

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Perselisihan antara Presiden Joko Widodo dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berkuasa terungkap pada hari Rabu 10 Januari 2024 setelah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato pada HUT ke-51 PDIP dengan serangan terselubung terhadap kesetiaannya pada acara yang dirinya tidak diundang.

Joko Widodo selama dua dekade terakhir mengandalkan PDIP sebagai kendaraan politik, menjadi walikota Solo, gubernur DKI Jakarta dan presiden dua periode dengan dukungan dari pelindung lamanya, ketua partai Megawati Soekarnoputri.

Namun ketegangan antara Joko Widodo dan para pemimpin PDIP telah meningkat selama berbulan-bulan, dengan beberapa pejabat partai menyatakan bahwa ia meninggalkan partai tersebut untuk melanjutkan warisannya dan mendukung ambisi politik putranya, yang mencalonkan diri sebagai cawapres dari capres Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Pada acara tersebut, mantan presiden Megawati Soekarnoputri mendesak para pemilih di Indonesia untuk memilih pemimpin berikutnya dengan hati-hati.

“Masyarakat Indonesia yang saya sayangi…jangan tergiur, jangan hanya melihat sosoknya saja, pikiran dan hatinya harus benar,” ujarnya. “Perhatikan rekam jejaknya, moral dan etika, tanggung jawab dan kemampuannya memahami harapan lebih dari 270 juta masyarakat Indonesia."

“Pemilu bukanlah alat bagi elite politik untuk melanggengkan kekuasaannya dengan cara apa pun. Dalam pemilu ada moral dan etika yang harus dijunjung tinggi,” imbuhnya. “Kekuasaan tidak akan bertahan lama… Kekuasaan akan berakhir, apa pun posisi Anda saat ini.”

Ketidakhadiran Widodo dalam perayaan HUT ke-51 PDI-P menandai pertama kalinya ia melewatkan pertemuan tersebut sejak ia menjadi presiden pada tahun 2014.

Megawati mengaku hanya mengundang mereka yang bersedia hadir di sana. Ia menyambut para menteri dari kabinet Joko Widodo yang hadir, termasuk Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Turut hadir dalam acara tersebut adalah calon presiden dari PDIP, Ganjar Pranowo. Mantan Gubernur Jawa Tengah ini disebut-sebut sebagai kandidat favorit pada awal tahun lalu, dan partai tersebut memperkirakan bahwa Joko Widodo – yang memiliki tingkat dukungan publik yang tinggi – akan mendukung Ganjar.

Namun setelah putra tertua Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, memilih untuk bergandengan dengan Prabowo – yang mencalonkan diri untuk Partai Gerindra sebagai bagian dari Koalisi Indonesia Maju (Indonesia Maju) – menjadi jelas bahwa Joko Widodo akan mendukung kandidat saingannya.

Analis Alexander R. Arifianto mengatakan ketidakhadiran Joko Widodo di acara tahunan PDIP dan dukungannya terhadap calon presiden saingannya menandakan perbedaan yang tidak dapat didamaikan antara presiden dan Megawati.

“Ketidakhadiran Jokowi menandakan betapa buruknya hubungan antara Jokowi dan Megawati selama setahun terakhir,” katanya, merujuk pada Joko Widodo dengan nama panggilan populernya.

“Meskipun PDIP secara formal masih menjadi bagian dari koalisi presiden, hubungan antara kedua pemimpin saat ini hampir tidak ada lagi,” tambah Arifianto, peneliti senior di program Indonesia di S. Rajaratnam School of International Studies.

Baca juga: Megawati: Ganjar-Mahfud Menang Satu Putaran

Secara konstitusional dilarang untuk masa jabatan ketiga, para pengamat percaya bahwa Joko Widodo berusaha untuk mengamankan warisannya dengan mendukung Prabowo, yang telah berjanji untuk melanjutkan kebijakan presiden.

Pencalonan Gibran pada pemilu 14 Februari 2024 juga dianggap sebagai upaya Joko Widodo untuk membangun dinasti politik, yang oleh beberapa kritikus dianggap ironis mengingat popularitasnya berasal dari kisahnya sebagai pengusaha kelas menengah yang sukses dalam politik tanpa koneksi elite apa pun.

Gibran akhirnya mengundurkan diri dari PDIP, dan menantu Widodo, Walikota Medan Bobby Nasution, dipecat oleh partai tersebut pada bulan November karena mendukung kampanye Prabowo dan Gibran.

Survei menunjukkan bahwa Prabowo adalah kandidat terdepan dalam pemilihan presiden, sedangkan Ganjar dan kandidat oposisi Anies Baswedan tertinggal jauh di belakang.

Sebuah jajak pendapat yang dirilis oleh Pusat Kajian Strategis dan Internasional di Indonesia (CSIS) pada tanggal 27 Desember menunjukkan bahwa Prabowo memperoleh 43,7 persen suara, Anies memperoleh 26 persen, dan Ganjar 19 persen.

Sehari sebelum perayaan HUP PDIP, Joko Widodo berangkat untuk perjalanan enam hari keliling Asia Tenggara, termasuk kunjungan ke Vietnam, Brunei, dan Filipina.

Koordinator Staf Kepresidenan Ari Dwipayana pada hari Selasa membenarkan bahwa Joko Widodo tidak dapat menghadiri acara tersebut karena jadwalnya bentrok dengan perjalanannya ke ASEAN, yang telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristyanto mengatakan Joko Widodo tidak diundang karena partainya telah diberitahu bahwa presiden akan berada di luar negeri.

Politikus PDIP Chico Hakim menegaskan bahwa partainya memang sengaja tidak mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 PDIP, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024). Ini disampaikan dalam konferensi pers di Sekolah Partai, Rabu pagi sebelum peringatan ulang tahun dimulai.

"Bahwa presiden ada kepentingan untuk pergi ke luar negeri sehingga kami tidak mengundang beliau," kata Chico saat ditemui.

Chico mengungkapkan, PDIP menghormati agenda Presiden Jokowi tersebut. Menurutnya, PDIP juga sudah mengetahui jadwal atau agenda kunjungan kenegaraan Jokowi ke luar negeri, sebelum mengungkapkan adanya peringatan HUT partai.

"Kami menghormati agenda Presiden Jokowi yang memang sejak awal sebelum terjadinya acara ini," jelasnya.

Informasi soal kunjungan kenegaraan tersebut, kata Chico, diperoleh PDIP dari pihak Istana.

Presiden Joko Widodo menyatakan dirinya belum mendapat undangan untuk menghadiri acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 PDI Perjuangan (PDIP) pada Rabu (10/1/2024).

Hal itu disampaikannya saat ditanya soal kepastian kehadirannya di acara parpol yang menaunginya itu.

"Belum dapat undangan," ujar Jokowi saat memberikan keterangan di Gerbang Tol Limo Utama, Kota Depok, Senin (8/1/2024).

Perkuat akar rumput

Dalam pidatonya, Megawati mendesak partainya untuk memperkuat hubungan dengan para pendukungnya di tingkat akar rumput, dengan menyatakan bahwa PDIP tidak memerlukan dukungan presiden.

"Jadi, perkuatlah akar rumput, sebab, itulah kekuatan riil kita. Selama 51 tahun kita bisa jadi begini, bukan karena elite, bukan karena presiden, bukan karena menteri, tapi karena rakyat. Rakyat yang mendukung kita," tandas Megawati.

Megawati melontarkan pernyataan tersebut, dalam pidato politiknya pada momen spesial, HUT ke-51 PDIP yang diselenggarakan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu 10 Januari 2024.

Selama ini, lanjut dia, dalam setiap pidato politiknya, ia selalu menyebut rakyat sebagai akar rumput. Akar rumput itu adalah rakyat yang selama ini menjadi pilar utama partai ini.

"Rumput itu memiliki daya survival yang tinggi, sehingga meskipun dibakar, dipotong, dimatikan, dicabut, tetap akan selalu tumbuh. Karena akarnya selalu siap untuk tumbuh kembali. Tolong ingat! Itulah rakyat," tegas Megawati yang juga Presiden ke-5 RI.

Rakyat, kata Megawati, sama seperti rumput yang tidak pernah menyerah dan akan selalu tumbuh kapan pun dan di mana pun berada. Rumput tumbuh di gunung, di tanah gersang, bahkan di laut. "Jangan lupa, di laut ada rumput laut," tutur dia.

Baca juga: HUT ke-51 PDIP Tanpa Jokowi, Megawati Sindir Tak Ada Kekuasaan yang Langgeng

Oleh karena itu, ia mengingatkan semua kader PDIP di seluruh Indonesia agar selalu menjalin kedekatan dengan rakyat. Selalu solid bergerak bersama rakyat.

"Makanya, betapa pentingnya turun ke bawah, turun ke akar rumput, turun ke rakyat. Hanya dengan cara itu, PDIP akan selalu ada di hati rakyat," pesan Megawati.

(scmp.com/kompas.com)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow