Ketegangan Berkobar di Beberapa Kampus AS akibat Protes Perang Gaza

Ketegangan terjadi di beberapa kampus di Amerika Serikat (AS) lantaran protes terhadap perang di Gaza Palestina.

Ketegangan Berkobar di Beberapa Kampus AS akibat Protes Perang Gaza

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ketegangan terjadi di beberapa kampus di Amerika Serikat (AS) lantaran protes terhadap perang di Gaza Palestina.

Bahkan terjadi puluhan penangkapan di Universitas Yale. Para demonstran juga mendirikan "Perkemahan Solidaritas Gaza" di halaman rumput Universitas Columbia.

Tak hanya itu saja, beberapa mahasiswa Yahudi di institusi bergengsi di New York melaporkan intimidasi dan anti-Semitisme di tengah protes yang berlangsung selama berhari-hari.

Baca juga: Pria Gaza Ubah Parasut Bantuan Jadi Tempat Berlindung

Dikutip dari AFP, pada Senin (22/4/2024), perkuliahan di Universitas Columbia dialihkan secara online.

Dalam surat terbukanya kepada komunitas universitas, Rektor Universitas Columbia, Nemat Shafik mengatakan perlu adanya pengaturan ulang.

"Selama beberapa hari terakhir, terlalu banyak contoh perilaku intimidasi dan pelecehan di kampus kita," ujarnya.

"Bahasa anti-Semit, seperti bahasa lain yang digunakan untuk menyakiti dan menakut-nakuti orang, tidak dapat diterima dan tindakan yang tepat akan diambil," tegas dia.

Untuk itu, pihaknya mengumumkan bahwa semua kelas diadakan secara virtual atau online yang tujuannya untuk meredakan ketegangan para demonstran.

Demonstran pro-Palestina memulai protes mereka pekan lalu, menyerukan agar universitas tersebut melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel.

Lebih dari 100 pendemo ditangkap setelah otoritas universitas memanggil polisi ke kampus swasta tersebut pada hari Kamis.

Baca juga: Hezbollah Serang Markas Besar Israel dengan Puluhan Roket

Namun, tindakan itu dinilai meningkatkan ketegangan dan memicu lebih banyak orang yang hadir pada akhir pekan.

"Kami akan tetap tinggal sampai mereka berbicara dengan kami dan mendengarkan tuntutan kami," tutur Mimi Elias, seorang mahasiswa pekerja sosial yang ditangkap kepada AFP pada hari Senin.

"Kami tidak menginginkan anti-Semitisme atau Islamofobia. Kami di sini untuk pembebasan semua orang," jelas Elias.

Joseph Howley, seorang profesor ilmu klasik di Columbia mengatakan, universitas tersebut telah menggunakan cara yang salah dengan melibatkan polisi, yang telah menarik lebih banyak elemen radikal yang bukan bagian dari protes mahasiswa kampus tersebut.

"Anda tidak bisa mendisiplinkan dan menghukum untuk keluar dari prasangka dan ketidaksepakatan masyarakat," kata Howley kepada AFP.

Baca juga: Seniman Irlandia Desak Peserta Eurovision 2024 Boikot Israel

Ketegangan juga terjadi di kampus-kampus lain, termasuk MIT, New York University, University of Michigan dan Yale, di mana setidaknya 47 orang ditangkap pada hari Senin setelah menolak permintaan untuk membubarkan diri.

"Universitas mengambil keputusan untuk menangkap orang-orang yang tidak mau meninggalkan alun-alun dengan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan seluruh komunitas Yale dan mengizinkan semua anggota komunitas kami mengakses fasilitas universitas," terang universitas Ivy League dalam sebuah pernyataan.

Siswa yang ditangkap juga akan dirujuk untuk tindakan disipliner Yale, yang mencakup serangkaian sanksi, seperti teguran, masa percobaan, atau skorsing.

Universitas telah menjadi fokus perdebatan budaya yang intens di Amerika Serikat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan respons militer Israel yang luar biasa terhadap serangan tersebut.

Presiden Joe Biden pada hari Senin mengatakan dia mengutuk “protes anti-Semit.”

"Saya juga mengutuk mereka yang tidak memahami apa yang terjadi dengan Palestina," katanya kepada wartawan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Roket dari Irak Hantam Suriah | Peran Yordania terhadap Israel

Sementara Walikota New York Eric Adams bersumpah bahwa polisi akan menangkap siapa pun yang melanggar hukum.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow