Israel Setuju Usulan Baru dalam Proposal Gencatan Senjata di Paris,Netanyahu Omeli Bos Mossad

Israel Setuju Usulan Baru dalam Proposal Gencatan Senjata, Netanyahu Omeli Bos Mossad- Israel dilaporkan telah menyetujui usulan baru yang akan menetapkan gencatan senjata selama enam minggu di Gaza dengan imbalan pembebasan 40 sandera. Hal itu diungkapkan seorang sumber Israel kepada ABC News. Baca juga: Tembok Tujuh Meter di Rafah dan Perjanjian Rahasia Mesir-Israel-AS Buat Hancurkan Hamas Update ini datang dari perkembangan...

Israel Setuju Usulan Baru dalam Proposal Gencatan Senjata di Paris,Netanyahu Omeli Bos Mossad

Israel Setuju Usulan Baru dalam Proposal Gencatan Senjata, Netanyahu Omeli Bos Mossad

TRIBUNNEWS.COM - Israel dilaporkan telah menyetujui usulan baru yang akan menetapkan gencatan senjata selama enam minggu di Gaza dengan imbalan pembebasan 40 sandera.

Hal itu diungkapkan seorang sumber Israel kepada ABC News.

Baca juga: Tembok Tujuh Meter di Rafah dan Perjanjian Rahasia Mesir-Israel-AS Buat Hancurkan Hamas

Update ini datang dari perkembangan pembicaraan negosiasi gencatan senjata di Perang Gaza di Paris, yang diikuti para pejabat dari Amerika Serikat (AS), pihak Israel, dan mediator dari Qatar dan Mesir.

Pihak Israel mengatakan, mereka menunggu jawaban dari Hamas mengenai apakah mereka akan menerima diksi dan bahasa terbaru dari perundingan akhir pekan ini.

Sementara menanti jawaban Hamas, Israel menyatakan akan tetap melanjutkan rencana untuk menyerbu Rafah.

Baca juga: Brigjen IDF Ingatkan Netanyahu, Serbuan ke Rafah saat Ramadan Bisa Picu Perang di Yudea dan Samaria 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memposting di X bahwa kalau operasional dan rencana evakuasi di Rafah siap disetujui oleh kabinetnya.

Sebagai bagian dari kesepakatan yang diusulkan, Israel telah setuju untuk membebaskan warga Palestina yang dipenjara dengan rasio yang lebih tinggi dibandingkan kesepakatan sebelumnya, yaitu 3 banding 1.

Dengan rasio itu, sebanyak 400 tahanan Palestina dapat dibebaskan dalam format kesepakatan baru ini.

Adapun Pasukan Israel (IDF) akan di-redeploy, ditarik sementara tetapi tidak akan ditarik mundur secara penuh dari Gaza, sebuah hal yang diminta Hamas sebagai syarat wajib.

Omeli Bos Mossad, Minta Tahanan Palestina dengan Hukuman Panjang Diasingkan ke Qatar

Terkait negosiasi di Paris tersebut, media Israel melaporkan pada Minggu (25/2/2024) kalau Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memarahi kepala Mossad David Barnea yang datang langsung ke Paris, Prancis.

Soal ini, Channel 13 Israel mengungkapkan, Netanyahu mendesak Barnea tidak lembek dalam perundingan dan menekannya untuk mengambil "sikap Israel yang lebih ketat" dalam negosiasi internasional mengenai perang di Gaza.

Netanyahu juga meminta agar sebagian besar tahanan Palestina, khususnya dengan masa hukuman yang panjang, didepotasi  ke Qatar setelah dibebaskan, Channel 12 Israel melaporkan.

Axios telah merinci bahwa delegasi Israel yang berangkat ke Paris, termasuk kepala Mossad, Shin Bet, dan intelijen Israel, akan kembali ke Tel Aviv dan memberi pengarahan kepada kabinet perang tentang pembicaraan selama perundingan Paris.

Apa yang Terjadi di Paris?

Sebelum dikabarkan menyetujui kerangka baru usulan gencatan senjata, Israel dilaporkan sempat tidak menyetujui kesepakatan akhir gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan.

Sumber anonim di pihak Perlawanan Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen pada Minggu malam kalau pertemuan tersebut tidak menghasilkan banyak perubahan pada posisi perwakilan Israel

Meski begitu, beberapa kemajuan telah dicapai pada klausul tertentu.

"Namun tuntutan utama yang dibuat oleh Hamas diabaikan," kata sumber tersebut kepada Al Mayadeen.

Di antara tuntutan yang diabaikan oleh pihak Israel adalah klausul gencatan senjata komprehensif dan penarikan penuh pasukan pendudukan Israel dari Jalur Gaza, menurut sumber tersebut.

Sumber Al Mayadeen lebih lanjut mengatakan, “jelas bahwa kesenjangan antara kedua belah pihak masih besar,” dan menambahkan bahwa Hamas percaya kalau Israel sedang berusaha untuk mengulur waktu.

"Israel menunda-nunda untuk menghindari mencapai kesepakatan akhir, karena hal itu dapat memicu konflik. Krisis internal yang dapat menyebabkan runtuhnya pemerintahan koalisi (Israel)," ungkap sumber tersebut menilai sikap Israel dalam perundingan.

(oln/abc/almydn/*)

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow