Haiti Umumkan Keadaan Darurat Usai Kerusuhan Besar di Ibu Kota

Pemerintah Haiti mengumumkan keadaan darurat setelah terjadi kekerasan di ibu kota sebagai upaya untuk menggulingkan Perdana Menteri Ariel Henry.

Haiti Umumkan Keadaan Darurat Usai Kerusuhan Besar di Ibu Kota

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com - Pemerintah Haiti mengumumkan keadaan darurat setelah terjadi kekerasan di ibu kota yang menyebabkan dua kali pembobolan di penjara.

Hal itu dilakukan ketika seorang pemimpin geng besar Haiti mencoba menggulingkan Perdana Menteri Ariel Henry.

Keputusan pemerintah tersebut menyusul peningkatan bentrokan selama akhir pekan yang melumpuhkan sebagian wilayah Port-au-Prince dan terputusnya komunikasi untuk sementara waktu.

Baca juga: Pemimpin Geng Haiti Bersumpah Lawan dan Gulingkan Perdana Menteri

Di negara itu terjadi serangan penembakan yang menyebabkan kepanikan dalam beberapa hari terakhir usai pemimpin geng Jimmy Cherizier, mantan petugas polisi, menyerukan kelompok kriminal untuk bersatu dan menggulingkan PM Haiti.

Dikutip dari Sky News pada Senin (4/3/2024), sebagai upaya memulihkan ketertiban, jam malam akan diberlakukan mulai pukul 18.00 hingga 05.00 setiap hari hingga Rabu dan dapat diperpanjang selama 72 jam berikutnya.

Diketahui, kelompok bersenjata menyerang penjara terbesar di negara itu pada Sabtu malam, menentang pasukan polisi yang meminta bantuan.

Pada hari Minggu, Lembaga Pemasyarakatan Nasional tidak dijaga dan pintu utama penjara tetap terbuka.

"Saya satu-satunya yang tersisa di sel saya," kata seorang narapidana yang tidak mau disebutkan namanya.

"Kami tertidur ketika mendengar suara peluru dan penghalang sel dirusak," imbuh dia.

Baca juga: Polisi Dibunuh Gangster, Demonstran Serbu Rumah Dinas PM Haiti dan Bandara

Tidak jelas berapa banyak narapidana yang melarikan diri, namun sumber-sumber yang dekat dengan lembaga tersebut mengatakan kemungkinan besar jumlah narapidana yang melarikan diri itu cukup banyak.

Penjara tersebut dibangun untuk menampung 700 tahanan, namun pada Februari tahun lalu terdapat 3.687 tahanan, menurut kelompok hak asasi manusia RNDDH.

Sementara seorang pekerja sukarela penjara pada hari Minggu mengatakan 99 tahanan memilih untuk tinggal di sel mereka karena takut terbunuh dalam baku tembak.

Mayat tiga narapidana yang mencoba melarikan diri tergeletak di halaman penjara pada hari Minggu, sementara dua mayat dengan tangan terikat di belakang punggung tergeletak di lingkungan lain.

Sebelumnya, Cherizier telah memperingatkan penduduk setempat awal pekan ini melarang anak-anak bersekolah untuk menghindari konflik.

Selain itu, hampir 15.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam beberapa hari terakhir, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB.

Sementara Perdana Menteri Henry, yang berkuasa pada 2021 setelah pembunuhan Moise, sebelumnya berjanji untuk mundur pada awal Februari.

Baca juga: Ini Aturan Dasar Perang dalam Hukum Internasional

Dia kemudian mengatakan keamanan pertama-tama harus dibangun kembali untuk menjamin pemilu yang bebas dan adil.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow