Informasi Terpercaya Masa Kini

7 Gejala Awal Penyakit Empty Sella Syndrome yang Dialami Ruben Onsu

0 1

Kesehatan Presenter Ruben Onsu tengah menjadi sorotan. Belum lama ini, ia dilarikan ke rumah sakit lantaran jatuh pingsan di tengah aktivitasnya. Sebelumnya, ia pernah mengatakan dirinya didiagnosis dengan Empty Sella Syndrome (ESS). Apakah Bunda familiar dengan penyakit tersebut? 

Empty Sella Syndrome (ESS) merupakan kondisi yang memengaruhi sella tursika, struktur tulang di dasar otak yang melindungi kelenjar pituitari.

Penyakit ini yang membuat Ruben Onsu sempat dilarikan ke rumah sakit dan dirawat insentif pada awal Juni 2022 lalu. Ruben pun sempat bercerita mengenai penyakit yang dideritanya.

“Kemarin itu aku sudah MRI, jadi ada bercak-bercak putih di bagian otak, dan yang kedua juga ada empty sella syndrome,” ujar Ruben Onsu, dikutip dari kanal YouTube Trans7 Official.

Penyakit ESS ini tergolong jarang terjadi, namun tak ada salahnya untuk memahami seperti apa gejala gejala awal empty sella syndrome.

Apa Itu Empty Sella Syndrome?

Mengutip dari Cleveland Clinic, ESS adalah suatu kondisi langka di mana kelenjar pituitari Bunda menjadi rata atau menyusut karena masalah dengan isi di dalam sella tursika. Sella tursika adalah struktur tulang di dasar otak yang mengelilingi dan melindungi kelenjar pituitari Bunda.

Baca Juga : 15 Minuman yang Bagus untuk Kesehatan dan Kecerdasan Otak, Mudah Dibuat Bun!

Sella tursika merupakan kompartemen yang berbentuk seperti pelana. ESS menyebabkan gejala tertentu, termasuk ketidakseimbangan hormon, sering sakit kepala, dan perubahan penglihatan.

Sementara itu, kelenjar pituitari adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak di bawah hipotalamus. Ini merupakan bagian dari sistem endokrin dan bertugas membuat banyak hormon penting yang berbeda. Hormon-hormon ini mempengaruhi dan mengontrol kelenjar lain di sistem endokrin Bunda.

Perbedaan antara ’empty sella’ dan ’empty sella syndrome’

Beberapa sumber informasi menggunakan empty sella syndrome dan empty sella secara bergantian, meski sangat miri, namun keduanya sebenarnya sedikit berbeda. Singkatnya, empty sella adalah temuan radiologis dan empty sella syndrome merupakan suatu kondisi.

Empty sella merupakan temuan radiologis dari kelenjar hipofisis yang rata. Ketika kelenjar pituitari Bunda menyusut atau menjadi rata, penyedia layanan kesehatan tidak dapat melihatnya pada MRI. Hal ini membuat area kelenjar pituitari, sella tursika, terlihat kosong, maka disebut empty sella. Namun, sella tusika sebenarnya tidak kosong, seringkali berisi cerebrospinal fluid (CSF). CSF adalah cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang Bunda.

Dengan sella yang kosong, CSF telah bocor ke dalam sella tursika sehingga memberi tekanan pada kelenjar pituitari Bunda. Hal ini menyebabkan kelenjar menyusut atau rata.

Tak jarang, dokter menemukan empty sella secara kebetulan pada CT scan atau pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) ketika seseorang sedang dievaluasi karena alasan lain. Seseorang mungkin memiliki sella kosong pada hasil CT scan tanpa menunjukkan gejala apa pun karena kelenjar pituitari mereka berfungsi sebagaimana mestinya.

Jika seseorang memiliki empty sella dan kelenjar pituitarinya tidak berfungsi dengan baik, hal ini disebut empty sella syndrome (ESS). Sindrom sendiri adalah serangkaian tanda dan gejala medis yang berkorelasi satu sama lain dan sering kali dikaitkan dengan kondisi tertentu.

Seseorang dengan ESS dapat mengalami ketidakseimbangan hormon, perubahan penglihatan, dan sering sakit kepala. Namun kasus ESS tidak menimbulkan gejala. Jika gejala muncul, ada beberapa hal yang dirasakan.

Gejala Empty Sella Syndrome

Gejala paling umum yang berpotensi terkait dengan empty sella syndrome adalah sakit kepala kronis. Banyak penderita ESS memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) yang dapat menyebabkan sakit kepala jika parah. ESS biasanya menyebabkan ketidakseimbangan hormon akibat kerusakan kelenjar pituitari Bunda. 

Seseorang dengan ESS mungkin memiliki gejala berbeda tergantung pada hormon mana yang terpengaruh. Jika menderita ESS, mungkin mengalami salah satu gejala berikut:

  1. Sakit kepala: Ini merupakan gejala yang cukup umum pada ESS. Namun para peneliti belum mengetahui secara pasti apakah sakit kepala terjadi karena ESS atau hanya kebetulan. 
  2. Tekanan darah tinggi: Peningkatan tekanan darah bisa menjadi indikasi adanya gangguan hormonal akibat ESS.
  3. Kelelahan: Penderita ESS mungkin akan merasa mudah lelah dan kurang berenergi.
  4. Gangguan fungsi seksual: Pada pria, ESS bisa menyebabkan impotensi. Sementara pada wanita bisa menurunkan gairah seksual (libido).
  5. Gangguan menstruasi: Bagi wanita, ESS bisa menyebabkan menstruasi tidak teratur atau bahkan tidak haid sama sekali (amenorea).
  6. Gangguan penglihatan: Beberapa kasus ESS menimbulkan gejala penglihatan terganggu, seperti pandangan kabur.
  7. Infertilitas: Akibat terganggunya hormon reproduksi, ESS bisa berdampak pada kesuburan.

Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa orang dengan sindrom sella kosong memiliki seperti peningkatan tekanan di dalam tengkorak mereka (tekanan intrakranial jinak), kebocoran cairan serebrospinal dari hidung (rinorea serebrospinal), dan pembengkakan diskus optikus akibat peningkatan tekanan kranial (papiledema).

Sekali lagi, empty sella dapat muncul pada pemindaian otak Bunda tanpa gejala apa pun. Faktanya, kebanyakan orang yang menderita empty sella tidak menunjukkan gejala.

Penyebab Empty Sella Syndrome

ESS dapat disebabkan oleh primary empty sella syndrome (PES) atau secondary empty sella (SES). Meskipun ESS lebih umum terjadi akibat sella kosong sekunder.

Penyebab primary empty sella syndrome (PES)

Primary empty sella syndrome (PES) terjadi ketika salah satu lapisan (arachnoid) yang menutupi bagian luar otak Bunda menonjol ke dalam sella tursika dan menekan kelenjar pituitari. Dokter masih belum mengetahui penyebab pasti dari primary empty sella syndrome.

Salah satu teorinya adalah primary empty sella terjadi ketika cacat bawaan pada jaringan yang melapisi otak Bunda menyebabkan potensi cairan serebrospinal memasuki sella tursika sehingga meratakan kelenjar pituitari. 

Dalam kasus ini, kelenjar pituitari itu sendiri, meskipun sulit dilihat pada CT scan, hampir selalu berfungsi normal dan tidak menyebabkan empty sella syndrome.

Penyebab secondary empty sella (SES)

SES terjadi ketika kelenjar pituitari atau sella tursika rusak akibat kondisi atau kejadian lain. Oleh karena itu, banyak hal yang dapat menyebabkan SES. Penyebab umum kerusakan meliputi:

  • Sebuah tumor.
  • Terapi radiasi.
  • Operasi otak di daerah kelenjar pituitari.
  • Trauma kepala (cedera), seperti cedera otak traumatis.
  • Tumor otak: Terkadang, tumor otak dapat menyebabkan peningkatan tekanan di sekitar otak Bunda (tekanan intrakranial), yang dapat menyebabkan herniasi ruang subarachnoid. Hal ini dapat menyebabkan kompresi kelenjar pituitari Bunda.
  • Idiopathic intracranial hypertension (IIH): Peningkatan tekanan di tengkorak Bunda yang terjadi karena penumpukan CSF di sekitar otak. Tekanan ekstra ini dapat menyebabkan kompresi kelenjar pituitari Bunda.
  • Adenoma hipofisis: Pertumbuhan atau tumor pada kelenjar hipofisis. Seringkali tidak bersifat kanker (jinak). Adenoma ini dapat memberi tekanan pada kelenjar pituitari dan merusaknya.
  • Sindrom Sheehan: Suatu kondisi yang mempengaruhi seseorang kehilangan sejumlah darah saat melahirkan. Ini dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam tubuh. Kurangnya oksigen menyebabkan kerusakan pada kelenjar pituitari.

Kondisi Ruben Onsu Setelah Alami Empty Sella Syndrome

Kondisi Ruben Onsu setelah alami ESS masih normal namun ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukannya. Misalnya saja, kini ia tidak kuat berada di tempat dingin. Kondisi tubuhnya menurun jika studio tempatnya syuting terlalu dingin.

“(Kalau kedinginan banget) gue bisa nggak engeh matanya. Mata jadi kayak buram, kabur, kaku kayak nggak bisa bergerak badannya,” cerita Ruben Onsu dikutip dari YouTube Trans7 Official.

Kini Ruben Onsu kembali melakukan perawatan intensif di salah satu rumah sakit besar Jakarta. Ia kembali dirawat usai menjalani kelelahan bekerja dari Majalengka, Jawa Barat.

Cara Mengobati Empty Sella Syndrome

Jika seseorang mengidap ESS tapi tidak menimbulkan masalah apa pun, mungkin tak memerlukan pengobatan. Kalau Bunda memiliki gejala, dokter mungkin menawarkan dua opsi, antara lain:

1. Obat-obatan

Kalau kelenjar pituitari Bunda tidak mengeluarkan hormon dalam jumlah yang tepat, dokter mungkin memberi Bunda obat untuk membantu memperbaikinya. Pengobatan biasanya melibatkan obat-obatan yang mengatasi kadar hormon abnormal, bergantung pada hormon mana yang terpengaruh.

2. Operasi

Berbeda ketika cairan tulang belakang bocor dari hidung Bunda, dokter mungkin akan melakukan operasi untuk memperbaiki sella tursika demi mencegah hal tersebut terjadi.

Pilihan Redaksi

  • Telur Puyuh atau Telur Ayam yang Memicu Kolesterol Tinggi? Ini Penjelasannya
  • 3 Dampak Radikal Bebas bagi Tubuh, Salah Satunya Menghambat Sistem Imunitas
  • Kebiasaan Minum Teh setelah Makan Bakso Ternyata Berbahaya Bun, Simak Kata Ahli Gizi

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Leave a comment