Informasi Terpercaya Masa Kini

Trump Yakin Apple Pindahkan Pabrik ke AS, Ini Alasan Produsen iPhone Pilih Cina

0 13

Presiden Amerika Serikat Donald Trump optimistis Apple akan memindahkan pabrik komponen iPhone dari beberapa negara, termasuk Cina, ke AS. Berikut alasan perusahaan memilih wilayah lain untuk membuat perangkat.

Optimistis Trump itu merujuk pada pengenaan tarif impor dan tarif resiprokal alias timbal balik yang tinggi untuk Cina. Kebijakan ini akan membuat produk yang diimpor dari Tiongkok menjadi mahal, termasuk iPhone.

Trump mengumumkan tarif resiprokal untuk Cina 34% pada 2 April, yang berlaku mulai 9 April. Dengan begitu, tarif impor dari Tiongkok total mencapai 54%.

Presiden Amerika itu kemudian menambahkan tarif tambahan 50% untuk Cina pada Selasa (8/4), sehingga total menjadi 104% yang berlaku pada 9 April.

Beberapa jam setelah tarif 104% berlaku, Beijing mengumumkan akan menaikkan tarif impor atas barang-barang Amerika dari 34% menjadi 84% mulai hari ini (10/4).

Hal itu dibalas Trump dengan menaikkan lagi tarif impor untuk Cina menjadi 125%. Dengan tarif yang tinggi ini, ia optimistis Apple akan memindahkan pabriknya ke Amerika.

Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt pada Selasa (8/4) menegaskan kembali sudut pandang Trump tentang ‘iPhone Buatan AS’, dengan menegaskan kembali gagasan bahwa perangkat berteknologi tinggi seperti iPhone dapat diproduksi di Amerika.

“Tentu saja. Dia yakin Amerika memiliki tenaga kerja, angkatan kerja, dan sumber daya untuk melakukannya,” jawab Leavitt ketika ditanya apakah Trump yakin produksi iPhone pada akhirnya dapat dipindahkan ke AS setelah menerapkan tarif impor tinggi ke sejumlah negara, dikutip dari Indian Express, Rabu (9/4).

Untuk mendukung klaimnya, Leavitt mengatakan bahwa Apple tidak akan menginvestasikan US$ 500 miliar di Amerika Serikat, jika mereka yakin bahwa produksi iPhone tidak mungkin dilakukan.

Akan tetapi, pada kenyataannya, investasi US$ 500 miliar yang dirujuk oleh Leavitt tersebut tidak terkait produksi iPhone di Amerika. Dalam pengumuman awal tahun ini, Apple mengatakan akan menghabiskan US$ 500 miliar, mempekerjakan 20 ribu orang di AS selama empat tahun ke depan, dan membangun pabrik baru di Texas untuk memajukan inisiatif kecerdasan buatan alias AI.

“Kami optimistis dengan masa depan inovasi Amerika, dan kami bangga membangun investasi jangka panjang kami di AS dengan komitmen US$ 500 miliar untuk masa depan negara kami,” kata Kepala Eksekutif Apple Tim Cook dalam siaran pers.

Investasi seperti itu rutin dilakukan Apple. Pada 2018, ketika Trump pertama kali menjabat, produsen iPhone ini menginvestasikan US$ 350 miliar. Lalu menggelontorkan US$ 430 miliar pada 2021.

Alasan Apple Pilih Bangun Pabrik di Cina

Apple mengalihdayakan manufaktur smartphone ke Foxconn dan Luxshare saat ini. Sekitar 90% iPhone diproduksi di Cina, termasuk iPhone 16 yang akan mulai dijual di Indonesia besok (11/4).

CEO Apple Tim Cook telah mengisyaratkan pada beberapa kesempatan mengenai alasan perusahaan memilih Cina ketimbang Amerika.

“Ada kesalahpahaman tentang Cina. Kepercayaan umum yakni perusahaan datang ke Cina karena biaya tenaga kerja murah. Saya tidak yakin bagian Cina mana yang mereka maksud, tetapi kenyataannya adalah Tiongkok sudah tidak lagi menjadi negara dengan biaya tenaga kerja murah sejak bertahun-tahun lalu,” kata Cook dalam Forum Global Fortune di Guangzhou pada 2017.

“Dan itu bukanlah alasan untuk datang ke Cina, dari sudut pandang rantai pasok. Alasannya yakni karena keterampilan, dan kuantitas keterampilan di satu lokasi, serta jenis keterampilannya,” Cook menambahkan.

Buku berjudul ‘Biografi Steve Jobs’ karya Walter Isaacson menggambarkan pertemuan antara Jobs dan Presiden AS periode 2009 – 2017 Barack Obama pada 2010 dan 2011. Saat itu, Jobs menjelaskan bahwa masalah utama Amerika yakni kekurangan 30 ribu engineer terlatih yang dibutuhkan untuk mendukung tenaga kerja pabrik iPhone.

“Apple memiliki 700 ribu pekerja pabrik yang bekerja di Cina. Itu karena Apple membutuhkan 30 ribu engineer di lokasi untuk mendukung para pekerja tersebut. Anda tidak akan menemukan banyak teknisi di Amerika yang dapat dipekerjakan,” kata Jobs.

Leave a comment