Cacing Kecil Penghuni Chernobyl Ini Kebal Radiasi Nuklir

Temuan ini juga memiliki arti penting bagi manusia.

Cacing Kecil Penghuni Chernobyl Ini Kebal Radiasi Nuklir

KOMPAS.com - Sebuah studi baru mengungkapkan cacing yang menghuni Chernobyl Exclusion Zone (CEZ) tidak terpengaruh sama sekali dengan tingkat radiasi yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl.

Temuan ini didapat setelah peneliti menganalisis genom cacing mikroskopis.

Baca juga: Adaptasi Hewan, Serigala di Chernobyl Punya Kemampuan Anti-kanker

Mereka menemukan bahwa DNA mahluk tersebut tetap tidak berubah meski telah terpapar pada tingkat radiasi pengion yang dianggap berbahaya.

"Bencana tahun 1986 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl mengubah wilayah sekitarnya menjadi lanskap paling radioaktif yang diketahui di planet ini," tulis para peneliti dalam studinya.

Mengutip IFL Science, Kamis (7/3/2024) hampir 40 tahun berlalu, wilayah sepanjang 30 kilometer di sekitar lokasi masih ditinggalkan karena tingginya tingkat radiasi.

Namun masih tidak jelas bagaimana dampaknya terhadap mahluk hidup di sekitarnya.

Untuk menyelidikinya tim peneliti mengumpulkan 15 nematoda dari berbagai wilayah CEZ dan membandingkan genomnya dengan lima cacing lain dari spesies yang sama dari berbagai belahan dunia.

Baca juga: Katak di Chernobyl Berubah Warna Jadi Gelap, Ilmuwan Ungkap Penyebabnya

Radiasi pengion dapat menyebabkan kerusakan untaian ganda pada DNA.

Jika itu terjadi maka cacing Chernobyl akan menunjukkan penataan ulang kromosom yang diwariskan yang diturunkan melalui beberapa generasi nematoda yang terpapar.

Namun yang mengejutkan mereka, spesimen di CEZ itu tidak menunjukkan perbedaan kromosom dengan cacing dari berbagai belahan dunia lain yang berasal dari Jerman, Amerika, Australia, Mauritius, dan Filipina.

Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa nematoda dari Chernobyl tidak menunjukkan mutasi yang lebih baru dibandingkan nematoda dari belahan dunia lain.

Hal ini menujukkan bahwa DNA mereka tidak rusak oleh radiasi Chernobyl.

"Ini tidak berarti Chernobyl aman, namun kemungkinan besar nematoda adalah hewan yang sangat tangguh dan mampu bertahan dalam kondisi ekstrem," ungkap penulis studi Sophia Tintori dalam sebuah pernyataan.

“Kami juga tidak tahu berapa lama masing-masing cacing yang kami kumpulkan berada di Zona tersebut, jadi kami tidak bisa memastikan secara pasti tingkat paparan yang diterima setiap cacing dan nenek moyangnya selama empat dekade terakhir,” jelasnya lagi.

Baca juga: Hewan-hewan yang Hidup di Chernobyl

Mekanisme memperbaiki DNA

Peneliti juga bertanya-tanya apakah nematoda dari CEZ mungkin memiliki mekanisme khusus untuk memperbaiki DNA yang rusak.

Untuk mengetahuinya, peneliti kemudian memparkan hewan tersebut pada tiga bahan kimia penyebab mutasi yang berbeda dan mengamati bagaimana mutasi diturunkan ke generasi berikutnya.

Secara keseluruhan mereka menemukan bahwa strain nematoda yang berbeda menunjukkan tingkat toleransi yang berbeda pula terhadap mutagen ini, namun respons mereka tidak dapat diprediksi berdasarkan paparan radiasi.

Dengan kata lain, cacing dari Chernobyl secara sistematis tidak lebih baik dalam melindungi DNA mereka dibandingkan nematoda dari tempat lain.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat radiasi di CEZ tidak cocok untuk strain dengan tingkat ketahanan genetik yang lebih tinggi. Sebaliknya, tampaknya nematoda tidak terganggu oleh radiasi pengion.

Lebih lanjut, temuan ini juga memiliki arti penting bagi manusia.

Baca juga: Mengapa Hiroshima dan Nagasaki Bisa Dihuni, sedangkan Chernobyl Tidak Bisa?

Misalnya, hasil studi dapat membantu para ilmuwan memahami mengapa beberapa orang lebih rentan terhadap kerusakan DNA dibandingkan yang lain, sehingga membantu memberikan wawasan baru mengenai perkembangan kanker dan penyakit lainnya.

“Sekarang kita mengetahui strain nematoda mana yang lebih sensitif atau lebih toleran terhadap kerusakan DNA, kita dapat menggunakan strain ini untuk mempelajari mengapa individu yang berbeda lebih mungkin menderita efek karsinogen dibandingkan yang lain,” kata Tintori.

Studi ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow