Terapi Kognitif: 9 Langkah Strategis Meningkatkan Kesehatan Mental Anak dan Remaja
Anak adalah tunas yang harus benar-benar dipupuk dalam masa pertumbuhannya. Selain kesehatan fisik yang harus senantiasa dijaga, kesehatan mental merupakan hal sangat penting penentu kehidupan dimasa depan.
Menurut WHO, usia 10-24 tahun merupakan fase kritis dimana pada fase tersebut terjadi perubahan fisik, fisiologis, psikologis dan perilaku. Sehingga usia tersebut merupakan usia yang rentan dengan lingkungan intrinsik maupun ekstrinsik.
Fase usia kritis merupakan fase penentuan apakah seorang anak/remaja akan menjadi dewasa yang produktif dan memiliki kesehatan yang baik di masa depan. Penyebab kematian terbanyak adalah akibat kecelakaan lalu lintas, infeksi saluran nafas dan penggunaan obat-obatan terlarang.
Edukasi tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan pendidikan formal. Edukasi yang paling penting adalah edukasi yang dapat membentuk kesehatan mental yang baik.
Kesehatan mental yang baik adalah karakter yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memenuhi banyak fungsi dan aktifitas dalam hidup, yaitu kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk merasakan, kemampuan untuk mengungkapkan dan mengendalikan emosi yang positif maupun negatif dan kemampuan untuk menjaga dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kasus gangguan mental dimulai pada usia 14 tahun. Apabila gangguan mental sudah muncul, maka akan mempengaruhi tingkah laku anak sehingga sulit untuk dikendalikan apabila tidak segera diberikan tindakan.
Hal yang Harus Diperhatikan Orang Tua
Permasalahan muncul pada berbagai tempat seperti, sekolah, rumah, dengan teman bermain.Terjadi perubahan pada selera makan dan pola tidurPenarikan diri dari lingkungan sosial atau takut terhadap sesuatu hal yang tidak sewajarnyaAnak memperlihatkan perilaku gundah seperti sedih atau menyendiriTanda-tanda menunjukan prilaku destruktif seperti memukul kepalanya sendiri dan kecenderungan melukai diri sendiri
Perilaku Kognitif Anak dan Remaja
Perilaku kognitif anak mencakup proses mental seperti belajar, mengingat, memecahkan masalah, berpikir logis dan abstrak, berbahasa, serta berkreasi. Kemampuan ini berkembang seiring usia, dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan.
Contohnya termasuk mengenali objek, memahami instruksi, meniru, bertanya, menyusun balok, dan menceritakan cerita. Perkembangan kognitif penting sebagai dasar belajar, bersosialisasi, dan menghadapi tantangan di masa depan.
Perkembangan kognitif remaja ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak dan hipotetis, pemikiran yang lebih kompleks dan multidimensional dengan mempertimbangkan berbagai perspektif, serta peningkatan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang lebih matang, yang mempersiapkan mereka menghadapi kehidupan dewasa.
Meningkatkan Kesehatan Mental Anak dan Remaja
Menurut para ahli, Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavior Therapy /CBT) adalah pendekatan yang efektif untuk memperbaiki kesehatan mental dengan berfokus pada identifikasi dan perubahan pola pikir dan perilaku negatif yang mendasari masalah emosional.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam terapi kognitif untuk mencapai mental yang lebih sehat meliputi:
1. Identifikasi Pikiran Negatif
Langkah awal adalah mengenali pikiran-pikiran otomatis yang muncul dalam situasi tertentu, terutama yang bersifat negatif, tidak realistis, atau berlebihan. Ini bisa dilakukan dengan mencatat pikiran-pikiran tersebut dalam jurnal atau catatan harian.
2. Evaluasi dan Tantang Pikiran
Setelah pikiran negatif teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi keakuratan dan kegunaannya. Tanyakan pada diri sendiri, apakah ada bukti yang mendukung pikiran ini? Apakah ada cara lain untuk melihat situasi ini? Proses ini membantu untuk mengembangkan perspektif yang lebih seimbang dan realistis.
3. Restrukturisasi Kognitif
Tujuan utama terapi kognitif adalah mengganti pikiran-pikiran negatif dan tidak membantu dengan pikiran yang lebih rasional, positif, dan adaptif. Ini melibatkan belajar melihat situasi dari sudut pandang berbeda dan mengembangkan interpretasi lebih sehat.
4. Modifikasi Perilaku
Terapi kognitif berfokus pada perubahan perilaku yang maladaptif atau tidak sehat yang mungkin timbul dari pikiran-pikiran negatif. Ini bisa melibatkan penetapan tujuan yang realistis, pengembangan keterampilan mengatasi masalah, dan secara bertahap menghadapi situasi yang sebelumnya dihindari karena rasa takut atau cemas (exposure therapy).
5. Latihan dan Penerapan
Keterampilan yang dipelajari dalam sesi terapi perlu dipraktikkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terapi seringkali melibatkan “pekerjaan rumah” seperti mencatat pikiran, mencoba perilaku baru, atau melakukan latihan relaksasi.
6. Pengembangan Keterampilan Koping
Terapi kognitif mengajarkan berbagai teknik koping untuk mengelola stres, kecemasan, dan emosi negatif lainnya. Ini bisa termasuk teknik relaksasi, mindfulness, atau strategi pemecahan masalah.
7. Fokus pada Masa Kini
Meskipun memahami akar masalah dari masa lalu mungkin relevan, terapi kognitif umumnya berfokus pada masalah dan tantangan yang dihadapi saat ini serta pengembangan strategi untuk menghadapinya di masa depan.
8. Hubungan Terapeutik yang Kolaboratif
Terapis berperan sebagai pemandu dan fasilitator, bekerja sama dengan anak untuk mengidentifikasi masalah dan mengembangkan solusi. Anak diharapkan jujur terbuka serta aktif dalam proses terapi.
9. Terapi Secara Terstruktur
Terapi kognitif dilakukan secara terstruktur dan bertahap sesuai dengan tingkat permasalahan yang dihadapi.
Para ahli menekankan bahwa efektivitas terapi kognitif sangat bergantung pada keterlibatan aktif dan kemauan anak untuk berlatih dan menerapkan teknik-teknik yang dipelajari di luar sesi terapi.
Dengan konsistensi dan bimbingan terapis yang efektif, terapi kognitif dapat membantu individu mengembangkan pola pikir dan perilaku yang lebih sehat, sehingga meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
Tidak semua gangguan mental memerlukan terapi obat-obatan. Terapi yang dapat diberikan selain terapi obat-obatan dan dapat dikombinasi dengan obat-obatan adalah terapi psikososial atau yang biasa dikenal dengan behavior therapy.
Terapi kognitif efektif digunakan pada depresi, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan cemas, sangat efektif untuk merubah kebiasaan tidak sehat, melatih, menerima dan toleransi terhadap perasaan negatif akibat stres sehingga dapat mengatasinya dengan cara yang lebih sehat.
Kesehatan anak dan remaja merupakan sumber daya yang paling berharga, karena mereka nerupakan cerminan harapan di kehidupan mendatang.
Tidak hanya dibutuhkan fisik yang sehat dan kuat, namun juga dibutuhkan mental yang stabil dan perilaku yang baik untuk menjadi dewasa yang produktif.
Sumber : Integra dan berbagai sumber