Informasi Terpercaya Masa Kini

Potensi Dampak Positif Patrick Kluivert Untuk Timnas Indonesia – Inikah Yang membuat Erick Thohir Menunjuk Legenda Barcelona Itu Menggantikan Shin Tae-Yong?

0 3
  • Kluivert diklaim akan menangani timnas Indonesia
  • Menggantikan pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong
  • Indonesia sedang memburu tiket ke Piala Dunia 2026

SITUASINYA…

Awal tahun 2025 ditandai dengan sebuah peristiwa yang mengguncang dunia sepak bola Indonesia dengan PSSI memutuskan untuk mengakhiri kerjasama dengan pelatih Shin Tae-yong dan mengangkat pelatih baru dari Belanda.

Meski ditutupi, sosok pengganti STY akhirnya bocor oleh pakar transfer Fabrizio Romano yang mengungkap bahwa Patrick Kluivert telah sepakat untuk menjadi pelatih baru timnas Indonesia dengan kontrak dua tahun plus opsi perpanjangan dua tahun.

Kabar itu semakin membuat dunia sepak bola Indonesia bergetar, banyak yang menyayangkan keputusan tersebut karena track record Kluivert tidak sementereng STY. Dan situasi semakin diperparah dengan catatan hitam Kluivert yang pernah kalah dari Bahrain dengan skor 4-0 saat menangani Curacao dalam sebuah laga uji coba. Seperti diketahui, Indonesia akan menjamu Bahrain dalam pertandingan krusial di kualifikasi Piala Dunia 2026.

Namun, di tengah hiruk pikuk keputusan mengangkat Kluivert sebagai nahkoda timnas, ada beberapa hal positif yang bisa dibawa sang legenda Barcelona itu untuk timnas Garuda.

“Cap lulus” dari Louis Van Gaal

Louis van Gaal merupakan salah satu pelatih terbaik di dunia sepak bola, dan ia berinisiatif memanggil Kluivert untuk mendampinginya sebagai asisten pelatih timnas Belanda pada 2012, hingga akhirnya mereka sukses mengantar Oranje menempati peringkat ketiga pada Piala Dunia 2014.

Setelah pesta akbar sepak bola itu, rumor menyatakan bahwa Kluivert akan mengikuti jejak Van Gaal ke Manchester United, tetapi sang mentor menilai mantan pemain Barcelona tersebut sudah layak untuk “mengepakkan sayapnya sendiri”. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan manajerial Kluivert sudah mendapat pengakuan dari Van Gaal.

Dari sanalah, kisah Kluivert dan Curacao akhirnya bersemi…

Tantangan berat di Curacao

Bukan tanpa alasan Kluivert memilih timnas Curacao. Ia memiliki ikatan spesial dengan ibunya berasal dari negara tersebut. “Ibu saya dari kepulauan (ini) dan saya benar-benar ingin memberikan sesuatu kembali – karena itu saya di sini,” ujar Kluivert saat pertama kali bersama timnas Curacao pada Maret 2015.

Bagaimanapun juga, hal itu merupakan keputusan berat karena Curacao memiliki situasi yang sangat buruk dalam hal sepak bola. Negara tersebut baru memiliki federasi sepak bola pada 2011 sehingga menjadi salah satu negara sepak bola termuda, dan pada rentang 2011 hingga 2014 mereka bermain sebanyak 32 kali dengan catatan enam kali menang, enam kali imbang dan 20 kekalahan.

Dengan minimnya pengalaman dan hasil pertandingan yang tidak begitu memuaskan, ranking FIFA Curacao di Desember 2014 berada di peringkat ke-151. Yang perlu digarisbawahi, pada Desember 2016 atau dua tahun berselang, ranking Curacao melonjak ke posisi 75! Apa yang terjadi?

Diaspora

Ditunjuk pada 5 Maret 2015, Kluivert hanya memiliki beberapa pekan untuk mempersiapkan skuad menghadapi pertandingan perdana kualifikasi Piala Dunia zona CONCACAF melawan Montserrat.

Untuk memperkuat timnas Curacao, Kluivert menggunakan pengaruhnya untuk mencari pemain diaspora, mengingat Curacao adalah negara pecahan Antillen Belanda, maka tidak begitu sulit bagi sang pelatih untuk menelusuri pemain-pemain keturunan Curacao.

Status Kluivert sebagai salah satu legenda besar sepak bola membuat pemain-pemain diaspora yang sebelumnya tidak melirik menjadi tertarik. Beberapa nama kompeten sukses digaet seperti pemain Southampton Cuco Martina, pemain Aston Villa Leandro Bacuna, Eloy Room dari Vitesse Arnhem dan lainnya.

Kebangkitan Curacao

Dengan tambahan kekuatan dari pemain diaspora plus strategi Kluivert yang juga menerapkan permainan Total Football ala Belanda, Curacao sukses meraih lima kemenangan dalam 11 pertandingan selama jabatan singkat Kluivert pada Maret 2015 hingga Juni 2016.

Ingat dengan jumlah kemenangan? Ya, jumlah kemenangan itu hanya terpaut satu dari yang diraih Curacao pada 2011 hingga 2014.

Raihan positif itu membuat Curacao mengukir pencapaian terbaik dengan menembus babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONCACAF termasuk mengalahkan negara yang lebih difavoritkan, Kuba.

Hal lebih gila diraih setelah itu, di ajang Piala Karibia 2017 yang juga berstatus sebagai kualifikasi Piala Emas.

Curacao mendapat “teguran” saat kalah dari Barbados di laga perdana, sebelum bangkit dengan kemenangan atas Republik Dominika untuk lolos ke semi-final.

Sayang Kluivert tidak bisa menemani Curacao di dua laga terakhir karena ia ditunjuk sebagai pelatih Ajax U-19, di mana ia turut menangani anaknya, Justin Kluivert.

Bagaimanapun juga, dengan fondasi yang sudah dipersiapkan oleh Kluivert, Curacao yang dipimpin oleh Remko Bicentini (sebelumnya asisten Kluivert) berhasil menjadi juara Piala Karibia untuk pertama kali sekaligus lolos ke Piala Emas 2017 juga dengan status perdana.

Yang bisa dipetik…

Catatan Kluivert kurang meyakinkan setelah itu termasuk saat menangani Curacao untuk kedua kali pada 2021 di mana skuad asuhannya menelan tiga kekalahan dan hanya meraih satu kemenangan dalam enam pertandingan, dengan salah satu kekalahan yang diderita adalah saat melawan Bahrain dengan skor 4-0 pada laga uji coba.

Namun, dengan apa yang dilakukan Kluivert untuk membangkitkan sepak bola Curacao, membuat fondasi kukuh skuad dengan mendatangkan pemain-pemain diaspora sehingga sukses meraih trofi Piala Karibia dan lolos Piala Emas untuk pertama kali plus melontarkan ranking FIFA negara dari 151 ke ranking 75, ada harapan timnas Indonesia mereplika jalur kesuksesan yang sama di tangan legenda Barcelona itu.

Yang jangan dilupakan…

Keputusan Kluivert memaksimalkan pemain-pemain diaspora untuk timnas Curacao tidak lepas dari situasi negara tersebut yang memiliki kompetisi lokal sangat terbatas, mengingat jumlah penduduk hanya 159 ribu jiwa, berbeda dengan Indonesia yang sangat melimpah jumlah penduduknya.

Oleh karena itu, penguatan timnas Indonesia dengan pemain diaspora dan pelatih yang bisa mengusungnya, akan jauh lebih baik jika dibarengi dengan:

  • peningkatan kualitas pembinaan di semua level usia
  • pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam dunia olahraga
  • peningkatan kualitas jenjang kompetisi dari level amatir hingga kasta tertinggi profesional
  • Memperjuangkan sepak bola putri

Dengan demikian, di masa depan, bukan Indonesia lagi yang kelimpungan mencari pemain diaspora, tetapi Belanda dan negara lain yang berusaha mencari diaspora di Tanah Air.

Leave a comment