Informasi Terpercaya Masa Kini

Suliatin Pertahankan Jajan Pasar karena Tak Banyak Dilirik Anak Muda

0 10

PASURUAN, KOMPAS.com – Di Gelanggang Olahraga (GOR) Untung Suropati, Jalan Sultan Agung, Kota Pasuruan, Suliatin (57) sedang menata aneka jajan pasar untuk menyambut pelanggan takjil di bulan Ramadhan.

Meskipun jajan pasar kini mulai dilupakan oleh generasi muda, Suliatin tetap setia menjalani usaha ini selama lebih dari 15 tahun.

Suliatin menyiapkan tujuh tatakan berisi berbagai jenis makanan tradisional seperti cenil, gatot, ketan hitam, belendung, lepet, sawut, dan kelepon.

“Kalau masaknya yang pagi tadi di rumah, kalau sore ini tinggal menata di meja, Mas. Agar pembeli bisa lihat langsung,” ujarnya saat ditemui pada Kamis (13/03/2025).

Baca juga: Berburu Takjil Murah Meriah di Kampung Kue Rungkut Surabaya

Ia mengungkapkan bahwa pelanggan jajan pasar di bulan Ramadhan umumnya adalah orang-orang tua.

Suliatin juga menjelaskan bahwa beberapa jenis kue, seperti serabi dan petulo, merupakan titipan orang lain untuk dijual.

“Nah kalau jajan serabi atau petulo ini titipan orang untuk dijual di sini,” tambahnya sembari mengipas kue agar tidak ada lalat yang hinggap.

Sejak tahun 2010, Suliatin berjualan jajan pasar.

Awalnya, ia hanya membuat kue untuk konsumsi sendiri, namun seiring waktu, permintaan dari tetangga dan teman membuatnya memutuskan untuk berjualan.

“Ya saya menjual jajan ini tentu ada pasarnya, terutama mereka yang usianya lebih dari 45 tahun tentu sangat rindu jajan seperti ini. Kalau anak muda sekarang jarang atau hampir tidak ada yang jualan jajan pasar,” katanya sambil tersenyum.

Suliatin meyakini bahwa meskipun banyak jajanan instan yang lebih gurih, jajan pasar lebih sehat.

Baca juga: Teriakan Penjual Takjil Gagal Selamatkan Honda HRV dari Tabrakan Maut dengan KA Singasari di Blitar

“Karena tidak satupun dari aneka jajan pasar yang dijualnya itu mengandung minyak atau penyedap rasa.” 

“Nah kalau anak muda sekarang lebih memilih jajanan yang gurih tentu itu tidak sehat kalau terus menerus. Makanya saya tidak khawatir berjualan jajan pasar ini, tentu sangat sehat,” ujarnya sambil tertawa lepas.

Selama bulan Ramadhan, Suliatin menjual jajan pasar dengan harga mulai dari Rp 5.000 per bungkus, tergantung pada jenis kue yang dipesan.

“Rata-rata harganya Rp 7.000 per bungkus karena banyak aneka jenis kue dalam satu porsi. Kalau habis sholat terawih, saya tutup,” ungkapnya.

Pembeli jajan pasar, Maisyaroh, mengungkapkan bahwa ia sering mencari kue yang jarang dijual.

“Kalau terlalu sering takjil pakai gorengan kan tidak bagus untuk tenggorokan. Jadi saya belinya kue jajan Mak Suliatin,” katanya.

Ia lebih memilih ‘blendung’, kudapan berbahan jagung dengan rasa sedikit asin gurih dan parutan kelapa, serta kue ‘sawut’ yang terbuat dari parutan ubi bercampur gula aren.

Baca juga: Kunjungi Ratusan Pedagang Takjil di Jalan Karang Menjangan Surabaya

Sementara itu, Agus Suyanto memilih jajan pasar campur dengan isian lengkap.

“Jajan pasar lebih pas kalau menunya lengkap terus pakai gula jawa atau gula batok cair. Enak dan mengenyangkan, ingat waktu kecil dulu saat ada bancaan (hajatan) pasti dapat jajan pasar,” ungkapnya.

Dengan komitmennya untuk mempertahankan jajan pasar, Suliatin tidak hanya menjaga tradisi kuliner, tetapi juga memberikan pilihan yang lebih sehat bagi masyarakat di tengah maraknya makanan instan.

Leave a comment