Informasi Terpercaya Masa Kini

Pertama Kalinya Suami Istri Brigjen Agus Mintarto-Winarni Tembus Pangkat Jenderal Jadi Staf KASAD

0 32

TRIBUN-TIMUR.COM- Pertama kalinya dalam sejarah militer Indonesia seorang suami istri sama-sama menjadi Jenderal.

Tak sampai di situ, mereka pun berada dalam kesatuan yang sama.

Tak berhenti di situ, jabatan mereka pun sama. 

Ia adalah Brigjen TNI Agus Mintarto dan Brigjen TNI Winarni. 

Brigjen TNI Agus Mintarto baru saja pensiun tahun 2024 lalu dengan jabatan terakhir sebagai staf khusus KASAD. 

Sementara itu, Brigjen TNI Winarni masih bertugas hingga saat ini sebagai Staf Khusus Kasad.

Winarni dan Agus sama-sama berasal dari kecabangan Korps Ajudan Jenderal (Caj). 

Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Widyaiswara Bidang Jemen Akmil.

Profil Brigjen TNI Winarni

Winarni merupakan satu dari beberapa prajurit Kowad yang berhasil meraih pangkat bintang di pundaknya.

Memang jarang prajurit Kowad bisa berkarier sampai memiliki pangkat yang tinggi, jika dibandingkan dengan prajurit laki-laki.

Melansir dari Wikipedia, Brigjen TNI Winarni, S.M. adalah seorang perwira tinggi TNI-AD yang sejak 21 Januari 2022 mengemban amanat sebagai Staf Khusus Kasad.

Winarni dari kecabangan Korps Ajudan Jenderal (Caj).

Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Widyaiswara Bidang Jemen Akmil.

Sebelum jadi jenderal, dia menjabat sebagai Danpusdik Kowad. 

Kemudian, 2020 lalu naik pangkat menjadi brigjen. 

“Jadi sebelum naik pangkat satu tingkat, saya menjadi Danpusdik Kowad. Calon Bintara wanita dididik menjadi Kowad,” katanya dalam wawancara melalui Channel TNI AD dikutip Tribun, Jumat (24/1/2025). 

“Saya sangat berterima kasih kepada KSAD atas kepercayaan mengemban amanah sebagai widyaswara dalam manajemen pertahanan,” katanya. 

Ia mengatakan akan mengabdikan diri sebagai pengajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

“Dulu sebagai Danpusdik saya mendidik para wanita lulusan SMA yang dididik menjadi Bintara Kowad. Kini, tugas sebagai Widyaiswara, yakni menjadi dosen pengajar di Akadmei Militer. Saya akan mendidik anak-anak disana, para calon pemimpin bangsa,” ujarnya.⁣

Riwayat Pendidikan

Pendidikan Umum

  • SMA Negeri 1 Bekasi (1982)
  • UPN Veteran Jakarta (1986)

Pendidikan Militer

  • Sepamilwa ABRI (1988)
  • Sessarcab Ajen (1988)
  • Suslapa Ajen (1998)
  • Seskoad (2006)

Riwayat Jabatan

  • Pama Ditajenad (1988)
  • Pama Ajendam VI/Tanjungpura (1989)
  • Paur Simindiaga Ajendam VI/Tanjungpura (1989)
  • Kaur Siminperspra Ajendam VI/Tanjungpura (1991)
  • Kainfolahtadam III/Siliwangi (2011—2013)
  • Kaajendam III/Siliwangi (2013—2015)
  • Staf Ahli Pangdam III/Siliwangi Bidang Sosial Budaya (2015—2016)
  • Paban III/Jemen Srenad (2016—2018)
  • Danpusdik Kowad (2019—2020)
  • Widyaiswara Bidang Manajemen Akmil (2020—2022)
  • Staf Khusus Kasad (2022—Sekarang)

Profil Brigjen Agus

Agus, merupakan lulusan Akademi Militer (1988A) ini berasal Korps Ajudan Jenderal (Caj). 

Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Direktur Umum Kodiklatad.

  • Lahir: 1966 (umur 58–59)
  • Almamater: Akademi Militer (1988A)
  • Dinas/cabang:   TNI Angkatan Darat
  • Masa dinas: 1988–2024
  • Pangkat:   Brigadir Jenderal
  • NRP: 31785
  • Satuan: Ajudan Jenderal (CAJ)

Riwayat Jabatan

  • Pama Ditajenad (1988)
  • Kabagbincab Subditbincab Ditajenad (2008-2010)
  • Pabandya-1/Dalkuat PNS Spaban VI/Bin PNS Spersad (2010-2012)
  • Kaajendam IX/Udayana (2012–2014)
  • Kasubdit Binminu Dirajenad (2014–2015)
  • Kasubdit Binminperspra Dirajenad (2015–2017)
  • Ses Ditajenad (2017–2018)
  • Ir Ditajenad (2018–2020)
  • Ir Ditajenad (Validasi Orgas) (2020–2022)
  • Direktur Umum Kodiklatad (2022–2023)
  • Staf Khusus Kasad (2023–2024)

Profil Jenderal Wanita

Profil lima Jenderal Wanita pertama dari angkatan bersenjata TNI dan kepolisian Indonesia.

Masing-masing empat Jenderal Bintang 1 dan satu Jenderal Bintang 2.

Jenderal Wanita berpangkat bintang 1 yakni Brigadir Jenderal (Brigjen) Tentara Nasional Indonesia TNI (Purn) Raden Ayu Kartini Hermanus, Laksamana Muda TNI (Purn) Christina Maria Rantetana, Marsekal Pertama TNI (Purn) Rukmini, dan Brigjen Polisi (Purn) Jeanne Mandagi.

Adapun Jenderal wanita berpangkat bintang 2 yakni Irjen Pol (Purn.) Basaria Panjaitan.

Raden Ayu Kartini Hermanus merupakan jenderal wanita pertama atau Jenderal Bintang 1 wanita pertama di TNI Angkatan Darat (AD).

Christina Maria Rantetana merupakan Laksamana Pertama (posisi pangkat bintang satu) TNI Angkatan Laut (AL).

Dalam perjalanan karirnya, Christina Maria Rantetana mendapatkan promosi Laksamana Muda (posisi pangkat dua bintang).

Rukmini merupakan Marsekal Pertama (pangkat bintang satu) di TNI Angkatan Udara (AU).

Jeanne Mandagi merupakan Jenderal Bintang 1 wanita pertama dalam jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

Adapun Basaria Panjaitan tercatat  Jenderal Bintang 2 wanita pertama Polri.

Berikut selengkapnya Tribun-Timur.com bagikan profil dan rekam jejak 5 jenderal wanita pertama di Indonesia: 

1. Brigjen Raden Ayu Kartini Hermanus

Brigjen TNI Kartini Hermanus lahir pada tanggal 2 Agustus 1949 di Surakarta, Jawa Tengah.

Dia merupakan putri ke-2 dari ibu Ray Parmanti.

Leluhurnya dari garis ibu adalah keturunan dari KGPAA Mangkunagara III dari Puro Mangkunegaran Surakarta dan Sri Susuhunan Pakubuwono III dari Karaton Surakarta Hadiningrat.

Kartini Hermanus menikah dengan Kolonel Infanteri (Purn) Pieter Hermanus Van der Linde, pensiunan kolonel angkatan darat dan perancang Pindad SS2.

Pasangan ini memiliki empat anak, yaitu Ondre Hermanus, Marta Hermanus, Jimmy Hermanus, dan Terry Hermanus.[6]

Ketika ditanya apakah dia masih akan menghormati suaminya setelah dia mengunggulinya pada tahun 2000, Kartini Hermanus menyatakan bahwa

“Kalau di rumah ya tentu saya tetap hormat pada suami. Lagi pula dia kan sudah pensiun (dari militer).”

Karier Militer

Brigjen TNI Kartini Hermanus adalah mantan perwira militer Indonesia yang menjadi jenderal wanita pertama di TNI AD.

Setelah kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi selama dua tahun, ia mendaftarkan diri di Sekolah Perwira Wajib Militer (Sepawamil) pada tahun 1970.

Setelah lulus dari Sepawamil, Kartini berkarier sebagai anggota TNI-AD dari kecabangan Korps Ajudan Jenderal.

Ia memasuki Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Indonesia pada tahun 1993 dan lulus pada tahun berikutnya. Kartini dan seorang perwira militer lainnya bernama Kolonel Haerasma adalah satu-satunya wanita dari 201 perwira militer yang mengikuti pendidikan di Seskoad pada tahun itu.

Pada 27 Mei 1997, Kartini dilantik sebagai Komandan Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Pusdik Kowad).

Dia dilantik setelah pemisahan Pusdik Kowad dari Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat.

Setelah menjabat sebagai inspektur selama tiga tahun, Kartini ditunjuk sebagai staf ahli Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) bidang sosial budaya pada awal November 2000.

Sesuai dengan jabatan barunya, Kartini Hermanus memperoleh kenaikan pangkat menjadi Brigadir Jenderal pada 1 Desember 2.000 dan menjadikannya sebagai jenderal wanita pertama di TNI AD.

Dia pensiun dari militer pada 11 November 2004.

Kartini Hermanus wafat di usia 72 tahun pada 24 Agustus 2021.

2. Laksda Christina Maria Rantetana

Nama lengkapnya Laksamana Muda (Laksda) TNI (Purn.) Christina Maria Rantetana, S.K.M., M.P.H.

Laksda  Christina Maria Rantetana lahir di di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel), 24 Juli 1955.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah di sebuah lembaga Katolik pada tahun 1974, ia memperoleh diploma dalam perawatan umum sebelum bergabung dengan militer Indonesia pada tahun 1979.

 Ia kemudian memperoleh gelar sarjana di bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia dan gelar master dalam bidang yang sama dari Tulane University.

Dia memiliki lima anak, dan dia mengambil bagian dalam pembangunan patung Yesus Buntu Burake di Tana Toraja.

Christina adalah perempuan pertama dari TNI Angkatan Laut yang mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) di luar negeri, yakni di Royal Australian Naval Staff Course di Sydney, Australia.

Ia juga adalah anggota Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) pertama yang ditugaskan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Sekolah Kesehatan di Angkatan Laut.

Anggota Kowal pertama yang mengikuti pendidikan strata dua di Tulane Universitas New Orleans, Amerika Serikat dan yang menjadi staf ahli Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Bidang Ideologi dan Konstitusi, serta, merupakan jenderal bintang dua perempuan pertama di Angkatan Laut serta se-AASEAN.

Karier Militer

Laksda TNI (Purn) Christina Maria Rantetana adalah seorang mantan perwira tinggi TNI Angkatan Laut.

Christina Maria Rantetana merupakan wanita pertama yang memegang pangkat bintang di TNI AL.

Di TNI Angkatan Laut, Rantetana menjadi wakil fraksi TNI/Polri di Dewan Perwakilan Rakyat selama dua periode, 1997-1999 dan 1999-2004.

Pada periode terakhir, dia adalah sekretaris fraksi.

Pada 1 November 2002, Christina Maria Rantetana dipromosikan menjadi laksamana pertama (posisi pangkat bintang satu) menjadi wanita pertama yang mencapai pangkat itu di TNI Angkatan Laut.

Christina Maria Rantetana dipromosikan lebih lanjut menjadi laksamana muda pada Juni 2013, ketika ia ditugaskan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai staf ahli menteri bidang ideologi dan konstitusi.

Hal ini menjadikan Christina Maria Rantetana sebagai Jenderal Bintang 2 wanita pertama di TNI AL serta se-ASEAN.

Christina Maria Rantetana meninggal di rumah sakit angkatan laut di Jakarta pada 31 Juli 2016.

Dia dimakamkan di pemakaman tradisional Toraja yang didampingi militer, di mana tubuhnya ditempatkan di rongga berlubang 30 meter di atas tebing disertai dengan tembakan salvo.

3. Marsekal Pertama Rukmini

Nama lengkapnya Marsekal Pertama TNI (Purn.) Rukmini, S.IP., M.M.

Dia lahir di Pacitan, Negara Jawa Timur.

Rukmini bersekolah di SMP di Pacitan dari tahun 1962 sampai 1965 dan SMA di Bandung dari tahun 1967 sampai 1970.

Setelah menyelesaikan SMA, ia belajar di Fakultas Teknik Elektro Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Dia lulus dari institut pada tahun 1975 dengan gelar di bidang pendidikan.

Rukmini menikah dengan Marsda TNI Imam Wahyudi, seorang perwira tinggi Angkatan Udara Indonesia dengan pangkat Marsekal Muda.

Pasangan ini dikaruniai dua orang anak, yaitu Frita Yuliati (lahir 1979) dan Rahmat Basuki (lahir 1982).

Karier Militer

Marsekal Pertama TNI (Purn.) Rukmini adalah seorang perwira angkatan udara Indonesia yang menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari tahun 1997 sampai 2002. 

Rukmini merupakan wanita pertama yang memegang jabatan perwira tinggi di TNI AD.

Setelah lulus dari institut  Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung, Rukmini mendaftar di pusat pendidikan angkatan udara wanita dan mulai bertugas di angkatan udara sejak tahun 1976.

Jabatan pertamanya di angkatan udara adalah sebagai kepala biro pengembangan data hingga tahun 1978.

Jabatan lain yang dijabatnya pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat Sekolah Staf Umum TNI Angkatan Udara dari tahun 1987 sampai 1988 dan sebagai Kepala Biro Pembinaan Anggota TNI Angkatan Udara dari tahun 1994 sampai 1997.

Sepanjang kariernya di TNI AU, Rukmini mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara, Kursus Sosial Politik Angkatan Bersenjata, dan kursus IBMC.

Ia juga berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka dan lulus dengan gelar sarjana pada tahun 1995.

Pada 1 Oktober 1997, Rukmini dilantik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari kelompok parlemen TNI/Polri dengan pangkat letnan kolonel. 

Tak lama setelah itu, dia dipromosikan ke pangkat kolonel.

Dia diangkat kembali untuk masa jabatan kedua pada tahun 1999 dan kemudian dipromosikan menjadi marsekal pertama sehingga menjadi wanita pertama yang memegang pangkat marsekal di TNI AU Indonesia. 

Dia digantikan dari dewan pada 23 Oktober 2002 dan sempat menjadi staf ahli untuk urusan peradilan untuk kepala staf angkatan udara sebelum pensiun dari militer.

4. Brigjen Jeanne Mandagi

Nama lengkapnya Brigjen Jeanne Mandagi, S.H.

Jeanne Mandagi merupakan keturunan asli Minahasa, lahir pada tanggal 2 April 1937 di Manado, Sulawesi Utara. 

Pendidikan sekolah dasar hingga menengah pertamanya ditempuh di sebuah yayasan pendidikan milik biarawati katolik Manado.

Kemudian Jeanne Mandagi melanjutkan pendidikan menengah atasnya di SMA Santa Ursula, Jakarta dan meraih gelar sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1963.

Semasa perkuliahannya ia tergabung dalam keanggotaan aktif Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Karier di Kepolisian

Brigjen Jeanne Mandagi dikenal sebagai tokoh peduli perempuan dan jenderal wanita pertama dalam jajaran Polri.

Setelah lulus dari perkuliahan ia mulai meniti karier kepolisiannya di akademi polisi dan diangkat menjadi anggota polisi wanita pada tanggal 1 December 1965.

Kemudian pada tahun 1966, Mandagi mengikuti Kursus Peradilan Militer hingga ia diangkat menjadi Kepala Seksi Hukum Kepolisian Daerah Maluku (Kasi Hukum Polda Maluku) setelah lulus dari sana.

Pada tahun 1970, Mandagi diberi amanah sebagai Kepala Seksi Pembinaan Anak-anak, Pemuda, dan Wanita (Kasi Binapta) Polda Metro Jaya sekaligus menjabat sebagai Hakim Mahkamah Militer untuk wilayah Jakarta-Banten. Ketertarikan Mandagi pada pencegahan penyalahgunaan obat terlarang mulai ditekuninya dengan mengambil kursus United Nations Regional Course on the Control of Narcotics pada tahun 1974. 

Selang satu tahun kemudian ia lanjutkan dengan mengikuti kursus drug law enforcement di Washington, Amerika Serikat.

Sertifikasi dari beberapa kursus yang telah ia jalani mengantarkannya untuk bertugas di Markas Besar Polri di bidang reserse narkotika pada tahun 1976.

Pada tahun 1980, ia diangkat sebagai kolonel setelah lulus dari masa pendidikan kepolisiannya di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Sesko ABRI).

Pada tahun 1985, Mandagi menjabat sebagai Narcotics Desk Officer dalam organisasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara atau ASEAN) dan pada tahun 1989 selama tujuh bulan, ia menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Bimbingan Masyarakat (Sesdit Bimmas) Polri.

Kemudian pada tahun 1989 hingga 1992, Mandagi diberi kepercayaan untuk mengemban amanah sebagai Kepala Divisi Penerangan (sekarang Divisi Humas) Polri. 

Jeanne Mandagi diangkat menjadi Brigjen pada tanggal 1991 dan merupakan wanita pertama di Indonesia yang menyandang pangkat jenderal kepolisian.

Jeanne Mandagi juga pernah menjabat sebagai Konsultan Ahli di Badan Narkotika National (BNN) dan aktif dalam penanganan pemberantasan narkoba di Indonesia

Berkat sifatnya yang feminin, keibuan, sederhana, berani, dan peduli terhadap generasi muda, Mandagi dianggap sebagai inspirator tokoh wanita. Indonesia.

Bahkan di masa usia purnanya, ia masih dipercayakan menjabat sebagai penasihat ahli Jenderal Polisi Tirto Karnavian dan Ketua Asosiasi Purnawiran Penegak Hukum Anti Narkotika Indonesia (AP2ANI).

Brigjen Jeanne Mandagi juga ikut andil dalam mendirikan Yayasan Permadi Siwi sebagai pusat rehabilitasi pecandu narkotika.

Jeanne Mandagi wafat di usianya yang ke 80 tahun pada 7 April 2017 dan dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Jagakarsa, Jakarta Selatan.

5. Irjen Basaria Panjaitan

Basaria Panjaitan bernama lengkap Irjen Pol (Purn.) Basaria Panjaitan, S.H., M.H. 

Dia lahir 20 Desember 1957.

Irjen Basaria Panjaitan tercatat sebagai perempuan pertama yang berpangkat Inspektur Jenderal (Jenderal bintang dua) di dalam sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia, melalui kenaikan pangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor: 81/ Polri RI/ Tahun 2015 dan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/843/X/2015 tertanggal 20 Oktober 2015

Selain itu, Irjen Basaria Panjaitan merupakan perempuan pertama yang terpilih menjadi komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.

Ia terpilih dalam pemilihan yang dilakukan secara terbuka oleh Anggota Komisi III DPR RI pada bulan Desember 2015.

Berikut Tribun-Timur.com bagikan selengkapnya informasi selengkapnya tentang Irjen Basaria Panjaitan:

Pendidikan

Dilansir dari Wikipedia, Basaria Panjaitan adalah Sarjana Hukum lulusan Sepamilsukwan Polri Tahun Angkatan 1983/1984.

Basaria masuk Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan ditempa di sana.

Lulus sebagai polwan berpangkat Letnan Dua Polisi, Basaria langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali.

Pendidikan pascasarjana yang ditempuhnya adalah Magister Hukum Ekonomi Universitas Indonesia.

Karier Kepolisian

Basaria Panjaitan mengabdi dalam bidang reserse di Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Basaria adalah Kabag Serse Narkoba Polda NTB (1997 – 2000), Kabag Narkoba Polda Jabar (2000 – 2004), Dirserse Kriminal Polda Kepri (2006 – 2008).

Jenderal Bintang 2 ini sebelumnya menjabat sebagai Kapusprovos Divpropam Polri (2009), Karo Bekum SDelog Polri (2010), Widyaiswara Madya Sespim Polri Lemdikpol.

Basaria masuk Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan ditempa di sana. Ternyata ia diterima. 

Lulus sebagai polwan berpangkat Letnan Dua Polisi, Basaria langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali.

Dari sana, Basaria malang melintang di berbagai pos penugasan.

Basaria Panjaitan pernah menjadi Kepala Biro Logistik Polri, Kasatnarkoba di Polda NTT dan menjadi Direktur Reserse Kriminal Polda Kepulauan Riau.

Dari Batam, Basaria ditarik ke Mabes Polri, menjadi penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim.

Dia pernah memeriksa mantan Kabareskrim, Jenderal Bintang 3 Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) Susno Duadji, soal pelanggaran kode etik.

Tahun 2010 hingga 2015, Basaria menjabat sebagai Widyaiswara Madya Sespim Polri.

Basaria Panjaitan tercatat sebagai perempuan pertama yang berpangkat Irjen di dalam sejarah Polri melalui kenaikan pangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor: 81/ Polri RI/ Tahun 2015 dan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/843/X/2015 tertanggal 20 Oktober 2015.

Riwayat Jabatan

– Paur Subdisbuk Disku Mabes Polri (1984)

– Panit Sat. Idik Baya Ditserse Mabes Polri (1990)

– Kasat Narkoba Polda NTB (1997)

– Kabag Narkoba Polda Jabar (2000)

– Dir Reskrim Polda Kepri (2007)

– Penyidik Utama Dit V/Tipiter Bareskrim Polri (2008)

– Kapusprovos Divpropam Polri (2009)

– Karobekum Sdelog Polri[3]

– Widyaiswara Madya Sespim Polri[4] (2010)

– Sahlisospol Kapolri (2015)

– Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia (2015–2019). (Tribun-Timur.com/ Sakinah Sudin)

Leave a comment