Informasi Terpercaya Masa Kini

Kata Pengamat Soal Sejumlah Dana Pensiun Terjebak di Saham Gocap

0 4

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Terdapat sejumlah perusahaan Dana Pensiun (Dapen) yang terjebak di saham gocap atau saham yang mempunyai harga paling rendah dari yang ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Rp 50 per lembar.

Misalnya, ada Dapen Pertamina yang memegang sebesar 8,05% dari saham PT Sugih Energy Tbk (SUGI), lalu Dapen Bukti Asat atau DPBA memegang 9,37% saham PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI), dan Dapen Panin Bank yang mempunyai 6,67% saham Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP). Adapun ketiga perseroan tersebut, sahamnya hanya mencapai Rp 50 per lembar. 

Menanggapi hal ini, Pengamat Industri Dana Pensiun (Dapen), Suheri mengatakan Dapen yang terjebak di saham gocap karena kemungkinan besar pada awalnya saham yang mereka beli itu nilainya cukup besar namun harganya anjlok menjadi Rp 50 per lembar. 

Baca Juga: Gara-gara Elon Musk, Dana Pensiun Terbesar di Eropa Jual Seluruh Saham Tesla

“Sebenarnya mereka itu terjebak di saham gocap karena mereka masuknya dulu mungkin pada saat itu, harga sahamnya besar, atau harganya sedang bagus, dan prospeknya baik, tapi kemudian jadi nggak bagus kondisi sahamnya. Sedangkan kalau dijual ada kekhawatiran cut loss,” kata Suheri kepada Kontan.co.id, Selasa (21/1). 

Suheri menerangkan, Dapen yang terjebak di saham gocap tersebut belum bisa menjual sahamnya karena belum menemukan waktu yang tepat dan khawatir mengalami kerugian lebih besar lagi. 

Kendati begitu, ia mengatakan bahwa hal tersebut tentu berdampak pada kinerja investasi mereka. Pasalnya, saham gocap harganya sulit untuk naik sehingga tidak memberikan dividen atau keuntungan apapun. Terlebih, tidak ada yang tertarik untul membeli saham tersebut. 

Baca Juga: Dana Kelolaan Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan Capai Rp 189,2 Triliun

“Jadi memang serba salah, tentunya hal tersebut berdampak pada kinerja investasi mereka. Tapi, secara industri investasi Dapen masih akan positif di tahun 2025,” ungkapnya.

Lebih jauh lagi, Suheri menuturkan bahwa penempatan investasi Dana Pensiun di tahun 2025, lebih baik ditempatkan ke Obligasi Korporasi atau Surat Berharga Negara (SBN). Menurut dia, dua instrumen investasi ini cukup likuid dan memberikan return sekitar 5%-7%. 

Sedangkan, dia menilai, untuk penempatan investasi ke saham masih kurang likuid atau menguntungkan, kecuali saham yang masuk Blue Chip, dan harus selektif dengan fundamental emiten yang baik. 

Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Catat Hasil Investasi Rp 46,8 Triliun per November 2024

“Jadi untuk ke saham seharusnya tidak terlalu banyak penemapatannya, sekitar 10%-15% saja dari total investasi,” tandasnya. 

Leave a comment