Informasi Terpercaya Masa Kini

KLARIFIKASI Keluarga Siswa SD Belajar di Lantai Gegara Nunggak SPP,Minta Maaf Video Disebut Setingan

0 4

TRIBUNBENGKULU.COM – Klarifikasi keluarga siswa SD belajar di lantai gegara nunggak SPP yang geger di media sosial. 

Tak ingin simpang siur, Yani Kakak dari Kamelia (orangtua murid) mengaku video yang viral tersebut merupakan settingan. 

Ia meminta maaf atas kelakuan adiknya tersebut. 

“Sekolah ini tidak pernah bersalah dan sangat membantu. Tidak milih-milih, dapat bantuan dari mana pun,” 

“Sekolah swasta ini bagus tidak pernah bermasalah dari dulu,” katanya dari video yang diterima Tribun-Medan.com, Senin (13/1/2025) kemarin. 

“Awalnya anaknya duduk di bangku, itu kan ada CCTV. Pagi-pagi mamaknya manggil, disuruh duduk di bawah. Langsung divideokan mamaknya,” 

 

“Hentikan sosmed TikTok, Facebook sini hadapi semua. Kesalahanya bukan dari guru, tapi emang adekku yang gak tahu diri,” 

“Aku mohon maaf ini atas nama keluarga, aku malu ini sama keluarga. Tolong maaf saya dan keluarga,” ungkap Yani sembari menangis disaksikan puluhan wali murid lain.

Padahal imbas kasus ini  tak sedikit yang menghujat pihak sekolah dan guru.

Bahkan Kamelia sudah mendapat bantuan uang dan dukungan dari pejabat hingga influencer. 

Terbaru pihak Dinas Pendidikan menggelar audiensi dengan pihak yayasan, serta wali murid.

Namun, Kamelia tak berani hadir, atau berhalangan datang untuk mengikuti audiensi 

Puluhan perwakilan wali murid, menyatakan yayasan sekolah Abdi Sukma mendapat bantuan 6 bulan dari dana Bos.

Ada bantuan 235-450 dari Sofyan Tan. 

“Mulai kelas 1-9 semua dapat bantuan, Pak. Jadi untuk SPP setahun itu terbayar karena ada bantuan lagi,” ungkap wali murid lain.

Soal hukuman dari sekolah, wali murid lain terima jika karena anaknya tidak mengerjakan PR. Namun kalau dihukum gak bayar SPP gak sesuai. 

“Video itu tidak sesuai, berbalik sangka, balik fakta. Kenyataannya gak seperti itu (dihukum belajar di lantai karena gak bayar SPP),” kata wali murid usai audiensi. 

“Kami wali murid, dengan sekolah ini terbantu, 6 bulan bayar, enam bulan gratis. Jangan gara-gara hal sepele satu pihak dirugikan, satu pihak lain diuntungkan.

Kalau gak ada sekolah dan guru, murid-murid di sini mau jadi apa. Kalau guru mendidik dan murid salah dihukum itu wajar, dia juga manusia. Jangan gara-gara setitik reputasi sekolah hancur, padahal sekolah banyak membantu,” kata wali murid lain. 

Gerindra Berikan Bantuan 

Usai kabar ini viral di media sosial Presiden Prabowo Subianto turut angkat bicara  sekaligus memberikan bantuan melalui Ketua DPD Partai Gerindra Sumatera Utara, Ade Jona. 

Ade Jona menyatakan beasiswa tersebut diserahkan secara simbolis kepada MA dan ibunya, Kamelia, pada Sabtu (11/1/2025). 

“Kami dari DPD Gerindra Sumatera Utara memberikan beasiswa sampai siswa tersebut selesai tamat SMA,” kata Ade Jona kepada Kompas.com, Senin (13/1/2025). 

Ade mengatakan langkah ini sejalan dengan fokus Presiden RI yang juga Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, dalam memperhatikan sektor pendidikan. 

Sayangnya, viideo murid SD yang duduk di lantai diduga tunggak SPP dikabarkan settingan dari orangtua murid.

 

Ketua Yayasan Buka Suara 

Kini Ketua Yayasan Abdi Sukma, Ahmad Parlindungan menyebut siswa bernama Mahesa itu sudah diberi dua keistimewaan oleh pihak sekolah. 

Diungkap Ahmad Parlindungan, Kamelia selaku orang tua Mahesa menitipkan dua anaknya di yayasan Abdi Sukma, yakni kelas 1 dan kelas 4.

Kata Ahmad Parlindungan, sekolah Abdi Sukma sejak dulu fokus membantu anak-anak dari masyarakat kurang mampu.

“Sekolah ini adalah sekolah yayasan wakaf, tidak ada profit di sini. Sekolah ini dididirikan 1963, kami di yayasan ini tugasnya membantu masyarakat tidak mampu khususnya di kelurahan Sukamaju,” jelas Ahmad Parlindungan dikutip dari tayangan Kompas TV, Senin (13/1/2025).

Kedua, pihak sekolah memberikan kesempatan untuk ana-anak Amelia mendapatkan beasiswa PIP dari pemerintah.

Diungkap Ahmad Parlindungan, Amelia sejatinya sudah menerima uang beasiswa untuk bayaran sekolah anaknya sejak April 2024 lalu.

Karenanya Ahmad Parlindungan heran kenapa Amelia belum melunasi bayaran anaknya padahal sudah menerima uang yang melebihi dari bayaran SPP anaknya.

Untuk diketahui, SPP yang wajib dibayarkan Amelia untuk satu anak adalah Rp360 ribu.

Sedangkan beasiswa PIP yang diterima satu anak Amelia adalah Rp450 ribu.

“Kami juga mencari sumber dana untuk membantu orang tua itu membayarnya (SPP anak). Siswa kami ini ada 131 orang. Bahwa kami bisa mendapatkan PIP itu sebanyak 97 orang termasuk di dalamnya ibu Amelia. Anaknya (Amelia) mendapatkan PIP sebanyak Rp450 ribu pertahun dan di tahun 2024 ini ibu itu sudah menerimanya di bulan April. Tapi dia tidak mau membayar uang sekolah (anak), apa yang terjadi, kami juga tidak tahu,” pungkas Ahmad Parlindungan.

Lantaran hal tersebut, Ahmad Parlindungan kecewa karena sekolahnya viral.

Terlebih diakui Ahmad Parlindungan, guru-guru di sekolahnya yang bergaji rendah kini ramai dibully padahal tidak salah apa-apa.

“Sekolah ini yang tadinya untuk tujuan sosial, kami habis dibully. Guru-guru kami banyak yang dibully. Guru kami merasa sedih. Mereka cuma digaji Rp380 ribu – Rp600 ribu perbulan. Mereka mengabdi. Dengan kejadian ini viral, mereka (guru bilang) ‘enak ya kalau udah viral, sebentar saja dapat duit’,” kata Ahmad Parlindungan.

Klarifikasi Kepala Sekolah 

Klarifikasi Kepala Sekolah soal siswa yang menunggak biaya SPP dihukum belajar di lantai. 

Kepala Sekolah Abdi Sukma, Juli Sari, menjelaskan bahwa tindakan guru yang menghukum AM, siswa kelas IV SD Abdi Sukma, Medan, untuk belajar di lantai karena menunggak SPP adalah inisiatif pribadi guru tersebut. 

Juli menegaskan bahwa pihak yayasan tidak pernah mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan siswa yang belum membayar SPP untuk duduk di lantai.

“Inisiatif Wali kelasnya membuat peraturan sendiri di kelasnya bahwa kalau anak tidak ada menerima rapot (karena tunggak SPP), tidak boleh menerima pelajaran dan mendudukkan siswa tersebut di lantai saat pelajaran berlangsung, tanpa kompromi dengan pihak sekolah,” kata dia, Jumat (10/1/2025) dikutip dari Kompas.com. 

Diakui Juli, siswa tersebut belum melunasi SPP dan karena itu belum dapat menerima rapot.

Namun, AM sebenarnya tetap boleh untuk ikut belajar di dalam kelas. 

“Sebenarnya anak itu tidak menerima rapor karena belum melunasi SPP. Tapi tidak jadi permasalahan sebenarnya dan tetap bisa mengikuti pelajaran,” kata dia.

Juli mengaku sudah melakukan pemanggilan terhadap wali murid dan wali kelas secara langsung. 

Dia juga sudah meminta maaf kepada orangtua siswa tersebut. 

Untuk tindakan tegas terhadap wali kelas, kata Juli, pihaknya belum bisa memutuskan secara langsung. 

Senin pekan depan, sekolah akan melakukan rapat dengan ketua yayasan dan bendahara untuk memutuskan sanksi kepada wali kelas tersebut.

Leave a comment