Mari Elka Pangestu: Indonesia Tak Perlu Khawatir Ancaman Trump Usai Gabung BRICS
JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu menyatakan Indonesia tidak perlu khawatir mengenai hubungan dengan Amerika Serikat (AS) setelah resmi diterima sebagai anggota penuh organisasi kerja sama ekonomi BRICS.
Pernyataan ini terkait dengan ancaman Presiden AS Donald Trump yang menyebut akan menaikkan tarif hingga 100 persen terhadap negara-negara anggota BRICS.
“Tidak perlu khawatir karena kita kan bebas aktif. Kita boleh bekerja sama dengan berbagai pihak tanpa mengganggu kepentingan AS. Bahkan kita ingin menjadi jembatan antara negara berkembang dan negara maju,” ujar Mari di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (7/1/2025), seperti yang dilansir dalam siaran YouTube Sekretariat Presiden pada Rabu (8/1/2025).
Baca juga: Indonesia Jadi Anggota BRICS, Apindo: Jadi Peluang Strategis Perbanyak Mitra Dagang
Mengenai ancaman Trump, Mari menegaskan bahwa hal itu hak negara masing-masing.
“Kita belum mendengar atau melihat ancaman tersebut, namun jika ada, itu hak negara untuk melakukan transaksi. Saat ini pun, kita sudah memiliki sistem untuk berdagang langsung dengan China, tanpa harus melalui dolar,” tambahnya.
Sistem yang dimaksud Mari adalah transaksi menggunakan mata uang lokal, yang disebut Local Currency Settlement (LCS), yang memungkinkan perdagangan langsung dari Rupiah ke Yuan antara Indonesia dan China.
Mari menjelaskan bahwa meskipun dolar masih dominan dalam transaksi dan penyimpanan aset, Indonesia sudah memulai proses diversifikasi mata uang dalam perdagangan internasional.
“Proses ini berjalan, dan BRICS mungkin akan membantu mempercepatnya, meski akan memakan waktu,” ungkapnya.
Baca juga: Indonesia Jadi Anggota BRICS, China Harapkan RI Beri Kontribusi Aktif
Ia juga menyatakan bahwa hingga saat ini, tidak ada pihak yang memprotes penggunaan sistem LCS, yang dianggap sebagai inovasi baru dalam dunia keuangan internasional.
Sisi Positif Bergabung BRICS
Mari juga menjelaskan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh Indonesia setelah bergabung dengan BRICS, seperti menjadi penyeimbang dalam forum-forum kerja sama ekonomi yang telah diikuti Indonesia.
“BRICS dapat menjadi kelompok pengimbang bagi negara-negara berkembang. Indonesia juga menjadi anggota kelompok yang melibatkan negara maju, sehingga kita bisa memperjuangkan kepentingan negara berkembang,” kata Mari.
Lebih lanjut, Indonesia diharapkan dapat berperan sebagai jembatan antara negara berkembang dan negara maju, serta mendorong isu-isu multilateral yang berkembang dalam komunikasi antarnegara.
Baca juga: Ini Keuntungan Indonesia Jadi Anggota BRICS
Meskipun demikian, Mari mengakui baik sisi positif maupun negatif dari bergabungnya Indonesia ke BRICS perlu terus dipelajari.
“Kami harus mempelajari lebih lanjut apakah itu membawa manfaat atau tidak, termasuk mengenai New Bank BRICS yang bisa memberi dana untuk pembangunan,” ujarnya.
Sebelumnya, Indonesia secara resmi diakui sebagai anggota penuh BRICS pada Senin (6/1/2025) waktu Brasil. Pemerintah Brasil menyambut baik bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS.
“Indonesia, dengan populasi dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, memiliki komitmen yang sama dengan anggota BRICS lainnya untuk mereformasi lembaga-lembaga tata kelola global dan memperdalam kerja sama Selatan-Selatan,” ujar Pemerintah Brasil dalam pernyataannya, seperti dikutip dari AP.
Baca juga: Mari Elka Pangestu Dilantik Jadi Wakil Dewan Ekonomi Nasional, Ini Susunan Kepengurusan Terbaru
Pencalonan Indonesia didukung oleh para pemimpin BRICS pada Agustus 2023. Namun, Indonesia baru secara resmi bergabung setelah terbentuknya pemerintahan baru hasil Pemilu 2024.
BRICS sendiri dibentuk pada 2009 oleh Brasil, Rusia, India, dan China, dengan Afrika Selatan bergabung pada 2010.
Tahun lalu, BRICS memperluas keanggotaannya dengan mengundang Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab. Beberapa negara seperti Turkiye, Azerbaijan, dan Malaysia juga telah mengajukan aplikasi keanggotaan.