PM Kanada Justin Trudeau Mengundurkan Diri
Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau, mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin (6/1/2025), mengakhiri jabatan yang sudah dia emban selama hampir 9 tahun.
Trudeau mengatakan bahwa dirinya akan tetap menjabat sampai Partai Liberal memilih pemimpin baru. Parlemen akan ditunda atau ditangguhkan hingga 24 Maret.
“Tadi malam, saat makan malam, saya memberitahu anak-anak saya tentang keputusan yang saya sampaikan kepada Anda hari ini. Saya bermaksud mengundurkan diri sebagai pemimpin partai, sebagai PM, setelah partai memilih pemimpin berikutnya melalui proses persaingan nasional yang ketat,” katanya, dikutip dari BBC.
1. PM Kanada merasa tidak bisa jadi pilihan terbaik
Dalam konferensi persnya, Trudeau meminta presiden Partai Liberal untuk memulai proses pemilihan pemimpin. Dia mengatakan bahwa Kanada layak mendapatkan pemimpin utama dalam pemilihan berikutnya.
“Dan menjadi jelas bagi saya bahwa jika saya harus berjuang dalam pertikaian internal, saya tidak bisa menjadi pilihan terbaik dalam pemilihan itu,” ujarnya, dikutip dari CNBC.
Presiden Partai Liberal, Sachit Mehra, mengatakan bahwa pertemuan dewan direksi partai akan segera digelar pekan ini untuk memulai proses pemilihan pemimpin partai baru.
Dia mengatakan bahwa kaum liberal di seluruh Kanada sangat berterima kasih kepada Trudeau.
Baca Juga: China Sanksi Kanada karena Ikut Campur Isu HAM di Xinjiang-Tibet
Baca Juga: China Sanksi Kanada karena Ikut Campur Isu HAM di Xinjiang-Tibet
2. Oposisi sebut siapa pun pemimpin Partai Liberal telah mengecewakan
Parlemen yang harusnya akan kembali bersidang pada 27 Januari akan libur hingga 24 Maret. Jeda itu akan memungkinkan pemilihan pemimpin baru Partai Liberal.
Dilansir Associated Press, tiga partai oposisi utama menyatakan bahwa mereka punya rencana untuk menggulingkan Partai Liberal lewat mosi tidak percaya saat Parlemen kembali bersidang. Ini agar pemilu bisa digelar usai Partai Liberal punya pemimpin baru.
Trudeau, yang mulai menduduki jabatan pada 2015, dalam beberapa tahun terakhir popularitasnya anjlok. Hal ini disebabkan beberapa masalah, termasuk melonjaknya biaya pangan, perumahan, dan migran.
Pemimpin oposisi, Jagmeet Singh, yang memimpin Partai Demokrat Baru melontarkan kritiknya.
“Tidak masalah siapa calon Liberal berikutnya. Mereka telah mengecewakan Anda. Mereka tidak pantas mendapatkan kesempatan lagi,” ujarnya.
3. Efek Donald Trump
Meski bukan pengaruh utama, tapi dinamika politik di Kanada tidak terlepas dari terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Trump telah mengancam akan mengenakan tarif 25 persen pada semua barang Kanada jika negara itu tidak membendung aliran migran dan narkoba ke AS.
Dilansir The Guardian, sekutu lama Trudeau, Wakil PM Chrystia Freeland, memutuskan mengundurkan diri pada Desember 2024. Alasannya karena kegagalan Trudeau menanggapi ancaman tarif dari Trump.
Namun, kritik tajam Freeland itu kemungkinan merupakan bagian dari strategi politik domestik untuk meraih kekuasaan. Dirinya telah djagokan menjadi penerus Partai Liberal jika Trudeau mundur.
Di sisi lain, Trump mengejek Trudeau sebagai gubernur negara bagian AS ke-51, bukan PM. Dia juga secara tidak benar mengklaim Kanada bergantung pada subsidi AS agar tetap bertahan.
Trudeau sendiri tetap bungkam selama beberapa minggu terakhir. Profesor ilmu politik di Universitas McGill di Montreal, Daniel Beland, mengomentari sikap tersebut.
“Keheningannya yang panjang menyusul drama politik ini berbicara banyak tentang kelemahan posisinya saat ini,” ujarnya.
Baca Juga: Wakil PM Kanada Mundur Imbas Ancaman Tarif Trump
Baca Juga: Wakil PM Kanada Mundur Imbas Ancaman Tarif Trump