Informasi Terpercaya Masa Kini

Dari Mama, Sa Belajar Hal Ini

0 3

Ma,…….

Pagi tadi waktu Sa lagi bersih-bersih rumah, Sa putar Mama punya lagu kesayangan, ‘Whispering Hope’.  Sa ingat, dulu Mama selalu putar lagu ini berulang kali,  saat bulan Desember tiba. 

Ma, tiba-tiba Sa rasa rindu sekali dengan Mama. Mungkin karena mau Natal ya Ma. Tir sadar Sa punya air mata tumpah. Sudah 40 tahun Sa dengan kakak dan adik semua tir merayakan Natal dengan Mama lagi.

Ma, ……

Sa rindu kita punya rumah. Mama selalu ajar kami untuk hidup hemat dan kreatif.  Mama ingat kah,… kalau mau Natal begini biasa Mama sudah suruh kami bersih-bersih rumah memang. 

Pakai lilin-lilin sisa yang biasa Mama pakai untuk berdoa dan dicampur minyak tanah. Kita punya lantai semen jadi mengkilat.

Kalau tidak, Mama suruh kakak untuk gosok dengan ampas kelapa. Ampas kelapa sisa remasan santan, untuk dicampur dengan sayur ubi dengan kepala ikan kering.

Mama juga ajarkan kami untuk selalu hidup bersih. Mama bilang, biar rumah kita rumah papan, tapi harus bersih. Biar orang yang datang rasa senang. Mama biasa langsung kasih contoh, tanpa omong banyak. Mama memang suka semuanya bersih. 

Saat kami masih tidur nyenyak di pagi hari, Mama sudah selesai bereskan rumah dan siapkan makan pagi untuk kami. Tidak lupa,  air panas untuk kami cuci muka karena udara sangat dingin. 

Sa ingat Mama biasa buat kasih kami nasi goreng, hanya pakai irisan bawang merah dan garam. Tidak pakai saos, tidak pakai kecap, tapi rasanya seperti makanan terenak dari restoran termahal. 

Lalu mama bagi kasih kami nasi goreng terenak itu.  Mama paling tau sudah, kalau perut kami sebenarnya cukup dengan porsi yang mama bagi. Selalu pas, tidak kurang, tidak pula lebih.

Biasa kami sudah duduk mengelilingi meja makan, sudah pakai seragam, dan kemudian berdoa sebelum makan pagi.  Mama ajar kami supaya bersyukur untuk makanan pada hari itu. 

Lalu ketika makanan masih ada sisa di piring  mama bilang “nasinya menangis kalau tidak habis”.  Ternyata Mama sedang mengajarkan kami untuk tidak buang-buang makanan. 

Mama tau kah…..Sa pernah coba dengar bagaimana nasi menangis? Walaupun Sa tir pernah dengar bagaimana suara tangisannya, piring makan kami selalu bersih, Ma…karena Mama sudah tau persis kekuatan perut kami.

Ma…….

Sa punya kenangan tentang Mama hanya sampai 12 tahun, tapi ada begitu banyak hal-hal baik yang Mama buat yang selalu Sa ingat hingga sekarang. 

Ada dua tamu istimewa Mama, hampir setiap hari, menemani Mama punya hari-hari. Dua orang yang mungkin bagi orang lain bukan siapa-siapa, tapi buat Mama, mereka sangat istimewa!

Mama tidak pernah melihat kekurangan yang mereka miliki, entah bagaimana caranya Mama bisa membangun komunikasi dan paham apa yang dibicarakan, hanya Mama yang mengerti.  

Lalu, sering Sa dapat tangkap Mama lagi menyisipkan sesuatu, entah uang yang jumlahnya tidak seberapa, entah gula, beras atau pakaian, ke dalam keranjang anyaman para penjual sayur yang datang ke dapur Mama.

Sa liat Mama melakukannya dengan sukacita, tanpa beban, dan Mama tir pernah bilang kasih apa ke mereka. Padahal, ada tujuh orang anak yang juga masih sekolah. Tapi Mama tir pernah susah (atau kalaupun susah, Mama tir pernah bilang). 

Satu lagi yang Sa ingat tentang Mama. Mama selalu mengajarkan kami untuk bersikap jujur. Mama paling tidak suka kalau kami berbohong. Mama punya cubitan di lengan atau telinga bisa bikin menangis sampai sore, dan Mama tidak akan merayu. 

Ma…….

Sekarang su mau Natal lagi.  Doa-doa yang selalu Mama panjatkan untuk Sa dan adik kakak, semua itu hidup terus di Sa punya hati. Meskipun ragamu sudah tidak bersama lagi, Sa selalu merasa Mama ada di sekitar. Ada kehangatan cinta Mama yang tidak pernah pudar. 

Mama, terima kasih e, untuk semua kasih sayang dan pelajaran hidup yang Mama tinggalkan. Sa tidak akan lupa.  Semoga Mama tenang di sisi Tuhan, dan suatu saat nanti, kita bertemu lagi.

Kupang, 16 Desember 2024

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

Leave a comment