Ulasan Film Mufasa
Tepat momen hari Ibu, saya dan suami berkesempatan menonton film Mufasa, the Lion King di salah satu bioskop di Karawang. Hujan tak menghentikan rasa ingin tahuku menyaksikan film Mufasa, the Lion King Disney.
Film Mufasa menceritakan seekor anak singa yang tersesat (lost) dari kedua orangtuanya saat banjir besar terjadi. Mufasa terpisah dari kedua orangtuanya dan berjuang menjalani kehidupan di dunia sehingga disebut sebagai hewan asing. Julukan hewan liar diberikan bagi hewan yang terpisah dari kawanan kelompoknya.
Dalam perjalanannya sebatang kara, Mufasa sangat merindukan keluarganya. Mufasa berharap bisa kembali pulang.
Petualangan seru pun dimulai. Ketika itu Mufasa bertemu dengan seorang anak singa lain yang bernama Taka. Taka selalu ingin memiliki saudara dan amat senang bertemu dengan Mufasa. Hanya ayahnya menganggap Mufasa adalah hewan liar yang bisa berkhianat.
Kemudian, tiba-tiba ada sekelompok singa putih yang menyerang kawanan kelompok Taka. Saat itulah Mufasa berhasil mengalahkan anak singa putih yang mengakibatkan dendam dari kepala singa putih, Kirosh yang tak lain adalah ayah dari anak singa putih.
Mufasa dan Taka pun hidup dalam pelarian karena dikejar oleh kelompok singa putih. Dalam perjalanannya, Mufasa bertemu dengan seekor singa putih bernama Sabashi. Taka menyukai Sabashi hanya sayangnya cintanya bertepuk sebelah tangan.
Taka menjadi amat marah dan bersekutu dengan Kirosh hendak membunuh Mufasa. Taka berkhianat dan merencanakan perangkap menangkap Mufasa.
Pertempuran menegangkan terjadi. Saat Mufasa sudah menemukan Milele, nama rumahnya. Mufasa harus berhadapan dengan Kirosh. Tak hanya itu, Mufasa dikecewakan oleh pengkhianatan Taka yang sudah dianggap saudaranya.
Mufasa tidak menunjukkan rasa takut pada singa yang lebih besar badannya. Mufasa berhasil memimpin penduduk Milele berperang melawan Kirosh dan kelompoknya.
Akhir cerita, Mufasa dan penduduk hewan Milele yang menang. Semua bersorak-sorai dan mengangkat Mufasa menjadi raja mereka.
Mufasa berhasil bertemu dengan ibunya namun ayahnya telah hidup didalam diri Mufasa.
Bagi saya, alur film Mufasa ini menarik karena diperkuat oleh karakter tokoh para pemain yang menggambarkan karakter manusia, seperti sikap pendendam, menolong, menyimpan rahasia, dan hidup berkelompok.
Saya senang dengan lagu di film Mufasa, jika kamu ingin berjalan jauh berjalanlah bersama-sama tetapi jika kamu ingin berjalan cepat, berjalanlah seorang diri.
Pembelajarannya, tak selamanya orangtua akan berada di dekat kita. Mufasa telah membuktikan bahwa dia mampu bertahan hidup dalam usia yang masih muda.
Mufasa memiliki mimpi yang menggerakkan tujuan hidupnya dan dia berjuang meraihnya. Mufasa, anak singa yang berani mengambil resiko dan mampu menggerakkan teman-temannya untuk bersatu. Mufasa juga memiliki sifat pengampun.
Kepemimpinan Mufasa terbentuk dari kerasnya kehidupan dan tujuan hidupnya.
Saya baru melihat ada kawanan gajah yang bisa menolong singa. Umumnya habitat gajah dijauhkan dari singa tetapi film Mufasa menampilkan sisi yang berbeda antara kehidupan hewan buas dan jinak di alam bebas.
Film Mufasa amat layak ditonton sebagai film keluarga di masa liburan sekolah. Kisah Mufasa amat terkait dalam konteks kehidupan sehari-hari.