Informasi Terpercaya Masa Kini

Atap ‘Gedung Setan’ Surabaya Rubuh, Penghuni Berhamburan Keluar

0 3

Atap ‘gedung setan’ di Jalan Banyu Urip Wetan I A No.107, Banyu Urip, Kecamatan Sawahan, Surabaya, ambrol, pada Rabu (18/12) malam. Puluhan penghuni gedung setan terpaksa dievakuasi ke balai RW setempat.

Pantauan kumparan, gedung setan itu memang sudah usang. Gedung tinggi ini terbengkalai. Di dalam gedung, terdapat belasan penghuni liar yang menempatinya dengan membuat sekat sekitar 4×4 meter.

Camat Sawahan, Amiril Hidayat, mengatakan ambruknya atap gedung tersebut karena memang sudah tua.

“Laporan awal dari warga dan kelurahan itu sekitar jam 5 itu ada hujan tapi nggak deras. Intinya bangunan itu sudah lapuk dan tidak layak huni. Gedung setan ini sudah cukup lama ditempati oleh warga tapi tidak ada renovasi sama sekali memang,” ujar Amirilah saat ditemui di lokasi, Rabu (18/12).

Amirilah menyampaikan, para penghuni kemudian dievakuasi dan di data oleh petugas BPBD Surabaya dan kemudian ditempatkan sementara ke balai RW sekitar.

“(Total penghuni yang dievakuasi) 60 jiwa, 16 KK. Sementara kita evakuasi dulu untuk keamanannya warga sudah kita lakukan evakuasi di balai RW. Dan ada beberapa juga yang sudah dijemput warga,” ucapnya.

Ia mengatakan, langkah selanjutnya yang akan diambil yakni berkomunikasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Sebab, bangunan tersebut bukan milik pemkot, melainkan milik perseorang atau pribadi. Sehingga, pemerintah juga tidak bisa melakukan perbaikan bangunan itu.

“Secara hukum seharusnya pribadi yang memperbaiki bukan pemkot lagi. Tapi pasti pemkot membantu dari sisi evakuasi ini untuk beberapa hari ke depan. Nanti kita tawarkan mereka. Istilahnya bisa ikut saudaranya atau seperti apa untuk sementara. Mungkin itu dulu lah dari kita karena saya masih fokus untuk penanganan dulu,” katanya.

Gedung Setan, Gedung Tua Peninggalan Dokter Belanda

Amirilah mengungkapkan bahwa dirinya sendiri tidak tahu sejarah lengkap dari gedung setan ini. Yang jelas, bangunan itu milik perseorang yang telah berdiri sejak zaman Belanda.

“Cerita dari sesepuh yang ada di sini milik itu dokter tapi zaman Belanda dulu. Jadi dokter itu sudah tidak ada di sini juga. Nah itu yang secara histori nggak ada yang bisa menjelaskan juga bangunan ini secara hukum atau secara legalitas milik siapa sebenarnya. Nah itu ke depan yang mau kita koordinasikan dengan warga. Mudah-mudahan ada titik temu seperti apa kepemilikan ini punya siapa ini yang kami lakukan,” ungkapnya.

Para penghuni gedung setan itu juga telah turun-temurun dan sebagian bukan asli warga Surabaya. Mereka juga tidak membayar sewa untuk menempati atau menghuni bangunan tersebut selama ini.

“Iya sebagian warga sini ada juga yang dari luar, bukan KTP sini maksudnya. Nggak ada sewa kayaknya. Mereka memang tinggal di sini banyak orang yang turun temurun. Istilahnya mereka menempati ini juga tidak ada sewa menyewa kayaknya nggak ada,” ujarnya.

Untuk itu, kata dia, Pemkot Surabaya ke depannya juga akan kembali mendata para penghuni gedung setan tersebut.

“Istilahnya kalau dari kita pemkot Surabaya punya kebijakan apabila orang itu tidak berdomisili di sini kita akan mengarahkan mereka ke domisili yang baru,” terangnya.

Sementara, salah satu penghuni gedung setan, Sulastri (42 tahun), menjelaskan ketika itu dirinya dihubungi anaknya bahwa ada reruntuhan atap yang jatuh di kamarnya.

Sulastri kemudian bergegas kembali ke huniannya dan mengambil barang-barang yang bisa diambil.

“Saya naik ke atas ambil barang-barang berharga, surat-surat, baju-baju, nggak lama rontok genteng. Langsung saya lari sama anak saya. Ada tetangga keluar lari semua,” kata Sulastri.

Beruntung, ia dan anaknya yang masih Sekolah Menengah Pertama (SMP) berhasil keluar menyelamatkan diri.

“Saya, anak , tetangga samping keluar turun, spontan dengar jatuh genteng runtuh firasat nggak enak. Pas sudah jalan turun kedengeran brak brak brak,” ungkapnya.

Sulastri sendiri telah tinggal di gedung setan sejak 2011 bersama suaminya bernama Eko Susanto (48 tahun).

Perempuan asal Sumatera itu menjelaskan bahwa suaminya sejak lahir telah tinggal di gedung setan.

“Saya tinggal berempat, anak dua dan suami. Suami saya sejak lahir tinggal di sini. Sejak engkongnya, sejak zaman Belanda,” jelasnya.

“Di sini nggak bayar sewa, listrik punya sendiri-sendiri. Mertua tinggal di sini, adik-adik suami tinggal di sini,” tambahnya.

Saat ini, ia dan keluarganya telah dievakuasi di balai RW 06 Kelurahan Banyu Urip. Ia pun belum tahu nasibnya dan keluarganya ke depan seperti apa.

“Pengennya diperbaiki, balik lagi. Kalau diperbaiki bagus layak huni mungkin nggak bahaya,” ungkapnya.

Leave a comment