Pemangkasan BI Rate Bergantung pada Stabilitas Rupiah
Sejumlah ekonom menyampaikan pandangan terkait kebijakan suku bunga acuan atau BI Rate di Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Desember 2024.
Dalam situasi ekonomi global yang dinamis dan tekanan domestik yang signifikan, keputusan BI bulan ini diprediksi akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Kepala Ekonom Josua Pardede menyebut peluang pemangkasan suku bunga masih ada. Meskipun ruangnya semakin terbatas.
“Kami memperkirakan BI berpotensi untuk memangkas suku bunga BI-rate sebesar 25 bps jika sinyal pemangkasan suku bunga FFR pada FOMC Desember 2024 semakin kuat, dan Rupiah tidak tembus Rp 16,000 per USD,” kata Josua kepada kumparan, Rabu (18/12).
Meski demikian, Josua masih melihat adanya potensi bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Sementara itu, ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky berpandangan tekanan pada Rupiah yang terus melemah membuat BI lebih baik mempertahankan suku bunga pada level saat ini.
“Kami memandang BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00 persen dalam rapat Dewan Gubernur bulan ini,” kata Riefky.
Ia menjelaskan, inflasi yang turun ke 1,55 persen yoy pada November 2024 belum cukup memberikan ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga karena inflasi bahan makanan dan deflasi harga terjadi saat musiman.
Namun, ia mencatat bahwa pelemahan Rupiah menjadi tantangan serius. Apalagi, Idonesia mengalami arus modal keluar sekitar USD 0,75 miliar sejak pertengahan November dan Rupiah terdepresiasi sebesar 1,39 persen mtm dari Rp 15.770 per USD menjadi Rp 15.990 per USD dalam 30 hari terakhir.
Menurutnya, tekanan pada nilai tukar serta ketidakpastian pasar modal global menuntut BI untuk mengambil langkah yang hati-hati dalam RDG Desember ini.