(PRO SHE) Pesona Samsara, Karya Garin Nugroho yang Padukan Film Bisu dengan Aransemen Musik Gamelan dan Elektronik
Grid.ID – Film bisu merupakan cikal-bakal dari perfilman modern yang kini dinikmati oleh khalayak pencinta sinema. Ekspresi, gerak tubuh aktor, dan musik pengiring, menjadi elemen penting dalam film bisu untuk menyampaikan pesan dan menghanyutkan penonton dalam alur cerita.
Pesona film bisu kembali dihadirkan oleh sutradara kenamaan Tanah Air, Garin Nugroho, melalui Cine-Concert bertajuk Samsara. Menariknya, film bisu ini disuguhkan dengan iringan musik yang memadukan gamelan bali dan musik elektronik.
Samsara menuturkan kisah cinta antara seorang pria dari keluarga miskin yang diperankan oleh Ario Bayu dan perempuan Bali-indo yang diperankan oleh balerina kenamaan berdarah Australia-Indonesia, Juliet Widyasari Burnett. Kisah cinta tragis ini berlatar Bali pada 1930-an.
Cerita Samsara dimulai dari ditolaknya lamaran sang pria oleh orangtua kaya perempuan yang dicintainya. Didorong amarah sang pria mencari jalan singkat memperoleh kekayaan. Ia melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet demi dapat melamar perempuan yang dicintainya.
Namun, perjanjian dan ritual gelap yang ia lakukan tersebut justru berbuah petaka. Anak satu-satunya harus diserahkan kepada Raja Monyet. Perempuan kaya yang kemudian menjadi istrinya tersebut menderita. Kutukan pun menyerang warga desa tempat mereka tinggal ketika si anak kembali untuk mencari ibunya.
Samsara bukanlah film bisu biasa, karena scoring musiknya dibuat dengan memadukan orkestra gamelan tradisional Bali, kekuatan vokal para penyanyi, dan musik elektronik. Seluruh adegan pun memadukan tari tradisional Bali, tari topeng, wayang, dan tari kontemporer untuk menggambarkan setiap emosi serta pesan yang ingin ditampilkan.
Film bisu ditampilkan di layar, sedangkan musik gamelan dan elektronik pengiringnya dimainkan secara live.
Sebagai informasi, Cine-Concert Samsara telah sukses dipertunjukkan pada 13-15 Desember 2024 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Gelaran Cine-Concert Samsara didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.
Sebelum di Jakarta, Samsara telah dipentaskan di Esplanade, Singapura, Program Indonesia Bertutur di Bali, dan pembukaan Jogja-NETPAC Asian Film Festival di Yogyakarta. Kehadiran di Jakarta menutup rangkaian tur Cine-Concert Samsara tahun ini.
“Kami memilih Jakarta (sebagai penutup) karena selain menjadi salah satu pusat kesenian di Indonesia, permintaan untuk menghadirkan Cine-Concert Samsara sangat besar. Semoga Cine-Concert Samsara bisa memberikan keragaman yang lain lagi untuk bentuk-bentuk sinema di Indonesia, dan bisa mendapat apresiasi yang baik dari penonton Jakarta dan bisa dipertunjukkan di kota-kota lain di Indonesia”, tambah Gita.
Gita Fara, produser Cine-Concert Samsara mengatakan, pada 2025 Samsara akan kembali dipertunjukkan di negara-negara lain. Australia menjadi negara pertama digelarnya Cine-Concert Samsara pada 2025. Cine-Concert Samsara akan digelar pada 21 Februari 2025 pukul 20.00 AWST, di Perth Festival.
Sementara itu, Garin Nugroho menyatakan bahwa Samsara adalah karya yang harus bisa diapresiasi oleh banyak orang, karena karya ini membangun sebuah inovasi, diskusi, dan dialog yang baru. Dengan ruang tayang dan distribusi yang semakin beragam, sebuah karya film bisu seperti Samsara bisa melakukan transformasi ke berbagai bentuk.
“Cine-Concert Samsara hadir membawa sebuah inovasi dan pengalaman menonton yang baru. Oleh karena itu, Samsara perlu untuk dipentaskan di Jakarta agar tercipta banyak diskusi-diskusi dan dialog-dialog yang baru. Samsara berarti terlahir kembali. Jika Anda tidak menonton Samsara, maka Anda tidak akan merasakan terlahir kembali,” ujar Garin Nugroho.
Kelindan seni tradisional dan modern yang magis
Cine-Concert Samsara melibatkan pemusik gamelan Bali Wayan Sudirana. Ia adalah seorang komposer musik dan etnomusikologi lulusan University of British Columbia, Kanada. Ia mempelajari musik kuno Bali, berbagai tradisi musik dunia, dari Korea, Ghana, dan India, hingga musik klasik barat.
Musik elektronik digital dibawakan oleh grup musik Gabber Modus Operandi, yang terdiri dari Kasimyn dan Ikhsan Syahrul Alim serta menyajikan hasil persilangan beberapa genre musik. Gabber Modus Operandi sendiri telah berkolaborasi dengan bintang musik internasional, Bjork, dalam albumnya, Fossora (2022).
Produksi Samsara juga turut menampilkan seniman dan penari ternama Indonesia dan Bali, di antaranya Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra Bali.
Selain itu, melibatkan para pembuat film yang telah berpengalaman dan mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya. Mulai dari produser Gita Fara, penata busana dan kostum Retno Ratih Damayanti, penata artistik Vida Sylvia, dan sinematografer Batara Goempar, I.C.S.
Ario Bayu, Executive Producer sekaligus aktor utama, mengatakan bahwa Samsara adalah sebuah proyek yang memiliki kekuatan dan bisa mengangkat film Indonesia ke kancah internasional. Semua elemen dalam film ini, baik sutradara, aktor, penata musik, scoring, dan semua yang terlibat membuat sebuah orkestrasi baru di dunia perfilman. Itulah yang menjadi kekuatan dalam film ini.
“Saya berharap orang-orang bisa menyambut pertunjukan Cine-Concert Samsara dengan antusias dan saat menonton mereka mendapat sebuah pengalaman baru yang tidak pernah dirasakan sebelumnya,” ujarnya.