Informasi Terpercaya Masa Kini

Ribuan Satelit Mendadak Bergeser, Ini Sebabnya

0 1

KOMPAS.com – Ribuan satelit di orbit rendah Bumi (Low Earth Orbit/LEO) disebut mengalami pergeseran posisi. Musababnya, matahari sedang berada dalam periode maksimum (solar maximum) tahun ini.

Ini adalah puncak aktivitas matahari dalam siklus matahari yang berlangsung setiap 11 tahun. Periode ini ditandai oleh letusan matahari yang hebat, dan semburan partikel bermuatan yang diarahkan ke Bumi.

Nah, menurut William Parker, seorang peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, tahun ini Bumi mengalami dua badai geomagnetik yang disebabkan serangkaian letusan matahari.

Badai tersebut lantas memengaruhi orbit satelit, yang mengakibatkan migrasi massal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Adapun badai geomagnetik ekstrem terjadi bulan Mei lalu. Badai geomagnetik ini disebut G5. Ini adalah badai G5 pertama yang terjadi dalam lebih dari 20 tahun terakhir.

Baca juga: LignoSat, Satelit Kayu Pertama di Dunia Mengorbit Bumi

Badai geomagnetik ini terjadi di orbit rendah bumi, yang berada pada ketinggian antara 160 hingga 2.000 kilometer di atas permukaan bumi. Di orbit ini, ribuan satelit beroperasi.

Badai tersebut membuat atmosfer di orbit rendah bumi menjadi lebih padat, sehingga satelit-satelit mengalami “drag” atau tarikan yang lebih besar. Ini menyebabkan posisi satelit-satelit tersebut bergeser.

Peristiwa badai ini menyebabkan efek merusak pada jaringan listrik bumi dan juga menampilkan aurora yang terlihat di sebagian belahan dunia.

Menurut Parker, pergeseran satelit yang paling terlihat adalah milik perusahaan eksplorasi ruang angkasa milik Elon Musk, SpaceX, yaitu Starlink. Ada lebih dari 6.700 satelit Starlink yang terdampak.

Di orbit rendah bumi, banyak satelit Starlink milik SpaceX beroperasi, sehingga mereka lebih rentan terhadap efek badai geomagnetik.

Setelah kejadian tersebut, SpaceX melaporkan bahwa posisi satelit mereka bisa meleset hingga 20 kilometer. Perubahan kecil pada orbit satelit ini meningkatkan risiko terjadinya tabrakan dengan satelit lain.

Hampir 5.000 satelit melakukan manuver otomatis untuk kembali ke posisi semula. Ini merupakan jumlah terbesar satelit yang bergerak massal dalam sejarah.

“Ini adalah setengah dari semua satelit aktif yang memutuskan untuk bermanuver sekaligus,” kata Parker, sebagaimana KompasTekno rangkum dari Gizmodo, Minggu (15/12/2024).

“(Peristiwa) Ini menjadikannya migrasi satelit massal terbesar dalam sejarah” imbuhnya.

Baca juga: Perusahaan BUMN China Siapkan 15.000 Satelit Pesaing Starlink

Manuver tersebut membuat semakin sulit untuk memprediksi posisi satelit satu sama lain, sehingga meningkatkan risiko tabrakan.

Para ilmuwan masih berusaha memahami perilaku matahari untuk memprediksi terjadinya badai geomagnetik, hal ini akan membantu operator satelit mempersiapkan perangkat mereka di luar angkasa.

Leave a comment