Informasi Terpercaya Masa Kini

Cara Membuat Anak Bersikap Baik Tanpa Harus Menjadi People Pleaser

0 8

People pleaser merupakan sebutan untuk orang yang terlalu fokus menyenangkan orang lain dan sering kali dengan mengabaikan kebutuhan atau perasaannya sendiri. Mungkin, sikap ini awalnya terlihat baik karena menunjukkan kepedulian terhadap orang lain.

Namun apabila seorang anak memiliki sifat people pleaser dan dibiarkan, hal ini bisa menjadi beban yang berat serta membuatnya merasa lelah secara fisik maupun emosional.

Kali ini Popmama.com akan memberikan informasi tentang cara membuat anak bersikap baik tanpa harus menjadi people pleaser. Simak informasinya di bawah ini.

1. Apa yang dapat membuat anak menjadi seorang people pleaser?

Seorang anak dapat menjadi people pleaser karena berbagai faktor yang berkaitan dengan pola asuh, pengalaman masa kecil, dan lingkungan sosial. Berikut beberapa hal yang dapat memengaruhinya:

Pola Asuh yang Terlalu Mengontrol dan Kurang Mendapat Pujian

Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang terlalu mengontrol atau memiliki standar tinggi sering kali merasa harus selalu memenuhi harapan orang tua agar mendapat kasih sayang atau pengakuan. Mereka belajar untuk menyesuaikan diri demi menghindari konflik atau hukuman.

Selain itu, Anak yang jarang mendapatkan apresiasi atas usahanya mungkin merasa bahwa ia hanya dihargai jika membuat orang lain bahagia. Hal ini dapat memupuk kebiasaan untuk menyenangkan orang lain agar dirinya merasa dianggap oleh orang-orang disekitarnya.

Trauma Masa Kecil

Pengalaman negatif, seperti penolakan, pengabaian, atau konflik di rumah, dapat membuat anak takut kehilangan hubungan dengan orang lain. Mereka akhirnya belajar untuk selalu menjaga hubungan dengan cara menyenangkan orang lain. Label seperti “anak yang penurut” atau “anak yang baik” sering kali membuat anak merasa terbebani untuk selalu menuruti keinginan orang lain, bahkan jika itu bertentangan dengan perasaan atau keinginannya sendiri.

Lingkungan yang Kompetitif atau Tidak Aman

Dalam lingkungan di mana anak merasa tidak aman atau selalu dibandingkan dengan orang lain, mereka mungkin berusaha keras untuk mendapatkan persetujuan dengan cara menyenangkan orang-orang di sekitarnya.

Kurangnya Dukungan dalam Mengekspresikan Emosi

Jika anak tidak diajarkan atau tidak diberikan ruang untuk mengekspresikan emosi dan pendapatnya, mereka mungkin tumbuh dengan kebiasaan menekan kebutuhan diri demi menjaga hubungan yang damai.

Meniru Pola dari Orang Tua atau Role Model

Jika anak melihat orang tua atau orang dewasa di sekitarnya juga memiliki kecenderungan people pleasing, mereka dapat meniru perilaku tersebut karena menganggapnya sebagai cara yang benar untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

2. Dampak yang dapat ditimbulkan

Kebiasaan menjadi people pleaser sejak kecil dapat berdampak pada kehidupan dewasa, seperti kesulitan menetapkan batasan, rendahnya harga diri, dan kelelahan emosional. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan lingkungan untuk mendukung anak dalam mengenali dan mengekspresikan kebutuhan dirinya tanpa rasa bersalah. Selain itu memiliki sifat people pleaser juga dapat menimbulkan hal-hal seperti:

Merasa Kehilangan Jati Diri

Terlalu sering menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain dapat membuat anak kehilangan identitasnya. Mereka mungkin tidak lagi tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan atau butuhkan karena terlalu sibuk memenuhi harapan orang lain. Selain itu, karena terlalu memikirkan pendapat dan kebutuhan orang lain, anak mungkin akan sering merasa ragu atau kesulitan membuat keputusan yang benar-benar sesuai dengan keinginannya sendiri.

Stres dan Kelelahan Berlebihan

Kebiasaan mengatakan “ya” pada segala hal, bahkan saat tidak sanggup, dapat menyebabkan stres, kelelahan emosional, dan fisik. Tekanan ini bisa terus menumpuk hingga mengganggu kesejahteraan mental. 

Kebiasaan mengambil terlalu banyak tanggung jawab demi orang lain bisa menyebabkan burnout, kondisi di mana seseorang merasa kelelahan secara total, kehilangan motivasi, dan tidak produktif.

Rendahnya Harga Diri

Seorang yang memiliki sifat people pleaser cenderung mencari validasi dari orang lain untuk merasa berharga. Ketika pengakuan tidak didapatkan, mereka mungkin merasa gagal atau tidak cukup baik, yang memperburuk rasa tidak percaya diri.

Kesulitan mengatakan “tidak” juga dapat membuat anak sering dimanfaatkan oleh orang lain. Mereka mungkin merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat karena takut mengecewakan.

Terabaikannya Kebutuhan Pribadi

Karena terlalu fokus pada kebutuhan orang lain, people pleaser sering kali mengabaikan kebutuhan pribadi, seperti waktu istirahat, kesehatan, atau kebahagiaan. Ini bisa berdampak buruk pada kualitas hidup mereka.

Ketika kebahagiaan bergantung pada penerimaan atau pujian dari orang lain, anak juga menjadi lebih rentan terhadap rasa kecewa dan cemas jika harapan tersebut tidak terpenuhi. Mengabaikan perasaan diri sendiri demi menyenangkan orang lain dapat menyebabkan akumulasi emosi negatif, seperti marah, sedih, atau frustrasi, yang jika dibiarkan bisa memicu ledakan emosi atau masalah kesehatan mental.

3. Cara membuat anak tetap memiliki sifat baik dan peduli terhadap orang lain tanpa menjadi people pleaser

Sebagai orangtua, tentunya sudah menjadi kewajiban untuk mendidik anak agar dapat memiliki sifat yang baik serta peduli terhadap orang lain disekitarnya. Namun, jangan sampai terlalu memaksakan dan justru menumbuhkan sifat people pleaser dalam dirinya. Ada beberapa cara yang dapat mencegah hal tersebut, berikut adalah penjelasannya:

Ajarkan Anak Mengenali Perasaannya

Mulailah dengan membantu anak memahami dan mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Misalnya saat melihat anak sedang membantu temannya alih-alih berkata “Anak baik/anak pintar?” Lebih baik Mama berkata “Mama liat tadi kamu bantuin dia ya? apa yang kamu rasain setelah bantu dia?”

Ketika anak terbiasa mengenali perasaannya sendiri, mereka lebih mudah mengetahui apa yang mereka inginkan atau tidak inginkan, sehingga tidak terjebak dalam kebiasaan menyenangkan orang lain hanya karena takut atau ragu.

Hargai Pendapat dan Pilihan Anak

Libatkan anak dalam mengambil keputusan kecil, seperti memilih pakaian, makanan, atau aktivitas. Jika mereka tidak setuju dengan sesuatu, dengarkan pendapatnya dan hargai pilihan mereka. Ini membantu anak merasa bahwa suaranya penting dan melatih mereka untuk percaya diri dalam menyampaikan keinginannya.

Contohnya ketika si Kecil tidak mau berbagi mainan dengan teman-temannya. Alih-alih memaksanya untuk memberi mainannya, Mama dapat mengatakan “Gapapa kalau nggak mau sharing sekarang, kalau kamu udah bosen mainnya, nanti temennya dipinjemin juga ya” 

Dorong Anak untuk Mengatakan “Tidak” dengan Sopan

Ajarkan bahwa mengatakan “tidak” adalah hal yang wajar dan sehat. Kamu bisa melatihnya dengan bermain peran, misalnya: “Jika temanmu memintamu meminjamkan mainan yang kamu tidak ingin pinjamkan, apa yang akan kamu katakan?” Beri mereka kalimat yang mudah seperti, “Maaf, aku tidak bisa,” atau “Aku sedang tidak ingin melakukan itu.”

Ajarkan Perbedaan antara Kebaikan dan Kepatuhan Berlebihan

Jelaskan kepada anak bahwa menjadi baik bukan berarti selalu harus menuruti keinginan orang lain. Berikan contoh situasi, seperti jelaskan perbedaan antara membantu teman membawa barang berat dan melakukan tugas teman meskipun itu membuat mereka tidak punya waktu belajar. Pemahaman ini membantu anak mengenali batasan dalam bersikap baik.

Bangun Rasa Percaya Diri Anak

Anak yang percaya diri cenderung tidak merasa perlu mencari validasi dari orang lain. Berikan pujian yang tulus ketika mereka menunjukkan usaha, bukan hanya hasilnya. Misalnya, “Mama bangga karena kamu sudah berusaha keras menyelesaikan tugas ini.” Ketika anak merasa dihargai di rumah, mereka tidak akan terlalu bergantung pada penerimaan dari orang lain.

Ciptakan Lingkungan yang Aman untuk ia Berbicara atau Bercerita

Pastikan anak merasa nyaman berbicara tentang apa pun tanpa takut dihakimi. Ketika mereka tahu bahwa mereka bisa mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka di rumah, mereka akan lebih percaya diri melakukannya di luar rumah.

Itulah informasi tentang cara membuat anak bersikap baik tanpa menjadi people pleaser. Kebiasaan menjadi people pleaser sejak kecil dapat berdampak pada kehidupan dewasa, seperti kesulitan menetapkan batasan, rendahnya harga diri, dan kelelahan emosional. Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk mendukung anak dalam mengenali dan mengekspresikan kebutuhan dirinya tanpa memiliki rasa bersalah.

Baca juga:

  • Cara Menenangkan Anak Setelah Lihat Papa Melakukan Kekerasan pada Mama
  • 5 Cara Membangun Kecerdasan Sosial pada Anak Sejak Usia Dini
  • Papa Bijak, Ini Cara Mendidik Anak agar Saling Melindungi Keluarga
Leave a comment