Jangan Merasa Bersalah Ketika Harus Meninggalkan Anak Bekerja
KOMPAS.com – Bagi banyak orangtua, perasaan bersalah sering muncul saat harus meninggalkan anak untuk bekerja.
Kewajiban untuk bekerja seringkali bertentangan dengan keinginan untuk selalu ada bagi anak, terutama bagi mereka yang masih kecil.
Namun kenyataannya, mencari nafkah juga merupakan bagian penting dari kehidupan untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Baca juga:
- Cara Mengajarkan Anak untuk Menghormati Waktu Me Time Orangtua
- Orangtua Strict, Anak Terkekang?
Lalu bagaimana cara mengatasi rasa bersalah tersebut dan menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan peran sebagai orang tua?
Menurut Psikolog, Samanta Elsener, setiap orangtua perlu memahami kebutuhan anaknya.
Perhatikan kira-kira pada usia berapa anak sudah bisa ditinggal bekerja. Samanta mengatakan idealnya adalah pada usia dua tahun.
“Karena kebutuhan finansial, ibu yang baru melahirkan sudah harus bekerja lagi. Kalau misalnya anak boleh dibawa ke tempat kerja bagus banget,” ujarnya dalam Konferensi Pers BundaFest 2024 di Lotte Mall Jakarta, Jakarta Selatan, Jumat (06/12/2024).
Namun kenyataannya, tidak semua tempat bekerja mendukung hal tersebut. Sehingga orangtua terpaksa harus menitipkan anak kepada orang lain.
Misalnya, menitipkan anak di jasa day care, menyewa jasa babysitter, atau kepada anggota keluarga yang bersedia menjaga.
Meski demikian, seringkali orangtua masih merasa cemas tentang keadaan anak jika ditinggal. Maka, penting untuk meregulasi emosi tersebut.
“Kita perlu menjaga dan meregulasi emosi supaya perasaan bersalah tidak menguasai kita,” katanya.
Baca juga:
- Hati-hati, Penggunaan Internet Tanpa Pengawasan Orangtua Bisa Menjadi Gerbang Pornografi
- 8 Cara Menghadapi Orangtua yang Suka Mengontrol
Orangtua dapat mengatasi rasa bersalah dan keresahan dengan menjaga koneksi yang baik bersama anak.
Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengajak anak video call tiap beberapa jam, atau mengandalkan aroma sebagai penguat ikatan emosional.
“Misalnya baju ibu yang habis dipakai ditinggal di rumah untuk anak, dan ibu bawa baju anak ke kantor untuk menjaga koneksi emosinya,” jelas Samanta.
Dengan ini, anak akan merasa dekat dengan orangtua meskipun secara fisik terpisah, begitu pula sebaliknya.
Kemudian, Samanta mengatakan bahwa orangtua harus mengatur energinya ketika sudah kembali di rumah.
Baca juga:
- Cegah Anak Jadi Korban Bullying, Sudahkah Orangtua Peka?
- Orangtua, Jangan Lupa Ukur Lingkar Kepala Anak di Posyandu
Hal ini agar orangtua bisa maksimal dalam menjalankan peran sebagai ayah atau ibu ketika di rumah dan tidak lagi merasa bersalah ketika harus pergi bekerja di keesokan harinya.
“Begitu pulang kerja, bunda harus memaksimalkan waktu untuk memegang anak karena manajemen emosi penting banget,” ujarnya.