Informasi Terpercaya Masa Kini

Buah Matoa Menggambarkan Keberagaman Rasa yang Harmonis

0 5

Apakah ada yang pernah menikmati buah Matoa? Kalau sudah, ada yang sadar kalau buah ini sangat unik. Bentuknya biasa saja, bentuknya oval, kulitnya ada yang berwarna hijau atau merah kecokelatan, dan daging buahnya tebal. 

Siapa sangka, waktu saya pertama kali makan, seakan muncul berbagai macam rasa dari buah lainnya, seperti di gigitan pertama, saya merasakan buah lengkeng, dikunyah lagi ada rasa rambutan dan leci, dan setelah ingin ditelan, ada sensasi seperti aroma durian.

Akhirnya, saya menyeletuk bahwa buah ini adalah buah krisis identitas, dia tidak tahu harus menjadi buah apa, hingga memutuskan untuk memiliki tiga rasa agar kita yang mencobanya menjadi penasaran. Tapi, apa benar buah Matoa itu adalah buah yang krisis identitas? atau justru dia adalah buah yang sangat unik dan bisa saja disukai oleh banyak orang?

Anggap saja seperti orang yang suka makan rambutan, lengkeng, dan leci bisa juga menyukai buah Matoa karena memiliki profil rasa dari ketiga buah itu.

Pertanyaannya, kok bisa buah Matoa bisa seperti itu? Sini, saya bantu jelaskan keajaiban ciptaan Tuhan dalam dunia sains.

Mari kita mulai bahas, kenapa kita bisa mengecap rasa manis, asam, dan pahit dengan lidah kita, kemudian hidung kita dapat mencium aroma segar dan harum dari buah Matoa? Itu karena adanya senyawa kimia yang terdapat di dalamnya. 

Senyawa kimia ini adalah zat alami yang dihasilkan oleh buah Matoa, tentunya ada rasa manis berasa dari senyawa gula, asam yang berasal dari asam sitrat, pahit dari senyawa tanin, kemudian ada aroma khasnya dari senyawa volatil (mudah menguap) yaitu etil asetat.

Semua itu merupakan senyawa kimia yang diterima oleh organ reseptor di panca indera kita, kemudian dari reseptor itu mengirimkan sinyal ke otak dan mengolahnya sesuai dengan ingatan rasa yang pernah kita rasakan sebelumnya, sehingga muncul intepretasi rasa yang mirip dengan ketiga buah tersebut dan aroma yang mirip dengan durian.

Maka dari itu, di dalam dunia kuliner atau teknologi pangan, ada sebuah tes yang dapat memberikan penilaian terkait rasa dan aroma sebuah sampel makanan yang disebut dengan uji organoleptik.

Kemudian, apakah ada faktor lain yang menyebabkan Matoa memiliki profil rasa yang beragam? Jawabannya ada, yaitu faktor genetik. Jadi, Matoa termasuk dalam keluarga Sapindaceae (lerak-lerakan) yang artinya berkerabat dekat secara genetik dengan rambutan, leci, dan lengkeng.

Kedekatan secara genetik ini dapat mengakibatkan adanya kesamaan dalam memproduksi senyawa kimia tersebut. Oleh karena itu, Matoa, tidak hanya memiliki rasa yang sama dengan rambutan, lengkeng, dan leci, tetapi juga memiliki karakter buah yang mirip dengan ketiganya.

Jadi seperti itu, kurang lebih alasan mengapa buah Matoa memiliki rasa yang mirip dengan lengkeng, rambutan, dan leci serta memiliki aroma manis seperti durian. 

Buah lokal ini sungguh luar biasa dan tentu saja, dia tidak mengalami krisis identitas. Justru, buah ini memiliki keberagaman dalam satu  buah. Artinya dari keberagaman itu, bisa menghasilkan harmoni yang disajikan dalam satu buah Matoa. 

Bagi yang sudah lama sekali tidak menikmati buah lengkeng, leci, dan rambutan, alternatifnya ada buah Matoa. Memang buah ini cukup mahal, tapi tentu sesuai dengan cita rasa yang diberikan oleh buah ini.

Tambahan lainnya mengenai buah Matoa, buah ini terkenal dengan kandungan antioksidan yang tentu saja berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Oleh karena itu, buah ini dapat dijadikan sebagai sumber buah yang dapat menangkal stress akibat aktivitas sehari-hari. Tinggi kandungan vitamin C, E dan mineral, menjadi nilai tambah dari buah Matoa yang tentu saja memberikan efek kesehatan bagi tubuh.

Sungguh luar biasa ya ciptaan Tuhan, bisa menciptakan buah yang unik ini. Selain itu, semakin cinta ya sama buah lokal Indonesia, negara tropis yang kaya akan keberagaman floranya.

Daftar Pustaka:

Kader, A. A. (2008). Flavor quality of fruits and vegetables. Journal of the Science of Food and Agriculture, 88(11), 1863-1868. 

Klee, H. J., & Tieman, D. M. (2018). The genetics of fruit flavour preferences. Nature Reviews Genetics, 19(6), 347-356. 

Trnwall, O., Silventoinen, K., Keskitalo-Vuokko, K., Perola, M., Kaprio, J., & Tuorila, H. (2012). Genetic contribution to sour taste preference. Appetite, 58(2), 687-694. 

Breslin, P. A. (2013). An evolutionary perspective on food and human taste. Current Biology, 23(9), R409-R418.

Christine Natalia. Papua Around. The Hidden Health Benefits and Cultural Treasures of Matoa Fruit and Traditional Souvenirs. Diakses pada 23 Agustus 2024

Leave a comment