Kisah Pemilik Miniso, dari Anak Petani Jadi Konglomerat dengan Kekayaan Rp 42,9 T
KOMPAS.com – Siapa yang tak kenal Miniso? Merek ritel asal China ini terkenal dengan barang-barang rumah tangga berdesain unik dan harga yang terjangkau.
Namun, tak banyak yang tahu cerita di balik kesuksesan Miniso dan sosok visioner di belakangnya, Ye Goufu.
Ye Goufu, pendiri Miniso, baru saja masuk dalam jajaran miliarder versi Majalah Forbes 2024 dengan kekayaan mencapai 2,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 42,9 triliun.
Prestasi ini menambah panjang daftar pencapaiannya, termasuk dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di China pada 2020.
Baca juga: China Temukan Cadangan Emas Raksasa Senilai Rp 1.312 Triliun, Kalahkan Afrika Selatan
Namun, perjalanan Ye menuju puncak kesuksesan tidaklah mudah. Ia lahir di sebuah desa kecil di China, serta tumbuh dalam kondisi serba kekurangan.
Ayahnya hanyalah seorang petani sederhana, sehingga masa kecilnya diwarnai perjuangan untuk mengatasi keterbatasan.
Namun, tekad dan kerja keras Ye mengantarkannya mendirikan Miniso pada 2013 lalu. Berawal dari visi menyediakan produk berkualitas dengan harga terjangkau, kini Miniso telah memiliki lebih dari 4.200 toko yang tersebar di 80 negara dan wilayah.
Kisah Ye Goufu mengingatkan kita bahwa keberhasilan sering kali lahir dari mimpi besar dan keteguhan hati.
Dari seorang anak petani, pria yang kini berusia 46 tahun ini tumbuh menjadi miliarder global. Ia telah membuktikan bahwa asal-usul bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan.
Dengan pencapaiannya saat ini, Ye Goufu tidak hanya membangun sebuah merek, tetapi juga inspirasi bagi jutaan orang di seluruh penjuru dunia.
Baca juga: Gen Z di China Bangun Jam 4 Pagi untuk Bekerja di 4 Tempat Berbeda demi Financial Freedom
Pendiri Miniso, anak petani yang bermimpi jadi penyanyi
Ye Guofu lahir di sebuah desa kecil di Pengunungan Shennongjia, Hubei, China pada 1978 silam. Ia merupakan putra bungsu dari seorang petani di wilayah tersebut.
Dinukil dari Forbes, Ye bercerita bahwa ia tumbuh di tengah-tengah wilayah pegunungan. Namun, tempat tinggalnya yang jauh dari kota tidak membatasi rasa ingin tahunya tentang dunia di luar China yang sangat besar.
“Ayah saya biasa membeli kalender dari pasar petani setempat, dan saya melihat foto-foto kota besar, seperti Beijing, Los Angeles, dan New York,” kenang dia.
Berawal dari gambar-gambar tersebut, cita-cita Ye suatu hari menjelajah ke luar negeri dan melihat dunia yang lebih luas terus bertumbuh.
Seperti banyak anak muda di China, Ye juga pernah bermimpi menjadi seorang penyanyi.
Sayangnya, impian itu harus dikubur dalam-dalam setelah pengalaman pahit dengan guru paduan suaranya.
“Guru itu mengatakan di depan semua murid bahwa suara saya palsu,” cerita Ye.
Perkataan tersebut juga sempat menghancurkan kepercayaan dirinya, tapi tidak melemahkan tekadnya untuk sukses di bidang lain.
Hari ini, Ye Guofu dikenal sebagai seorang inovator yang berhasil membawa Miniso ke panggung global.
Perjalanan hidupnya menjadi bukti bahwa keterbatasan asal-usul bukanlah hambatan untuk mencapai mimpi besar, bahkan jika mimpi itu harus berganti haluan.
Baca juga: Miniso Buka Lowongan Kerja Lulusan SMA/SMK di Beberapa Daerah
Kesulitan bayar uang kuliah dan bekerja di pabrik
Ye Guofu merampungkan pendidikan kuliahnya di Universitas Ekonomi dan Hukum Zhongnan. Ia mengambil gelar manajemen ekonomi.
Dia dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas. Namun, Ye terpaksa berhenti belajar selama satu bulan sebelum kelulusan karena tidak mampu membayar biaya kuliah.
Pada Juni 1998, Ye memutuskan untuk pindah ke provinsi pesisir Guangdong saat berusia 21 tahun untuk mencari pekerjaan. Kepindahannya itu dilakukan tanpa memberi tahu orangtuanya.
Di sana, Ye mencari pekerjaan selama tiga bulan. Ia kemudian mendapat pekerjaan pertamanya sebagai sales atau staf divisi penjualan di pabrik pipa baja setempat.
Selama beberapa tahun menjadi pekerja di pabrik itu, ia berpikir tentang cara mengatur jalur produksi, punya produk berkualitas tinggi, dan lamanya siklus produksi.
Pengalaman ini memungkinkannya untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam memulai bisnisnya.
Perjalanan karier Ye tidak semulus yang dibayangkan, Ia sempat berjualan tembikar bersama seorang teman.
Tapi karena berselisih paham tentang cara mengelola bisnis yang masih baru itu, Ye memutuskan untuk mencoba peruntungan sebagai penjual kosmetik dan aksesori.
Hal tersebut mendorongnya membuka toko bernama Aiyaya yang menjual semua barang dengan harga di bawah 10 yuan. Ye menginvestasikan kembali keuntungannya dan mengembangkan bisnisnya.
Sayang, upayanya terganjal perubahan perilaku konsumen yang mulai meninggalkan barang murah sekali pakai dan beralih ke produk yang lebih berkualitas serta berkelanjutan.
Tren “peningkatan konsumsi” ini menciptakan tantangan baru, yang awalnya dikenal sebagai penyedia barang murah dengan desain menarik, lalu Ye ganti haluan bisnisnya agar tetap relevan di pasar yang terus berubah.
Baca juga: Miniso Indonesia Buka Lowongan Kerja Lulusan SMA/SMK, Cek di Sini
Bertemu dengan Miyake Junya dan mendirikan Miniso
Perjalanan kariernya sebagai pebisnis semakin moncer ketika Ye Guofu bertemu Miyake Junya, seorang desainer Jepang.
Keduanya kemudian berkolaborasi untuk meluncurkan jaringan toko perlengkapan rumah tangga murah yang kini dikenal dengan merek Miniso.
Miniso berdiri pada 2013 saat ekonomi Eropa, Amerika, dan Jepang sedang lesu. Saat itu, konsumen enggan membeli produk mahal dan mencari produk berkualitas baik dengan harga murah.
Di sisi lain, tren hidup minimalisme juga sedang digandurngi masyarakat. Pada saat itu Miniso hadir dengan prinsip dari Ye, yakni produk “harga rendah dengan kualitas baik”.
Dikutip dari situs Miniso, Ye mengangap pernyataan “semakin tinggi harga, semakin baik kualitasnya” hanyalah alasan bagi perusahaan mencari cara untuk menjual produk dengan harga tinggi.
Toko ritel itu kemudian didirikan dengan mengusung konsep bernuansa Jepang. Hal itu terinspirasi dari perjalanan Ye saat berkunjung ke Jepang.
Di sana, ia mengamati popularitas Muji dan Uniqlo di kalangan pembeli. Menurut Ye, kedua merek itu memiliki desain yang menarik dan harga yang terjangkau.
“Jadi saya berpikir, Mengapa tidak membawa format itu kembali (ke China)?” ucapnya.
Untuk memberikan sentuhan khas Jepang di tokonya, Ye meminta bantuan Miyake Junya yang kini menjadi kepala desainer Miniso.
Berbekal bantuannya, Ye membuka toko Miniso pertama di Guangzhou pada akhir 2013. Sedangkan toko-toko Aiyaya ditutup secara bertahap dan Ye berfokus sepenuhnya pada merek barunya.
Pada tahun-tahun berikutnya, Miniso mengontrak pewaralaba untuk memperluas jangkauan perusahaan.
Hingga pada 2014, toko ritel tersebut hadir di Jepang, Singapura, dan Malaysia, Indonesia, serta beberapa negara lainnya.
Oktober 2020, Miniso tercatat di Bursa Efek New York, Amerika Serikat. Di waktu yang sama, perusahaan itu berhasil meraup uang 608 juta dollar AS.
Mengandalkan model waralaba untuk ekspansi, perusahaan ini sekarang memiliki lebih dari 5.000 toko Miniso, termasuk lebih dari 2.000 di luar negeri.
Baca juga: Triliuner Baru Asia Pekan Ini, Pendiri Miniso dan Pemilik Agensi BTS
Kontroversi merek Miniso
Pada 2022, Miniso banjir kritik karena dianggap “menipu” konsumennya. Banyak yang mengira Miniso adalah produk dari Jepang, padahal produk mereka berasal dari China.
Kritik tersebut muncul ketika Miniso memposting gambar boneka yang salah satunya disebut “boneka geisha Jepang”.
Namun, boneka itu mengenakan gaun qipao yang merupakan pakaian tradisional China.
Menyikapi hal tersebut, manajemen Miniso menyampaikan permintaan maaf melalui akun resmi Weibo-nya pada Kamis (18/8/2022).
Weibo adalah satu media sosial, mirip Facebook, yang digunakan di China.
“Kami menggunakan positioning merek dan kampanye pemasaran yang salah selama hari-hari awal. Kami merasa menyesal dan bersalah,” tulis pihak Miniso.
Dijelaskan pula bahwa perusahaan itu telah mempekerjakan seorang desainer Jepang sebagai kepala desainer antara akhir tahun 2015 dan 2018.
Miniso juga berjanji akan mengubah logonya dan tidak bergaya Jepang.
Baca juga: Triliuner Baru Asia Pekan Ini, Pendiri Miniso dan Pemilik Agensi BTS
Pendiri Miniso jadi miliarder dan orang terkaya di China
Pada 2020, Ye bakal dinobatkan menjadi miliarder, tepat ketika Miniso melantai di bursa saham New York Stock Exchange, Amerika Serikat.
Pada saat itu, Forbes mengestimasikan kekayaan Ye Guofu mencapai 3,3 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 48,6 triliun.
Per Februari 2024, harta kekayaan Ye turun menjadi 2,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 42,9 triliun.
Dengan jumlah kekayaan tersebut, nama Ye Guofu tercatat sebagai salah satu miliarder versi Majalah Forbes pada 2024. Pemilik Miniso itu juga masuk ke dalam daftar orang terkaya di China pada 2020.