Informasi Terpercaya Masa Kini

Bijaksana Mematut Diri: Cara Memanusiakan Diri di Tengah Ketidaksempurnaan dan Ketidaksetaraan

0 1

Ketidaksempurnaan dan ketidaksetaraan adalah dua hal yang rasanya tak pernah lepas dari kehidupan manusia. Entah disadari atau tidak, kita pasti pernah merasa kecil, tidak cukup, atau bahkan kalah dalam berbagai aspek. Sebagian dari kita mungkin lebih sering mengingat rasa sakit daripada kebahagiaan, membuat istilah seperti “ketidaksetaraan” dan “ketidaksempurnaan” terasa akrab.

Namun, sebagai manusia, bagaimana kita bisa memanusiakan diri di tengah realitas ini, terutama ketika harus berhadapan dengan mereka yang lebih kuat, baik karena privilege maupun faktor keberuntungan?.

Mengakui Ketidaksempurnaan, Mengubahnya Jadi Kekuatan

Sebagai manusia, kita memang diciptakan dengan ketidaksempurnaan. Tetapi di balik ketidaksempurnaan itu ada ruang untuk berkembang. Memiliki kekurangan bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, ini adalah peluang untuk berkembang/improve.

Misalnya, saat merasa tidak cukup cakap di bidang tertentu, tanyakan pada diri sendiri:

Apa yang bisa saya pelajari dari ini?.

Bagaimana saya bisa menggunakan ketidaksempurnaan ini untuk menciptakan kelebihan?.

Contohnya ada seseorang yang memiliki keterbatasan akses pendidikan formal, laku ia memutuskan untuk belajar secara otodidak melalui internet, membangun keahlian baru, dan akhirnya ia membuktikan bahwa kesuksesan tidak hanya dimiliki mereka yang memiliki pendidikan tinggi.

Ketidaksetaraan: Di Luar Kendali, Tetapi Bisa Kita Hadapi

Ketidaksetaraan sering kali berasal dari sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. Sebut saja beauty privilege yang belakangan sering diperbincangkan banyak orang. Orang yang dianggap lebih menarik secara fisik seringkali mendapatkan perlakuan lebih baik di tempat umum atau pelayanan tertentu.

Yah walaupun kadang merasa kesal saat tak mendapat hal serupa, sebagai individu, menerima kenyataan ini adalah langkah awal yang bisa dilakukan. Namun, bukan berarti kita hanya bisa diam. Kita dapat menghadapi ketidaksetaraan dengan fokus pada hal yang bisa kita ubah: kualitas diri.

Contoh sikap bijak menghadapi ketidaksetaraan:

1. Jangan Merendahkan Diri untuk Diterima

Di saat sulit, banyak orang tergoda untuk mencari muka atau bergantung pada belas kasihan orang lain. Namun, bagi saya, itu bukanlah pilihan. Saya lebih memilih untuk berdiri di atas kaki sendiri, meskipun terkadang jalannya terasa berat dan penuh tantangan.

2. Bangun Kompetensi

Ketika dunia tidak memihak kita, jadikan itu motivasi untuk menjadi lebih baik. Jika seseorang mendapatkan keunggulan karena privilege, jadikan diri kita unggul karena usaha dan ketekunan.

Fokus pada Apa yang Bisa Kita Kendalikan

Di tengah ketidaksempurnaan dan ketidaksetaraan, ada satu hal yang pasti: kita tidak bisa mengubah dunia sepenuhnya, tetapi kita bisa mengubah diri sendiri. Fokuslah pada hal-hal yang bisa dikendalikan, seperti:

Meningkatkan keahlian atau keilmuan.

Menjaga sikap yang baik meskipun tidak dihargai.

Menyikapi kesuksesan orang lain tanpa iri, melainkan sebagai inspirasi.

Berpikir dan Merasa Positif

Pikiran memiliki kekuatan luar biasa. Jika kita terus-menerus merasa tidak adil, maka hal-hal yang terjadi di sekitar akan terasa semakin tidak adil. Sebaliknya, jika kita fokus pada rasa syukur, hidup akan terasa lebih ringan.

Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu bersyukur, bahkan dalam keadaan sulit. Rasa syukur inilah yang menjadi energi untuk terus berusaha tanpa merasa rendah diri.

Menjadi Versi Terbaik Diri Sendiri

Pada akhirnya, tidak peduli seberapa besar ketidaksempurnaan yang kita miliki atau ketidaksetaraan yang kita hadapi, tugas kita sebagai manusia adalah menjadi versi terbaik dari diri kita. Ketika kita fokus pada pengembangan diri, perlahan-lahan dunia pun akan melihat nilai kita.

Jadi, jika kamu merasa kecil di hadapan mereka yang lebih beruntung atau lebih privileged, ingatlah bahwa setiap orang memiliki perjuangannya masing-masing. Saya pun masih belajar, namun tak ada salahnya untuk kita berusaha bijaksana dalam mematut diri, bukan untuk membandingkan, tetapi untuk memanusiakan diri, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada.

Apa yang Kamu Pilih?

Apakah kamu akan terus memikirkan ketidakadilan, atau memilih untuk fokus mengubah diri? Saya pribadi memilih untuk terus belajar, tumbuh, dan membuktikan nilai diri. Bagaimana denganmu?. Tulis pilihanmu di kolom komentar ya^^

Leave a comment