Informasi Terpercaya Masa Kini

Inilah Penampakan Tungku Pembakaran Batu Kapur Raksasa di Gorontalo,Diduga Sejak Masa Kolonialisme

0 1

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Inilah penampakan tungku pembakaran batu kapur di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo.

Tak seperti tungku pada umumnya, tungku kalsinasi ini berukuran besar dan menjulang tinggi seperti tugu.

Tingginya sekira 20 meter dan berdiri kokoh di antara rimbunan semak belukar.

Kontruksi atap bangunan dibuat model kerucut berujung tumpul, di mana terdapat corong besar berdiameter sekira satu meter.

Corong itu menjadi lubang keluarnya asap saat dilakukan pembakaran. 

Bangunan ini menyimpan banyak sejarah awal produksi batu kapur. 

Menurut Aprilein Hasan, warga setempat, tungku ini sudah ada sejak masa kolonialisme Belanda.

“Kalau dengar cerita, dulu bangunan sudah ada sejak zaman Belanda,” ujar Aprilein kepada TribunGorontalo.com, Sabtu (16/11/2024).

Ia mengatakan tungku raksasa ini tak pernah dipugar lebih dari 10 tahun.

“Saya di sini sudah sekitar 10 tahun lebih, dan kondisi tungku memang sudah begini,” bebernya.

Adapun Kelurahan Buliide dan beberapa kawasan Danau Limboto menjadi area produksi batu kapur di Gorontalo.

Masyarakat zaman itu menggantungkan mata pencaharian mereka dari usaha batu kapur.

Tungku besar itu berdiri di atas lahan  seluas 23.100 meter persegi milik pemerintah Provinsi Gorontalo.

Hal itu dibuktikan tulisan papan pemberitahuan pelarangan memanfaatkan lahan tanpa izin pemerintah. 

Baca juga: Sejarah Kabupaten Boalemo, Bekas Kerajaan Wilayah Barat Gorontalo Abad 17 Masehi

Artefak Bersejarah dari Situs Oluhuta

Artefak bersejarah dari Situs Oluhuta, yang dipamerkan di Museum Provinsi Gorontalo sejak 2019, hingga kini masih terjaga dengan baik.

Berkat perawatan yang rutin, artefak ini tetap menjadi salah satu koleksi penting yang dipamerkan di museum.

Merry Arsyad, seorang edukator di UPTD Museum Purbakala Provinsi Gorontalo, menyebutkan bahwa artefak dari Oluhuta telah berada di museum selama lebih dari lima tahun.

Selama waktu tersebut, artefak tersebut selalu dirawat secara berkala.

“Kami selalu membersihkan artefak ini secara rutin dan melakukan konservasi agar tetap terjaga dalam kondisi baik,” ujar Merry kepada TribunGorontalo.com, Rabu (6/11/24).

Pantauan TribunGorontalo.com menunjukkan bahwa kerangka manusia yang ditemukan di situs Oluhuta itu masih terlihat terawat dengan baik.

Artefak ini dipajang dalam display yang dilengkapi dengan kaca pelindung dan pembatas untuk menghindari kerusakan. 

Selain itu, label informasi yang terpasang di samping display memberikan wawasan tambahan mengenai latar belakang situs tersebut dan asal-usul kerangka manusia yang dipajang.

Hal ini memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada pengunjung tentang pentingnya temuan tersebut dalam konteks sejarah dan budaya Gorontalo.

Upaya penghalang dan pengawasan khusus juga diterapkan untuk menjaga artefak tersebut agar tidak rusak atau terganggu oleh faktor eksternal.

Merry yang merupakan lulusan S1 Arkeologi dari Universitas Hasanudin itu menekankan bahwa artefak Oluhuta merupakan salah satu koleksi paling penting di museum ini.

“Artefak Oluhuta ini sangat penting dan unik, bahkan bisa disebut sebagai masterpiece yang ada di museum ini,” tambah Merry.

Desa Oluhuta ditetapkan sebagai situs arkeologi pada tahun 1995, setelah dilakukan survei oleh tim dari Balai Arkeologi Manado.

Dalam survei tersebut, ditemukan kapak batu dari periode Neolitik, termasuk jenis beliung persegi (quadrangular adze), yang menjadi salah satu bukti penting keberadaan masyarakat prasejarah di Gorontalo.

Setelahnya, penelitian berkelanjutan dilakukan selama delapan tahun, yang meliputi survei, observasi, hingga ekskavasi untuk menggali data budaya yang terkubur di dalam tanah.

Dari penelitian ini, ditemukan sejumlah fragmen gerabah, kapak beliung, sisa peleburan logam, dan cangkang kerang.

Pada kedalaman sekitar 105 cm, tim peneliti menemukan dua belas kerangka manusia dalam keadaan yang relatif utuh dan baik.

Kerangka-kerangka ini ditemukan teratur sejajar dengan orientasi arah hadap barat-timur, yang menunjukkan adanya pola budaya penguburan manusia yang sudah teratur.

Diperkirakan bahwa kerangka-kerangka ini berasal dari lebih dari 2000 tahun lalu.

Pola penguburan yang ditemukan, serta bekal kubur yang menyertai, menunjukkan adanya kepercayaan tertentu terkait kematian yang berkembang pada masa tersebut.

Kapak batu dan fragmen gerabah yang ditemukan juga mengindikasikan bahwa masyarakat di Oluhuta mungkin telah mengenal teknologi sederhana dalam pembuatan alat dan perlengkapan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian, situs Oluhuta diperkirakan berusia antara 530 hingga 770 tahun.

Artefak yang ditemukan di situs ini memberikan gambaran yang penting tentang cara hidup, struktur sosial, dan kepercayaan masyarakat prasejarah di Gorontalo.

Oluhuta juga diyakini sebagai lokasi yang memiliki peran penting dalam ritual dan penguburan manusia pada masa itu.

 

Jangan Ketinggalan Update Berita Peristiwa, Yuk Ikuti Halaman Facebook Tribun Gorontalo

Leave a comment