Informasi Terpercaya Masa Kini

Kerugian Bisnis Starbucks Semakin Dalam, Mungkinkah Menyusul KFC Menutup Gerai-gerainya?

0 1

Penurunan kinerja PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB), pemegang lisensi dan pengelola gerai Starbucks di Indonesia, tengah menjadi perhatian setelah perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar Rp79,13 miliar hingga kuartal III 2024.

Hasil ini sangat kontras dengan periode yang sama tahun lalu ketika MAPB masih meraup laba bersih sebesar Rp111,44 miliar. Penurunan penjualan sebesar 21,1% dan penurunan tajam pada segmen minuman hingga 26,4% menimbulkan pertanyaan besar: apakah Starbucks di Indonesia akan mengikuti jejak KFC yang telah menutup 47 gerainya? 

Penurunan Kinerja dan Tantangan yang Dihadapi Brand Internasional

Seperti halnya KFC yang dikelola oleh PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), Starbucks juga menghadapi tantangan yang tidak hanya disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat, tetapi juga akibat sentimen geopolitik yang memengaruhi persepsi konsumen.

Starbucks menjadi sasaran boikot konsumen karena persepsi keterkaitan brand ini dengan Amerika Serikat di tengah konflik Timur Tengah yang tengah berlangsung. Situasi ini memperbesar tantangan bagi brand internasional yang beroperasi di Indonesia, terlebih dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu dan perubahan pola belanja konsumen.

Akankah Starbucks Mengambil Langkah Penutupan Gerai?

Meski mengalami kerugian yang signifikan, penutupan gerai Starbucks mungkin belum menjadi prioritas utama bagi MAPB. Namun, opsi penutupan gerai bisa saja dipertimbangkan apabila perusahaan tidak mampu membalikkan kinerja di kuartal mendatang.

Beberapa faktor yang mungkin dipertimbangkan MAPB sebelum menutup gerai Starbucks meliputi:

Evaluasi Kinerja Gerai Berdasarkan Lokasi: Gerai-gerai di lokasi yang kurang menguntungkan atau mengalami penurunan trafik pelanggan bisa menjadi target penutupan, sama seperti langkah yang dilakukan oleh KFC untuk menutup gerai-gerai di lokasi yang tidak lagi prospektif.Penghematan Biaya Operasional: Penutupan gerai yang merugi dapat mengurangi beban biaya operasional, termasuk biaya sewa, gaji karyawan, dan biaya perawatan. Dengan tekanan finansial, mengurangi jumlah gerai bisa menjadi langkah untuk menjaga arus kas.Dampak dan Risiko Geopolitik: Jika boikot terhadap brand Amerika ini berlanjut, MAPB mungkin akan mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah gerai Starbucks di lokasi-lokasi yang terdampak oleh sentimen geopolitik ini.

Alternatif Strategi Sebelum Melakukan Penutupan Gerai

Sebelum menempuh langkah drastis seperti menutup gerai, MAPB mungkin akan mempertimbangkan beberapa strategi untuk mempertahankan kehadiran Starbucks di Indonesia:

Adaptasi Menu dan Promosi Lokal: Starbucks bisa menghadirkan menu atau promosi yang menonjolkan citarasa lokal untuk menarik perhatian konsumen. Dengan sentuhan yang lebih dekat dengan budaya Indonesia, Starbucks bisa menarik konsumen yang cenderung mengutamakan produk yang relevan dengan kebiasaan lokal.Pengembangan Layanan Digital: Memperluas layanan drive-thru dan memperkuat pemesanan daring dapat menjadi solusi untuk menjangkau konsumen yang lebih memilih opsi digital. Langkah ini dapat membuka peluang baru dalam meningkatkan penjualan tanpa menambah jumlah gerai fisik.Meningkatkan Loyalitas Pelanggan: Melalui diskon atau program loyalitas, Starbucks dapat mendorong lebih banyak kunjungan dari pelanggan yang setia. Promosi kreatif bisa menjadi cara untuk mempertahankan pelanggan di tengah tantangan ekonomi.Mengembangkan Brand Lokal sebagai Alternatif Pengganti: Jika penutupan gerai Starbucks menjadi opsi yang tak terelakkan, MAPB bisa mulai mempertimbangkan pengembangan brand lokal sebagai pengganti. Dengan mengedepankan identitas Indonesia dan mengusung konsep kopi lokal, brand lokal dapat lebih mudah diterima oleh konsumen yang saat ini memiliki kecenderungan untuk mendukung produk dalam negeri. Strategi ini juga bisa memberikan MAPB keleluasaan lebih dalam hal biaya operasional dan fleksibilitas dalam promosi. Pengembangan brand lokal yang kuat akan memberikan opsi alternatif yang tahan terhadap sentimen geopolitik dan bahkan bisa memperluas target pasar di dalam negeri.

Menyikapi Tantangan dan Mencari Peluang

Pengelolaan brand internasional di Indonesia memang penuh tantangan, terutama ketika faktor geopolitik memengaruhi preferensi konsumen. Bagi MAPB, langkah adaptif dengan situasi pasar yang berubah-ubah menjadi kunci untuk mempertahankan Starbucks di Indonesia.

Fleksibilitas dalam strategi bisnis akan sangat berarti dalam menjaga eksistensi Starbucks, terutama jika mereka mampu mengatasi tantangan-tantangan yang timbul akibat situasi global saat ini.

Kesimpulan: Mungkinkah Starbucks Menutup Gerai-gerainya?

Kasus kerugian dan penurunan kinerja yang dialami MAPB ini menunjukkan bahwa brand internasional tidak kebal terhadap perubahan pasar lokal yang sangat dipengaruhi faktor ekonomi, sosial, dan politik.

Penutupan gerai Starbucks belum menjadi pilihan pasti, namun langkah ini akan sangat mungkin ditempuh jika situasi terus memburuk. Di sisi lain, jika MAPB berhasil berinovasi dengan strategi lokal yang relevan dan fleksibel, peluang untuk mempertahankan brand Starbucks tetap terbuka.

Mengembangkan brand lokal sebagai pengganti juga dapat menjadi pilihan jangka panjang yang memperkuat posisi MAPB di pasar Indonesia, dengan brand yang lebih sesuai dengan preferensi konsumen lokal.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

Leave a comment