Kisah Nazamuddin dan Bengkel Sampah yang Mengubah Hidup Ratusan Ibu-ibu
MEDAN, KOMPAS.com- Nazamuddin (30) punya cara unik mengatasi persoalan lingkungan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) dan Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara.
Lewat Bengkel Sampah yang didirikannya, Nazamuddin mengajak masyarakat menukar sampah dengan sembako hingga emas.
Baca juga: Pemprov DKI Akan Menerapkan Retribusi Sampah, Banyak Masyarakat Belum Tahu Aturan Ini
Nazamuddin menjalankan metode itu melalui program bank sampah. Kehadiran program itu kemudian menjadi sumber pendapatan 500-an ibu-ibu yang menjadi nasabah di Tapsel dan Padangsidimpuan.
Baca juga: Inovasi Sampah Plastik Murah Menjadi Mewah
Setiap dua pekan sekali, mereka menyetorkan sampah rumah tangga untuk ditukar menjadi saldo tabungan.
Nazamuddin memberikan opsi untuk ditukar dengan berbagai hal. Mulai dari sembako, emas hingga hewan kurban. Hal ini menyesuaikan dengan nilai saldo nasabahnya.
Dengan cara ini, ratusan ton sampah yang biasanya dibuang dan dibakar masyarakat, kini bernilai ekonomis.
Misalnya saja Zubaidah (31), nasabah Bengkel Sampah Nazamuddin, terlihat tampak semringah usai menyetorkan 110 kg sampah di Bengkel Sampah di Desa Lembah, Lubuk Raya, Kecamatan Angkola Barat, Tapsel, Selasa (4/11/2024).
Sampah yang dibawanya terdiri dari kertas, kaleng, hingga botol air mineral.
“Alhamdulilah dari jual sampah terakhir ini, nambahnya Rp 105.000. Saya tabung buat jadi emas saja di Bengkel Sampah,” ujar Zubaidah kepada Kompas.com.
Kini total tabungan Zubaidah sudah lebih dari Rp 500.000. Bila sudah terkumpul seharga 2 gram emas, dia berencana mengambilnya.
Wanita yang memiliki usaha toko kelontong ini sudah tiga tahun menjadi nasabah Bengkel Sampah Nazamuddin.
Sejak mengenal bengkel sampah, dia tidak pernah lagi membuang atau membakar seluruh limbah dari toko kelontongnya.
Zubaidah diajari cara memilah sampah organik dan anorganik.
Kini Zubaidah telah menerima manfaat edukasi dan ekonomis dari sampah yang biasa dibuangnya.
“Sebelum untuk tukar emas, dulunya kita tuka pakai sembako seperti beras, minyak, dan lain lain. Kadang kita tarik uangnya untuk bayar listrik. Selain itu saya juga paham mana sampah yang bisa didaur ulang, mana yang tidak,” katanya.
Inspirasi Bengkel Sampah
Bengkel Sampah yang didirikan oleh Nazamuddin pada Maret 2021 adalah sebuah perusahaan startup sosial yang bergerak di bidang pengelolaan sampah daur ulang terpadu berbasis teknologi.
Selain melayani pembelian sampah secara konvensional, Bengkel Sampah juga melayani pembelian online melalui websitenya.
“Jadi kita itu ada dua produk bank sampah sama jual beli sampah online. Jadi kita membina bank sampah di desa sama di sekolah, lalu ada juga semacam aplikasi gitu jadi, penjemputan sampah sesuai request yang punya sampah gitu,” ujarnya, Jumat (8/11/2024).
Usaha rintisan Nazamuddin kini berkembang. Total dia sudah memiliki 14 tempat penitipan sampah di Tapsel dan Padangsidimpuan.
Di tempat itu nantinya setiap dua pekan sekali akan ada mobil yang menjemput sampah.
Sebelum akhirnya sampah dikirim gudang pengolahan sampah atau pabrik di Kota Medan untuk dijadikan bahan bakar ataupun kerajinan tangan.
Dia juga menerima seluruh jenis sampah. Namun, syaratnya sebelum sampai ke tempat penitipan, nasabah harus memilahnya terlebih dahulu.
“Sebenarnya kita menerima semua jenis sampah. Ada 72 jenis sampah asalkan dipilah. Asal sampah dicampur kita tidak terima kami bukan tempat pembuangan sampah,” ujarnya.
Layaknya sebuah bank, sampah yang disetorkan akan dicatat menjadi saldo di buku rekening para nasabah.
Nazamuddin juga menawarkan jenis-jenis tabungan penukaran sampah agar warga semakin semangat menyetor sampah.
Misalnya di awal Bengkel Sampah berdiri, banyak nasabah yang menabung sembako. Biasanya mereka menukarkan saldonya menjelang perayaan Idul Fitri.
Kini sudah setahun belakangan Nazamuddin telah membuat program tabungan emas bekerjasama dengan Pegadaian.
Kini dari program ini sudah banyak nasabah yang menggunakan metode sampah tukar emas.
“Kalau yang punya tabungan sampah ditukar emas itu ada seratusan lebih nasabahnya. Ada yang jumlah tabungan emas sudah mencapai Rp 500.000. Kami sarankan kalau tabungannya sudah senilai 1 atau 2 gram baru boleh diambil,” katanya.
Meski belum ada warga yang berhasil menukarkan tabungan nya dengan emas, yang terpenting bagi Nazamuddin kesadaran nasabah mengelola sampah telah tereduksi.
Total selama menjalankan program Bengkel Sampah ini, sudah ada 300 ton sampah di Tapsel dan Padangsidimpuan berkurang.
“Keseluruhan dari sampah ya kalau di total, selama tiga tahun ini sudah ada 300 ton lebih. Kalau dirata-rata kan per tahun itu bisa 100 ton,” ujarnya.
Bergerilya ke Perwiritan
Inspirasi Nazamuddin mendirikan Bengkel Sampah bermula dari keresahannya melihat banyaknya sampah mencemari persawahan di kampungnya Lebak Lubuk Raya, Tapsel, tahun 2016.
Dia lalu mencari formulasi agar persoalan ini bisa teratasi.
Barulah di tahun 2020, alumnus UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, itu berkenalan dengan pendiri Kepul, perusahan penjualan sampah daur ulang di Kota Medan.
Nazamuddin kemudian magang dua bulan di sana, sebelum akhirnya memantapkan diri mendirikan Bengkel Sampah pada Maret 2021.
Awal merintis Bengkel Sampah, Nazamuddin door to door mendatangi rumah warga untuk mengedukasi program bank sampah miliknya. Namun, dia mendapatkan cemooh.
“Sekolah tinggi-tinggi pegangannya kok sampah,” kenang Nazamuddin.
Namun Nazamuddin tidak patah arah. Justru dia termotivasi untuk menaklukan hati masyarakat.
Dia lalu melakukan pendekatan ke masyarakat melalui ibu-ibu perwiritan dan pengajian.
Awalnya dia meminta tolong kepada salah seorang ibu komunitas perwiritan agar dibolehkan mensosialisasikan bank sampah.
“Aku ke pengajian-pengajian, aku masukin aja setelah mendapat izin padahal di situ saya laki-laki sendiri masuk ke perkumpulan ibu-ibu,” kata Nazamuddin.
Dari pengajian ini lah nasabah bank sampah mulai muncul. Mereka lalu menabung sampah dan memperoleh pendapatan Rp 90.000- Rp 100.000 dari sampah-sampah yang dikumpulkan.
Dari sinilah nasabah Bengkel Sampah Nazamuddin terus bertambah hingga kini jumlahnya mencapai 500 nasabah.
Selain itu, karena dedikasinya, Nazamuddin menerima Satu Indonesia Award pada tahun 2021 dan tahun 2024 di tingkat provinsi.
Apresiasi ini diberikan karena dedikasinya sebagai generasi muda berprestasi dan mempunyai kontribusi positif untuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Namun, Nazamuddin tidak ingin cepat puas, kedepan dia ingin mengembang Bengkel Sampah agar dapat lebih bermanfaat.
Salah satunya dengan langsung mengelola sampah menjadi barang dengan nilai ekonomis.
Tidak lagi dengan hanya menjual sampah ke pabrik pengolaha, tetapi memproduksinya sendiri.
“Mesin pembuatannya paving block nya sudah datang, kemarin paving block. Terus kita mau ada pengembangan produk-produk suvenir karena ada juga beberapa perusahaan kan dia minta suvenir ramah lingkungan kita,” katanya.
Lalu karena Bengkel Sampah Nazamuddin, banyak juga warga yang mulai sadar tentang pentingnya pengelolaan sampah.
Mereka rela menjadi relawan 14 titik tempat pengumpulan sampah Bengkel Sampah.
Nazamuddin tetap memberikan 10 persen sampah yang terkumpul untuk mereka.
Andai Ada 10 Pemuda Seperti Nazamuddin
Kegigihan Nazamuddin mengurangi sampah memantik Pemkab Kota Padangsidimpuan untuk berkolaborasi dengannya.
Sejak setahun lalu, Pemkot Padangsidimpuan menyedikan gedung seluas 30 x 50 meter persegi untuk dijadikan gudang pengelolaan bengkel sampah.
Nazamuddin dianggap sebagai pelopor pengelolaan sampah di kota tersebut.
“Nazamuddin itu pelopor program pemerintah sebagai pengurangan sampah,” ujar Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Padangsidimpuan, Muchtar Arifin, saat dihubungi Kompas.com, melalui telepon seluler, Sabtu (9/11/2024).
Muchtar mengatakan, saat ini masalah pengelolaan sampah di kotanya belum teratasi.
Ini karena Padangsidimpuan tidak memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Mereka hanya memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Sementara jumlah produksi sampah di Padangsidimpuan perharinya berkisar 80 sampai 100 ton.
“Makannya untuk pengelolaan sampah kita merangkul Nazamuddin,” katanya.
Mukhtar tidak merinci total berapa kilogram sampah berkurang sampah setelah bekerja sama dengan Nazamuddin.
Namun, pastinya dalam setahun Nazamuddin bisa mengelola 300 ton sampah di Kabupaten Tapsel dan Kota Padangsidempuan.
“Kita harus melakukan pengurangan sampah sebesar 30 persen dari 100 persen sampah, Ini untuk menunjang program pemerintah. Kolaborasi dengan Nazamuddin adalah salah satu solusinya,” katanya.
Di sisi lain kata Mukhtar, kehadiran Nazamuddin bukan hanya berdampak pada pengurangan sampah, tapi juga mindset masyarakat.
Ini terlihat dari ratusan nasabah yang menyetor sampah ke Bengkel Sampah.
Dia muncul pemuda-pemuda inspiratif lainnya.
“Kita butuh lah paling tidak 10 orang lagi seperti Nazamuddin di Padangsidimpuan, biar sampah tidak terkelola dengan baik, seperti Bang Nazamuddin ini, dia pelopornya,” ujarnya.
Inspirasi Jadi Relawan
Sri Wahyuni (44) ibu rumah tangga di Tapsel, salah satu warga yang teredukasi dengan program Nazamuddin, kini menjadi relawan Bengkel Sampah.
Sudah setahun belakangan dia merelakan halaman rumahnya yang berukuran 5 x10 meter persegi menjadi tempat transit penyetoran sampah Bengkel Sampah.
Lokasinya di Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Tapsel.
Dua minggu sekali, ratusan nasabah mendatangi Bengkel Sampah.
Misalnya pada Kamis (7/11/2024). Sejak pukul 08.00, Sri Wahyuni (44) sudah sibuk melayani kelompok nasabah yang datang.
Ia menimbang dan mencatat nilai rupiah dari sampah yang disetorkan para nasabah.
Hari itu, sekitar 200 kg sampah berhasil dikumpulkan, mulai dari plastik, kaleng, hingga kertas.
Meski tidak menerima gaji, Sri Wahyuni merasa senang melihat para ibu rumah tangga peduli terhadap sampah.
Setidaknya, mereka kini tidak lagi membuang sampah sembarangan.
“Biasanya di sekitar sini orang suka buang sampah ke jurang. Sekarang, tetangga-tetangga sudah paham kalau sampah bisa menjadi uang, jadi mereka ikut mengumpulkannya,” ujarnya.
Menurut Sri, setiap kali para nasabah datang, pihaknya selalu menekankan pentingnya pengelolaan sampah.
Program tukar sampah dengan emas atau sembako ini menjadi pintu gerbang untuk mengedukasi masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, Sri juga ikut menabung, meskipun saldo tabungannya tidak begitu besar, kurang dari Rp 500.000.
Meski demikian, Sri mengaku senang bisa menjadi relawan di Bengkel Sampah. Ia merasa bangga melihat masyarakat mulai peduli dalam mengelola sampah.
“Saya tidak terlalu memikirkan uang yang diberikan (sebagai relawan). Yang penting program ini berjalan. Saya tidak memikirkan berapa besar honor yang diberikan, yang penting masyarakat teredukasi,” harapnya.