Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengapa Jan Pieterszoon Coen Memerintahkan Untuk Menyerang Jepara?

0 5

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

Intisari-online.com – Angin timur berbisik lirih di antara layar-layar kapal VOC yang berlabuh di Batavia.

Tahun 1618, mentari pagi menyinari wajah tegas Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal yang berkuasa atas rempah-rempah dan ambisi di Nusantara.

Di balik sorot matanya yang tajam, tersimpan rencana besar yang akan mengubah nasib Jepara, kota pesisir yang damai di utara Jawa.

Jepara, negeri para pengrajin kayu yang tersohor, hidup dalam harmoni di bawah naungan Kesultanan Mataram.

Namun, bagi Coen, Jepara bagai duri dalam daging.

Kota ini menjadi pusat perdagangan yang ramai, jalur vital bagi rempah-rempah yang didambakan VOC.

Lebih dari itu, Jepara adalah sekutu setia Mataram, kerajaan yang dipandang Coen sebagai ancaman bagi hegemoni Belanda di Nusantara.

VOC, kongsi dagang raksasa dari negeri kincir angin, datang ke Nusantara dengan misi menguasai perdagangan rempah-rempah.

Monopoli menjadi tujuan utama, dan segala cara dihalalkan untuk mencapainya. Coen, dengan semangat membara, adalah representasi sempurna dari ambisi VOC.

Ia percaya bahwa kekuatan militer adalah kunci untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Nusantara dan mengamankan jalur perdagangan.

Konflik dengan Mataram tak terelakkan. Sultan Agung, penguasa Mataram yang berwibawa, berambisi menyatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaannya.

VOC, yang telah menancapkan kukunya di Batavia dan beberapa wilayah strategis lainnya, menjadi penghalang bagi cita-cita Sultan Agung.

Jepara, sebagai sekutu Mataram, menjadi sasaran empuk bagi Coen untuk melemahkan kekuatan sang Sultan.

Alasan di Balik Serangan

Coen memiliki beberapa alasan kuat untuk menyerang Jepara. Pertama, Jepara adalah pusat perdagangan yang penting.

Dengan menguasai Jepara, VOC dapat mengendalikan arus perdagangan rempah-rempah di Jawa dan mematikan jalur ekonomi Mataram.

Kedua, Jepara adalah basis bagi para perompak yang mengganggu kapal-kapal dagang VOC.

Coen menuduh Jepara melindungi para perompak dan mengambil keuntungan dari hasil jarahan mereka. Ini menjadi justifikasi bagi Coen untuk melancarkan serangan.

Ketiga, Coen ingin memprovokasi Sultan Agung agar menyerang VOC. Ia berharap dengan menyerang Jepara, Mataram akan terpancing untuk berperang.

Coen yakin bahwa dalam perang terbuka, VOC dengan persenjataan modernnya akan mampu mengalahkan pasukan Mataram.

Kemenangan atas Mataram akan membuka jalan bagi VOC untuk menguasai seluruh Jawa dan memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Serangan yang Membakar Jepara

Pada tahun 1618, Coen mengirimkan armada kapal perang VOC yang dipimpin oleh Kapten Laurens Reael untuk menyerang Jepara.

Kota yang damai itu tak siap menghadapi gempuran meriam dan pasukan VOC yang ganas. Pertempuran tak seimbang berkecamuk, rumah-rumah penduduk dibakar, dan harta benda dijarah.

Jepara, yang sebelumnya dikenal dengan keindahan dan keramahannya, luluh lantak dalam kobaran api.

Serangan VOC ke Jepara meninggalkan luka mendalam bagi penduduknya.

Ribuan orang kehilangan nyawa, harta benda, dan tempat tinggal. Kota yang dulu makmur porak-poranda, menjadi saksi bisu dari kekejaman VOC.

Serangan ke Jepara hanyalah satu episode dalam sejarah panjang penjajahan VOC di Nusantara.

Ambisi VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah telah membawa penderitaan bagi banyak rakyat Indonesia.

Namun, di balik kekejaman dan keserakahan, terdapat pula kisah-kisah heroik tentang perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah.

Jepara, meskipun terluka parah, bangkit kembali dari puing-puing kehancuran.

Kota ini tetap menjadi pusat seni ukir yang terkenal hingga kini. Kisah tentang serangan VOC menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Jepara, pengingat akan perjuangan dan ketahanan rakyatnya.

Sumber:

Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1200. Palgrave Macmillan.

Reid, Anthony. (1974). The Indonesian National Revolution 1945-1950. Longman.

Vlekke, Bernard H.M. (1943). Nusantara: A History of the East Indian Archipelago. Harvard University Press.

Guillot, Claude. (1990). The Sultanate of Banten. Gramedia Pustaka Utama.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

 

Leave a comment